Dalam kehidupan bermasyarakat tentunya kita akan mendapati berbagai macam perangai manusia, ada yang baik dan ada pula yang buruk. Sebagai seorang muslim tentunya kita diperintahkan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk memelihara perangai dan akhlak yang baik dan menjauhi perangai dan akhlak yang buruk. Tidak sepantasnya bagi seorang muslim untuk dia berbuat yang tidak baik kepada orang lain. Oleh karena itu penting bagi kita semua untuk mempelajari dan mengamalkan akhlak-akhlak yang bagus dan kita juga butuh untuk mengetahui akhlak-akhlak yang buruk agar kita bisa menjauhinya.
Orang yang terbaik akhlaknya adalah Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam karena beliau memiliki akhlak al quran al karim yang merupakan wahyu dari Allah subhanahu wata'ala, sebagaimana dikatakan oleh aisyah istri nabi shollallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam ahmad dan yang lainnya (yang artinya) : dari hisyam bin 'amir beliau berkata : aku mendatangi aisyah lalu aku berkata padanya : wahai ummul mukminin khabarkanlah kepadaku tentang akhlak Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam, maka aisyah menjawab : adalah akhlak beliau shollallahu 'alaihi wa sallam adalah al quran, tidakkah engkau membaca firman Allah subhanahu wata'ala (yang artinya) : sesungguhnya engkau benar-benar diatas akhlak yang agung (al qolam :4) hisyam bin 'amir berkata lagi : sesungguhnya aku ingin untuk meninggalkan nikah, maka aisyah menjawab : jangan kamu lakukan, tidakkah engkau membaca firman Allah subhanahu wata'ala (yang artinya) : sungguh telah ada pada diri Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bagi kalian suri tauladan yang baik (al ahzab:21) dan Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam telah menikah dan telah memiliki anak.
Baik dan buruknya suatu akhlak itu ditimbang dengan syariat islam, bukan semata-mata dengan adat kebiasan suatu tempat, karena terkadang disuatu tempat ada akhlak yang dianggap baik menurut mereka, namun ditempat yang lain akhlak itu dianggap sebagai akhlak yang jelek. Oleh karena itu, hendaklah kita berusaha dengan sekuat tenaga kita untuk mempelajari agama islam ini karena didalamnya terkandung berbagai macam hukum-hukum islam, baik yang menyangkut masalah akhlak atau pun yang lainnya.
Pada tulisan yang ringkas ini, kita hendak sedikit menjelaskan tentang diantara akhlak yang buruk yang wajib untuk kita tinggalkan karena bisa memadhorotkan diri kita sendiri dan juga orang lain. Dan dengan kita meninggalkan akhlak yang buruk ini, mudah-mudahan kita terhindar dari api nerekanya Allah subhanahu wata'ala, dan ini merupakan bentuk dari pengamalan terhadap firman Allah subhanahu wata'ala (yang artinya) : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (at tahrim :6)
Diantara akhlak buruk yang wajib untuk kita tinggalkan adalah : dusta
dusta adalah apa saja yang menyelisihi terhadap kenyataannya. Dan dusta ini merupakan perbuatan buruk yang sangat berbahaya karena bisa membahayakan dirinya sendiri dan juga orang lain. Namun sangat disayangkan sebagian dari kaum muslimin mereka menganggap dusta adalah hal yang biasa saja sehingga mereka pun melakukannya. Allah subhanahu wata'ala berfirman (yang artinya) : Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta. (an nahl : 105) maka sudah sepantasnya bagi kaum muslimin yang beriman kepada Allah subhanahu wata'ala untuk menjauhi kedustaan karena itu merupakan perbuatan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah subhanahu wata'ala.
Dahulu orang-orang jahiliyah mereka yang dikenal dengan keburukannya, meraka pun menganggap dusta merupakan perbuatan yang buruk, sebagaimana dalam kisah abu sufyan (yang waktu itu masih musyrik) ketika beliau ditanya oleh raja hiroql tentang sifat-sifat nabi shollallahu 'alaihi wa sallam, maka beliaupun menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya dengan jujur, dan beliau berkata : demi Allah, kalau seandainya dusta itu tidak berpengaruh buruk padaku, niscaya aku akan berdusta atasnya. sehingga ini menunjukan kepada kita bahwa mereka saja mengerti tentang buruknya kedustaan, maka lebih pantas lagi bagi kita untuk mengetahuinya dan juga menjauhinya.
Dan dusta ini juga merupakan salah satu dari perangainya orang-orang munafik, sebagaimana dalam hadits dalam shohihain dari hadits abu hurairoh beliau berkata : bersabda Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam : tanda-tanda munafik ada tiga, apabila dia berkata dia dusta, dan apabila dia berjanji dia mengingkari, dan apabila dia dipercaya dia berkhianat.
Berkata al imam an nawawy dalam shohih muslim : para ulama berselisih pendapat tentang makna hadits ini, dikatakan oleh ahlu tahqiq dan kebanyakan para ulama dan itulah yang shohih dan yang terpilih bahwa maknanya adalah bahwasanya ini adalah perangai-perangainya orang-orang munafik, maka orang yang memiliki perangai-perangai ini berarti dia telah menyerupai orang-orang munafik dan telah berakhlak dengan akhlak mereka. Dan tidaklah yang dimaksudkan oleh nabi shollallahu 'alaihi wa sallam bahwasanya dia telah terjatuh kedalam kemunafikan yang besar yang akan kekal didasar api neraka.
Maka dari sini kita bisa mengambil faidah bahwasanya orang yang senang berdusta berarti dia telah terjatuh kedalam perangainya orang munafik, sehingga seharusnya bagi kita untuk menjauhi perbuatan tersebut.
Kemudian dusta ini juga bisa mengantarkan pelakunya kedalam kefajiran (keburukan), sebagaimana dalam shohihain dari hadits abdullah bin mas'ud bahwasanya nabi shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) : sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pelakunya kepada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkannya kepada surga, dan senantiasa seorang itu jujur dan berusaha untuk jujur sehingga dia ditulis disisi Allah subhanahu wata'ala sebagai seorang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan pelakunya kepada kefajiran, dan kefajiran akan mengantarkannya kepada neraka, dan senantiasa seorang itu dusta dan berusaha untuk dusta sehingga dia ditulis disisi Allah subhanahu wata'ala sebagai pendusta.
Dalam hadits yang mulia ini Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan umatnya untuk senantiasa jujur karena akan mengantarkan kedalam surganya Allah subhanahu wata'ala dan juga beliau memperingatkan untuk menjauhi kedustaan karena bisa mengantarkan kedalam nerakanya Allah subhanahu wata'ala. Dan ini merupakan bentuk kasih sayang Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam kepada umatnya yang mana beliau selalu mengajak umatnya untuk melakukan kebaikan-kebaikan yang akan mengantarkannya kepada surganya Allah subhanahu wata'ala dan beliau pun memperingatkan umatnya dari hal-hal yang bisa mengantarkannya kedalam nerakanya Allah subhanahu wata'ala.
Dan kedustaan yang paling besar adalah kedustaan atas Allah subhanahu wata'ala, sebagaimana dalam firmanNya (yang artinya) : Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya? Bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir? (az zumar : 32)
Dan firmanNya (yang artinya) : Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak[1159] tatkala yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir? (al 'ankabut : 68)
Dalam ayat-ayat diatas, Allah subhanahu wata'ala mengancam orang yang berbuat kedustaan atas Allah subhanahu wata'ala dengan neraka jahannam, maka ini menunjukan bahwa hal tersebut merupakan dosa yang besar disisi Allah subhanahu wata'ala.
Kemudian diantara kedustaan yang besar pula adalah membuat kedustaan atas nama Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh al imam albukhori dan al imam muslim Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) : barangsiapa yang mengadakan kedustaan atasku dengan sengaja maka hendaklah dia persiapkan tempat duduknya dari api neraka.
Hadits ini menunjukan pula bahwa berbuat dusta atas Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam juga merupakan dosa yang besar, karena pelakunya diancam akan masuk kedalam neraka.
Kemudian, dusta itu sangatlah beraneka ragam jenis dan modelnya, sehingga seorang haruslah berhati-hati darinya. Diantara model dusta adalah sebagai berikut :
1. menjanjikan kepada seorang anak dengan sesuatu namun dia tidak memberikannya, seperti perbuatan seorang ibu yang mengatakan pada anaknya : kemarilah, nanti saya kasih barang ini, namun setelah anak tadi datang si ibu tidak memberikan padanya sesuatu apapun. Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) : barangsiapa yang mengatakan kepada seorang anak kemari ambillah ini, kemudian dia tidak memberinya sesuatu, maka dia telah dusta. (HR.ahmad dari abu hurairoh) Mungkin hal ini dianggap sepele, namun akibat dari perbuatan ini sangatlah besar, disamping dia mendapatkan dosa dari perbuatan dustanya, dia juga pada hakekatnya telah mengajari pada anak tersebut untuk melakukan kedustaan, sehingga kelak sang anak juga akan meniru perbuatan orang tuanya. Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda (yang artinya) : barangsiapa yang membuat contoh dengan contoh yang baik dalam islam, kemudian diikuti (diamalkan) oleh orang yang setelahnya, maka dia akan mendapatkan pahala semisal pahala orang yang mengamalkannya tanpa mengurangi pahala orang yang mengamalkannya sedikitpun, dan barangsiapa yang membuat contoh dengan contoh yang jelek dalam islam, kemudian diamalkan oleh orang yang setelahnya, maka dia akan mendapatkan dosa semisal dosa orang yang mengamalkannya dengan tanpa mengurangi dari dosa orang yang mengamalkannya sedikitpun. (HR. muslim dari jarir bin abdillah)
2. berdusta dalam rangka untuk bermain-main atau bercanda. Ini juga banyak kita jumpai disekeliling kita, tidak sedikit yang melakukannya. Mereka menyangka bahwa hal ini tidaklah mengapa, namun Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda (yang artinya) : kecelakaan bagi orang yang mengatakan dengan suatu perkataan (yang dusta) dalam rangka untuk membuat orang tertawa, kecelakaan baginya, kemudian kecelakaan baginya. (HR. at tirmidzi dari bahz bin hakim dari ayahnya dari kakeknya) asy syaikh muhammad bin sholih al quran 'utsaimin mengatakan dalam syarah riadhus sholihin : hadits ini merupakan ancaman atas suatu perkara yang mudah disisi kebanyakan manusia(yakni karena banyaknya yang melakukan hal ini dan tidak menyadari ancaman dari nabi shollallahu 'alaihi wa sallam ini)
inilah diantara model atau bentuk kedustaan yang mungkin seorang menganggapnya biasa saja, sehingga diapun terjerumus kedalamnya, dan disana juga masih banyak lagi model yang lainnya. Semoga apa yang kami sebutkan ini bisa bermanfaat bagi kita semuanya. Dan sebagai penutup, kami ingatkan dengan firman Allah subhanahu wata'ala (yang artinya) : wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan jadilah kalian bersama orang – orang yang jujur (at taubah :119)
semoga Allah subhanahu wata'ala menjadikan kita semua termasuk dari hamba-hamba Allah subhanahu wata'ala yang jujur dan bertakwa kepadaNya. Wallahu A'lam bish showab.
(penulis : abu ali banyumas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar