Al Quran merupakan salah satu dari mu’jizat yang Allah subhanahu wata’ala turunkan kepada Rosulullah shollallahu ‘alahi wa sallam. Didalamnya terkandung berbagai macam hukum yang akan senantiasa berlaku hingga akhir zaman. Dan tidak ada padanya hal-hal yang saling berbenturan antara yang satu dengan yang lainnya. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا (82)
(artinya): Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat perselisihan yang banyak di dalamnya. (an nisa’ :82)
Dan Allah subhanahu wata'ala menurunkan Al Quran dengan menggunakan bahasa arab yang paling fasih, sehingga tak ada seorang pun yang mampu untuk membuat yang semisalnya. Bahkan Allah subhanahu wata'ala telah menantang para cendekiawan arab dan juga orang-orang fasih diantara mereka untuk membuat yang semisalnya, sebagaimana Allah subhanahu wata'ala hikayatkan dalam Al Quran:
أَمْ يَقُولُونَ تَقَوَّلَهُ بَلْ لَا يُؤْمِنُونَ (33) فَلْيَأْتُوا بِحَدِيثٍ مِثْلِهِ إِنْ كَانُوا صَادِقِينَ (34)
(artinya) : Ataukah mereka mengatakan: "Dia (Muhammad) membuat-buatnya." Sebenarnya mereka tidak beriman. Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu jika mereka orang-orang yang benar. (Ath thur:33-34)
Dan Allah subhanahu wata'ala juga menantang mereka untuk membuat sepuluh surat saja jika mereka mampu, Allah subhanahu wata'ala berfirman:
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (13) فَإِلَّمْ يَسْتَجِيبُوا لَكُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّمَا أُنْزِلَ بِعِلْمِ اللَّهِ وَأَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (14)
(artinya) : Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar. Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka ketahuilah, sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada sesembahan yang haq selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)? (hud :13-14)
Bahkan Allah subhanahu wata'ala menantang untuk membuat satu surat yang semisalnya, seperti dalam firmanNya :
وَمَا كَانَ هَذَا الْقُرْآنُ أَنْ يُفْتَرَى مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (37) أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (38)
(yang artinya) : Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Robb semesta alam. Atau (patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat yang semisalnya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar." (yunus :37-38)
Maka dari ayat-ayat ini kita mengetahui bahwa Al Quran itu diturunkan dari sisi Allah subhanahu wata'ala dan bukanlah bikinan manusia. Bahkan orang arab yang paling fasih dan paling mengerti bahasa arab saja tidak mampu untuk membuatnya, maka terlebih lagi selain mereka.
Lalu kenapa Allah subhanahu wata'ala menurunkan Al Quran dengan bahasa arab? Jawabannya adalah seperti dalam firman Allah subhanahu wata'ala:
إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (3)
(artinya) : Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya). (Az Zuhruf :3)
Dan Allah subhanahu wata'ala juga mengutus Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam dikalangan bangsa arab, sehingga bahasa yang beliau gunakan adalah bahasa arab. Oleh karena itu, hadits-hadits yang datang dari beliau, semuanya menggunakan bahasa arab.
Itulah bahasa arab, bahasa yang digunakan oleh Al Quran dan juga As Sunnah. Sebuah bahasa yang agung yang sepantasnya untuk dipelajari oleh setiap muslim. Namun sangat disayangkan, banyak dari kaum muslimin yang mereka justru lebih condong untuk mempelajari bahasa-bahasa yang lainnya. Mereka lebih senang belajar bahasa inggris atau yang lainnya daripada belajar bahasa arab. Bahkan ada sebagian mereka yang sama sekali tidak bisa membaca tulisan arab, lalu bagaimana dia mau membaca dan mempelajari Al Quran? Padahal bahasa arab merupakan bahasa Al Quran dan juga bahasa As Sunnah. Dan dengan mempelajari bahasa arab tentunya seorang itu lebih mudah untuk memahami kandungan dari Al Quran dan As Sunnah.
Para ulama semenjak dahulu kala, mereka telah sibuk untuk memperhatikan bahasa arab. Tatkala bahasa arab mulai tercemari kemurniannya dengan bahasa-bahasa asing, maka mereka pun membuat kaidah-kaidah bahasa untuk menjaga kemurniannya. Sehingga muncullah berbagai macam kitab yang menjelaskan hal tersebut. Ada diantara mereka yang membuatnya secara ringkas, ada yang sedang, dan ada juga yang membuatnya secara panjang lebar dan terperinci. Mereka melakukan hal ini agar kaum muslimin mudah dalam mempelajari bahasa arab yang murni, yang sesuai dengan bahasa Al Quran dan As Sunnah. Maka dari sini kita mengetahui bahwa betapa besar jasa para ulama, yang mana mereka telah berjuang untuk menjaga kemurnian bahasa arab ini. Oleh karena itu sudah sepantasnya bagi kita untuk memulyakan dan menghormati para ulama.
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam kitab beliu Iqtdho Shirotuil Mustaqim (1/464): dan berkata Asy Syafi’i, sebagaimana diriwayatkan oleh As Salafy dengan sanad yang ma’ruf (dikenal) sampai kepada Muhammad Bin Abdillah Bin Abdil Hakam beliau berkata : aku mendengar Muhammad Bin Idris Asy Syafi’i mengatakan : ..... lisan (bahasa) yang dipilih oleh Allah subhanahu wata'ala adalah lisan arab, maka Allah subhanahu wata'ala turunkan kitabNya dengannya. Dan Allah subhanahu wata'ala juga menjadikannya sebagai lisannya penutup para nabi yaitu muhammad Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam. Oleh karena itu kita menyatakan : sepantasnya bagi setiap orang yang mampu untuk mempelajari bahasa arab, hendaklah dia mempelajarinya, karena itu merupakan bahasa yang paling utama.
Syaikhul islam juga menyebutkan : sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala tatkala menurunkan kitabNya dengan menggunakan bahasa arab, dan juga menjadikan RosulNya yang menyampaikan risalah Al kitab dan Al hikmah dariNya dengan bahasa arab, dan menjadikan pula orang-orang yang terdahulu masuk kedalam agama ini berbica dengannya, maka tidak ada jalan untuk mempelajari dan mengenal agama ini kecuali dengan mempelajari bahasa. Sehingga mempelajari bahasa arab menjadi bagian dari agama. Dan jadilah berbicara dengannya sebagai jalan yang mudah bagi pemeluk agama ini untuk lebih mengenal agama Allah subhanahu wata'ala. Dan juga merupakan jalan yang lebih dekat untuk menegakkan syiar-syiar agama, dan lebih dekat pula untuk menyerupai mereka orang-orang yang terdahulu masuk kedalam islam dari kalangan muhajirin dan anshor pada seluruh perkara mereka. (Iqtdho Shirotuil Mustaqim (1/402)
Mempelajari bahasa arab tentunya sesuai dengan kadar yang dibutuhkan. Tidak boleh terlalu berlebihan sehingga dia tidak mempelajari ilmu-ilmu lain yang lebih penting, seperti ilmu aqidah. Dan juga tidak boleh terlalu meremehkan sehingga dia sama sekali tidak bisa mengetahuinya. Namun yang diinginkan dari mempelajari bahasa arab adalah untuk digunakan sebagai sarana memahami dan mempelajari Al Quran dan As Sunnah, yang sesuai dengan pemahaman salafush sholih.
Secara garis besar, manusia itu terbagi menjadi tiga kelompok dalam mempelajari bahasa arab. Ada diantara mereka yang terlalu berlebihan dalam mempelajarinya, ada yang terlalu meremehkan dan ada pula yang pertengahan.
Adapun yang terlalu berlebihan, mereka adalah orang-orang yang menjadikannya sebagai ilmu ghoyah (puncaknya ilmu), dan bukan sebagai ilmu wasilah (perantara untuk mempelajari ilmu yang lainnya). Hal ini sebagaimana dilakukan oleh orang-orang syiah, shufi, dan yang semisal dengan mereka. Siang dan malam mereka sibuk mempelajari ilmu bahasa arab. Mereka tidak lagi memperhatikan ilmu-ilmu aqidah yang merupakan ilmu yang utama. Sehingga engkau dapati mereka adalah muharrifin (orang-orang yang menyimpangkan makna-makna yang benar dari Al Quran dan As Sunnah), mu’aththilin (orang-orang yang menolak sifat-sifat Allah subhanahu wata'ala) dan juga hululiyyin (orang-orang yang mereka meyakini bahwa Allah subhanahu wata'ala merasuk kedalam hamba-hambaNya). Mereka sungguh telah jauh dari jalannya salaf (pendahulu) kita yang sholih.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ ». قَالَهَا ثَلاَثًا (رواه مسلم)
Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda (yang artinya) : telah binasa orang-orang yang berlebih-lebihan. (beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali) (HR. Muslim dari ibnu mas’ud no. 6955).
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالْغُلُوِّ فِي الدِّينِ
Dan beliau Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam juga pernah menuturkan (yang artinya) : wahai sekalian manusia, hati-hatilah kalian dari sikap berlebih-lebihan dalam agama, karena sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah karena sikap berlebih-lebihan dalam beragama. (HR. Ibnu Majah dan selainnya dari Ibnu Abbas no. 3029)
Dan jika mereka mempelajari fiqh, maka pelajaran mereka terbatasi dalam masalah satu madzhab saja. Mereka membaca matan-matan (tulisan-tulisan) yang kosong dari dalil, dan mereka menerimanya sekalipun bertentangan dengan dalil. Mereka menganggapnya sebagai ayat Al Quran atau hadits Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam yang shohih. Inilah keadaan mereka, orang-orang yang terbelenggu dengan taklid (sikap mengikut tanpa memperhatikan dalil-dali yang ada). Kita memohon kepada Allah subhanahu wata'ala agar memberikan hidayah kepada mereka, dan semoga mereka dikembalikan lagi kejalan kebenaran dengan cara yang baik.
Kemudian kelompok kedua, yakni mereka yang terlalu meremehkan dalam mempelajari bahasa arab. Mereka adalah orang-orang yang tidak peduli dengan bahasa arab. Mereka lebih cenderung untuk mempelajari bahasa-bahasa yang selainnya. Tidak sedikit dari mereka yang mendatangkan guru privat untuk belajar bahasa inggris atau yang lainnya. Bahkan ada sebagian mereka yang menganggap bahwa mempelajari bahasa arab merupakan kemunduran. Sehingga ada sebagian mereka yang melarang anak-anaknya untuk belajar bahasa arab. Mereka lebih bangga menggunakan bahasa inggris atau yang lainnya daripada bahasa arab. Oleh karena itu bahasa arab ini pun terasa sangat asing ditelinga-telinga mereka. Orang-orang yang semacam ini tentunya dia akan jauh dari Al Quran dan juga As Sunnah. Makanya kita dapati kebanyakan mereka tidak mau atau jarang sekali membaca Al Quran. Mereka lebih senang membaca koran atau majalah-majalah. Padahal Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam telah bersabda menjelaskan keutamaan membaca Al Quran:
عبد الله بن مسعود يقول : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم من قرأ حرفا من كتاب الله فله به حسنة والحسنة بعشر أمثالها لا أقول آلم حرف ولكن ألف حرف ولام حرف وميم حرف
(artinya) : barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka dia mendapatkan satu kebaikan, dan satu kebaikan akan dilipat gandakan menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan ali lam miim itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan miim satu huruf. (HR. At Tirmidzi dari ibnu mas’ud no.2910)
Adapun kelompok ketiga, mereka adalah yang pertengahan dalam mempelajarinya. Mereka menjadikan bahasa arab sebagai ilmu wasilah (perantara untuk mempelajari ilmu yang lainnya) dan bukan sebagai ilmu ghoyah (puncaknya ilmu). Maka mereka mempelajarinya sebatas untuk bisa membantu mereka dalam memahami Al Quran dan As Sunnah. Mereka tidak terlalu berlebihan sehingga melupakan ilmu-ilmu lainnya yang lebih utama, dan tidak pula terlalu meremehkan sehingga menelantarkannya. Sehingga mereka pertengahan diantara dua kelompok tersebut. Dan mereka adalah ahlus sunnah wal jama’ah. Mereka senantiasa mengambil sikap pertengahan diantara seluruh kelompok yang ada dalam berbagai perkara.
Namun dari sini, tidaklah dipahami bahwa ahlus sunnah mereka mengingkari perbuatan para penuntut ilmu yang sampai mendalam ketika mempelajari bahasa arab, sehingga mereka menjadi imam dalam hal tersebut. Apabila mereka mempelajarinya sampai mendalam namun mereka tidak melalaikan ilmu-ilmu lainnya yang lebih utama, maka perbuatan mereka tidaklah tercela. Namun yang diingkari oleh ahlus sunnah adalah perbuatan orang-orang yang mana mereka berlebihan dalam mempelajarinya, sebagaimana telah disebutkan pada kelompok pertama, sehingga mereka hanya sibuk mempelajari ilmu bahasa arab saja sampai mereka tidak mengetahui tentang agama mereka sedikit pun. Lihatlah sebagai contoh syaikul islam ibnu taimiyyah dan muridnya ibnul qoyyim. Mereka berdua adalah imam dalam ilmu bahasa arab. Akan tetapi apakah mereka hanya mencukupkan dengan ilmu itu saja? Sama sekali tidak, bahkan mereka berdua mengambil dari setiap cabang ilmu bagian yang besar, terlebih lagi dalam masalah aqidah.
Maka kesimpulannya, mempelajari bahasa arab merupakan hal yang disyariatkan, karena itu merupakan sarana untuk mempelajari Al Quran dan As Sunnah. Dan minimalnya adalah agar seorang itu bisa membaca dan menulis Al Quran dan As Sunnah. Namun dalam mempelajarinya, tentunya harus dengan bimbingan syariat pula sehingga dia berada dijalan yang benar. Semoga Allah subhanahu wata'ala memudahkan bagi kita semua untuk mempelajarinya. Wallahu a’lam.
penulis : Abu Ali Banyumas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar