Kamis, 24 November 2011

kehidupan setelah kematian


Kehidupan dunia adalah kehidupan yang sementara. Seorang yang tinggal didunia ini ibaratnya seperti seorang yang sedang singgah disuatu tempat dan dia akan kembali ketempat dia berasal. Maka tidak sepantasnya bagi kita untuk hanya memikirkan kehidupan dunia saja, akan tetapi kita juga harus memikirkan kehidupan yang kekal abadi di akhirat nanti. Oleh karena itu hendaknya setiap dari kita menyiapkan perbekalan yang akan kita bawa untuk menuju kehidupan akhirat kelak agar kita termasuk dari orang – orang yang beruntung. Namun sangat disayangkan, banyak orang yang tertipu dengan kehidupan dunia ini. Mereka menyangka bahwa kehidupan itu hanya di dunia saja, sehingga mereka pun tidak memikirkan kecuali untuk dunia saja. Mereka menjalani kehidupan dunia ini sesuai dengan hawa nafsu mereka. Mereka sudah tidak lagi memperhatikan tentang norma-norma agama. Maka banyak kita dapati disekitar kita orang-orang yang mereka gemar melakukan kemaksiatan, bahkan tidak sedikit dari mereka yang melakukan kesyirikan dalam keadaan mereka tidak menyadarinya. Allahul musta'an.

Senin, 14 November 2011

Wanita itu Aurat


(ditulis oleh: Al-Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyyah)


Al-Imam At-Tirmidzi t dalam Sunan-nya (no. 1173) berkata, “Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Ashim, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Hammam, dari Qatadah, dari Muwarriq, dari Abul Ahwash, dari Abdullah ibnu Mas’ud z, dari Nabi n, beliau bersabda:
الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ، فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ
“Wanita itu aurat, maka bila ia keluar rumah, setan terus memandanginya (untuk menghias-hiasinya dalam pandangan lelaki sehingga terjadilah fitnah).” (Dishahihkan Al-Imam Al-Albani t dalam Shahih At-Tirmidzi, Al-Misykat no. 3109, dan Al-Irwa’ no. 273. Dishahihkan pula oleh Al-Imam Muqbil ibnu Hadi Al-Wadi'i t dalam Ash-Shahihul Musnad, 2/36)

Berhiaslah dengan Rasa Malu


(ditulis oleh: Al-Ustadzah Ummu ‘Abdirrahman bintu ‘Imran)

Ingar-bingar kehidupan remaja kita yang tercermin dari tata pergaulannya sudah sampai pada taraf yang sangat memprihatinkan. Rasa malu seakan memunah sementara ‘keberanian’ merambati perilaku mereka.

Di sudut sebuah sekolah, seorang gadis kecil berseragam sekolah melenggang, diiringi langkahnya dengan sejumlah teman laki-lakinya. Tak canggung dia melempar senyum, tertawa, dan bercanda dengan mereka. Di dalam kelas, suatu yang lazim murid laki-laki duduk bersama dan berdiskusi dengan murid perempuan. Justru suatu pemandangan yang ‘aneh’ bila ada seorang murid yang merasa malu melakukan semua itu. Gelaran ‘kuper’, ‘kutu buku’, ‘sok alim’, ‘anak kampungan’, atau yang lainnya bakal segera menghampirinya.
Belum lagi di tempat lainnya yang lazim dikunjungi anak-anak ‘baru gede’ seusai sekolah atau di waktu senggang mereka. Dengan sedikit memoles bibir dengan lipstik, disertai busana yang sedikit ‘berani’, mereka pun menjelajahi mal-mal. Entah benar-benar untuk berbelanja atau sekedar nampang. Tak sedikit pun rasa canggung menghampiri hati mereka.
Allahul musta’an … Hanya kepada Allah l sajalah kita mengadukan segala kepahitan ini. Di kala rasa malu dalam jiwa anak-anak sudah terkikis. Mereka tak sungkan lagi melakukan segala sesuatu yang dianggap aib oleh syariat.

Sabtu, 12 November 2011

adab menuju masjid

Para pembaca yang budiman, berjalan menuju masjid dengan tujuan beribadah kepada Allah subhaanahu wa ta’aalaa dan mendekatkan diri kepada-Nya merupakan amalan yang mulia. Seseorang yang berjalan menuju masjid di antara mereka ada yang bertujuan untuk menghadiri majelis ta’lim, membaca Al-Qur`an, atau untuk melaksanakan shalat. Pada kajian kali ini kami akan menyebutkan tentang adab berjalan menuju masjid untuk melakukan shalat berjamaah. Berjalan menuju masjid dengan tujuan melaksanakan shalat berjamaah memiliki keutamaan yang banyak, di antaranya:

Kamis, 10 November 2011

islam syariat semesta alam

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم أَنَّهُ قَالَ: وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلاَ نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, bahwasanya beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya! Tidaklah mendengar tentangku (diutusnya aku) seorangpun dari umat ini, baik ia seorang Yahudi maupun Nashrani, kemudian ia mati dan belum beriman dengan apa yang aku bawa (Syari’at Islam) melainkan ia termasuk penghuni neraka.” HR. Muslim

Kamis, 03 November 2011

fiqh ringkas dalam berkurban

Allah subhaanahu wa ta’aalaa mensyari’atkan menyembelih al-udhiyah (hewan kurban) bagi kaum muslimin yang memiliki kemampuan. Hal ini Allah sebutkan dalam firman-Nya:
“Maka shalatlah hanya kepada Rabb-mu dan menyembelihlah.” (QS. Al-Kautsar: 2) Di dalam ayat ini yang dimaksud dengan “menyembelih” adalah menyembelih hewan kurban pada hari nahr (‘Idul Adha dan tiga hari setelahnya). Pendapat ini dipilih oleh mayoritas ahli tafsir dan dikuatkan oleh Ibnu Katsir. (lihat Zadul Masir 6/195 dan Tafsir Ibnu katsir 8/503)

mengenal al quran al karim

Sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala telah menganugrahkan kepada umat ini agama yang telah diridhoiNya yaitu agama islam. Dan juga Allah subhanahu wata'ala telah mengutus pada umat ini seorang rosul yang menjadi suri tauladan yang terbaik bagi umatnya. Dan Allah subhanahu wata'ala juga telah menurunkan al quran sebagai petunjuk bagi umat islam ini.