Pernahkah terpintas dalam
benak kita bahwa umur kita semakin hari semakin berkurang? Lalu apakah kita sadar bahwa waktu yang telah
lalu tidak mungkin akan bisa kembali? Kemanakah kita tatkala umur ini telah
habis?
Siang dan malam selalu silih
berganti. Waktu berjalan terus tiada henti. Umur yang kita miliki semakin hari
semakin terkurangi. Waktu yang telah kita lewati tak mungkin bisa kembali.
Tinggal kita intropeksi diri, terhadap apa yang kita lakukan di waktu yang
sudah kita jalani. Jika kita melakukan kesalahan padanya, maka kita hendaknya
segera memperbaiki diri. Jadikan kesalahan tersebut sebagai pelajaran yang
penuh arti. Semoga kita tidak lagi melakukan kesalahan yang sama diesok hari.
عَنْ أَنَسٍ ، قَالَ : قَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَليْهِ وسَلَّمَ : كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ ،
وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ.
Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam pernah bersabda (yang artinya) : setiap manusia sering melakukan
kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat (kepada
Allah subhanahu wata'ala). (HR. Ibnu Majah no. 4251)
Perjalanan kita sebenarnya
masih sangat panjang. Dan jalan yang kita lalui di dunia ini, tidak dihiasi
dengan bunga-bunga yang sedap dipandang. Namun padanya, banyak rintangan yang
siap menghadang. Sesuai dengan kadar iman masing-masing, diujilah setiap orang.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
الم (1) أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ
يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ
قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ
الْكَاذِبِينَ (3)
(yang artinya) : Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira
bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman",
sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang
yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar
dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Al ‘Ankabut : 1-3)
Mungkin ayat
ini sering kita baca, namun banyak dari kita yang belum paham maknanya.
Sehingga terkadang kita merasa aman dari ujianNya. Tatkala kita jatuh sakit,
kita lupa bahwa ini merupakan salah satu bentuk cara Allah subhanahu wata'ala
menguji hambaNya. Tatkala rizki kita melimpah, kita juga lupa bahwa ini adalah ujian dariNya. Allah subhanahu
wata'ala berfirman :
وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ
فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ (35)
(yang artinya)
: Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya). (Al Anbiya : 35)
Ketahuilah bahwasanya
Allah subhanahu wata'ala adalah dzat Yang Maha Penyayang terhadap
hamba-hambaNya. Sehingga dibalik sebuah ujian, tentu disana ada hikmah yang
sangat agung lagi mulia. Akan tetapi, tidak setiap hamba mengetahuinya. Oleh karenanya, terkadang mereka berkeluh
kesah ketika ujian mendatanginya. Dengan ujian tersebut, bukannya mereka
kembali kepada Allah subhanahu wata'ala, namun justru mereka semakin jauh
dariNya.
Kalau kita mau
menengok kembali sejarah yang silam, kita akan dapati orang-orang yang jauh
lebih baik dari kita, juga mendapatkan ujian dari Allah subhanahu wata'ala.
Lihatlah sebagai contoh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
عَنْ عَبْدِ اللهِ ، قَالَ : دَخَلْتُ
عَلَى رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهْوَ يُوعَكُ ، فَقُلْتُ : يَا رَسُولَ
اللهِ إِنَّكَ تُوعَكُ وَعْكًا شَدِيدًا قَالَ أَجَلْ إِنِّي أُوعَكُ كَمَا
يُوعَكُ رَجُلاَنِ مِنْكُمْ
Abdullah bin
mas’ud pernah mengatakan : aku masuk menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam dalam keadaan beliau sedang demam. Maka aku katakan kepadanya : sesungguhnya
engkau sangat demam. Beliau menjawab : iya, saya demam seperti demamnya dua
orang diantara kalian.(HR. Al bukhori no. 5648)
Ujian demi
ujian silih berganti berdatangan. Terkadang belum selesai ujian yang satu,
sudah datang yang lainnya. Dan begitulah seterusnya sampai datang kematian.
Maka dibutuhkan kesabaran yang tinggi dalam menjalaninya. Sebagian orang Allah
subhanahu wata'ala uji dengan kefakiran. Dan dengannya Allah subhanahu wata'ala
mengetahui siapa yang tetap kokoh diatas imannya dan siapa yang meninggalkan
imannya. Terkadang ujian yang menimpa seseorang menjadikan dia keluar dari
agamanya. Sungguh sangat menyedihkan apabila mendengar bahwa disana ada yang
keluar dari agamanya karena ditawari dengan sedikit dunia. Dia tidak sabar
dengan kemiskinan yang dideritanya. Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam pernah bersabda:
فَوَاللَّهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ
وَلَكِنِّي أَخْشَى أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى
مَنْ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا
أَهْلَكَتْهُم.
(yang artinya)
: demi Allah, bukan kemiskinan yang aku takutkan menimpa kalian, akan tetapi
aku takut akan dibentangkan kepada kalian dunia. Sehingga kalian pun
berlomba-lomba untuk mendapatkannya sebagaimana orang-orang terdahulu
berlomba-lomba. Lalu dunia itu pun akhirnya membinasakan kalian, sebagaimana
dia telah membinasakan orang-orang sebelum kalian. (HR. Al Bukhori no. 4015 dan
Muslim no. 7614 ‘amr bin auf)
Dan dalam
banyak riwayat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan tentang
rendahnya nilai dunia. Sehingga tidaklah pantas seorang itu terbuai dengannya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
عن سهل بن سعد قال : قال رسول
الله صلى الله عليه و سلم لو كانت الدنيا تعدل عند الله جناح بعوضة ما سقى كافرا
من شربة ماء
(yang artinya) : kalau seandainya dunia ini
bernilai disisi Allah subhanahu wata'ala seberat sayap nyamuk, niscaya Allah
subhanahu wata'ala tidak akan memberi minum kepada orang-orang kafir seteguk
air pun. (HR. At tirmidzi no. 2320 dari sahl bin sa’d)
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَرَّ بِالسُّوقِ دَاخِلاً مِنْ بَعْضِ الْعَالِيَةِ
وَالنَّاسُ كَنَفَتَهُ فَمَرَّ بِجَدْىٍ أَسَكَّ مَيِّتٍ فَتَنَاوَلَهُ فَأَخَذَ
بِأُذُنِهِ ثُمَّ قَالَ « أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ ».
فَقَالُوا مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَىْءٍ وَمَا نَصْنَعُ بِهِ قَالَ «
أَتُحِبُّونَ أَنَّهُ لَكُمْ ». قَالُوا وَاللَّهِ لَوْ كَانَ حَيًّا كَانَ
عَيْبًا فِيهِ لأَنَّهُ أَسَكُّ فَكَيْفَ وَهُوَ مَيِّتٌ فَقَالَ « فَوَاللَّهِ
لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ ».
Dalam riwayat
yang lain, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah melewati suatu pasar
yang ada dibagian dalam disebagian daerah yang tinggi dan manusia (para
shahabat) bersama beliau disekelilingnya. Maka beliau melewati bangkai anak
kambing yang cacat telinganya. Lalu beliau memegang telinganya kemudian
mengatakan : siapa diantara kalian yang ingin untuk bangkai ini menjadi
miliknya dengan membayar satu dirham? Maka mereka menjawab : kami tidak ingin
bangkai itu menjadi milik kami dengan membayar sedikit pun dan apa yang bisa
kami perbuat dengannya. Beliau mengatakan lagi : apakah kalian mau bangkai ini
menjadi milik kalian? Mereka menjawab : demi Allah, kalau seandainya dia masih
hidup, dia tetap memiliki cacat karena dia terpotong telinganya, maka bagaimana
lagi padahal dia sudah menjadi bangkai. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda : demi Allah, benar-benar dunia ini lebih rendah atas Allah subhanahu
wata'ala daripada bangkai ini atas kalian. (HR. Muslim no. 7607 dari Jabir bin
abdillah)
Dan sebagian
yang lain, Allah subhanahu wata'ala uji dengan kekayaan. Ada diantara mereka
yang lulus ujian dan adapula yang binasa dengan ujian tersebut. Lihatlah
sebagai contoh qorun yang hidup dizaman nabi Musa. Allah subhanahu wata'ala
berikan kepadanya harta yang sangat melimpah. Allah subhanahu wata'ala kisahkan
dalam Al Quran :
إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ
مُوسَى فَبَغَى عَلَيْهِمْ وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ
لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ
إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ (76) وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ
الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا
أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ
لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ (77)
(yang artinya)
: Sesungguhnya Qorun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap
mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang
kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat.
(Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu
bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan
diri.” Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan. (Al Qoshosh : 76-77)
Namun, dia
terlena dengan kekayaan yang dia miliki. Sehingga harta yang dia miliki bukan
menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata'ala. Bahkan
dia mengingkari bahwa hartanya merupakan nikmat yang berasal dari Allah
subhanahu wata'ala. Dia mengatakan sebagaimana Allah subhanahu wata'ala
sebutkan dalam Al Quran:
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى
عِلْمٍ عِنْدِي أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ
الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا وَلَا يُسْأَلُ
عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ (78)
(yang
artinya): Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena
ilmu yang ada padaku." Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah
sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya,
dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang
yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.(Al Qoshosh : 78)
Sehingga
akhirnya Allah subhanahu wata'ala pun membinasakannya. Allah subhanahu wata'ala
berfirman :
فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ
الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا
كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ (81)
(yang artinya)
: Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada
baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia
termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). (Al Qoshosh : 81)
أَنَّ
أَبَا هُرَيْرَةَ سَمِعَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « إِنَّ
ثَلاَثَةً فِى بَنِى إِسْرَائِيلَ أَبْرَصَ وَأَقْرَعَ وَأَعْمَى فَأَرَادَ
اللَّهُ أَنْ يَبْتَلِيَهُمْ فَبَعَثَ إِلَيْهِمْ مَلَكًا فَأَتَى الأَبْرَصَ
فَقَالَ أَىُّ شَىْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ لَوْنٌ حَسَنٌ وَجِلْدٌ حَسَنٌ
وَيَذْهَبُ عَنِّى الَّذِى قَدْ قَذِرَنِى النَّاسُ. قَالَ فَمَسَحَهُ فَذَهَبَ
عَنْهُ قَذَرُهُ وَأُعْطِىَ لَوْنًا حَسَنًا وَجِلْدًا حَسَنًا قَالَ فَأَىُّ
الْمَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ الإِبِلُ - أَوْ قَالَ الْبَقَرُ شَكَّ إِسْحَاقُ
- إِلاَّ أَنَّ الأَبْرَصَ أَوِ الأَقْرَعَ قَالَ أَحَدُهُمَا الإِبِلُ وَقَالَ
الآخَرُ الْبَقَرُ - قَالَ فَأُعْطِىَ نَاقَةً عُشَرَاءَ فَقَالَ بَارَكَ اللَّهُ
لَكَ فِيهَا - قَالَ - فَأَتَى الأَقْرَعَ فَقَالَ أَىُّ شَىْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ
قَالَ شَعَرٌ حَسَنٌ وَيَذْهَبُ عَنِّى هَذَا الَّذِى قَذِرَنِى النَّاسُ.
قَالَ فَمَسَحَهُ
فَذَهَبَ عَنْهُ وَأُعْطِىَ شَعَرًا حَسَنًا - قَالَ - فَأَىُّ الْمَالِ أَحَبُّ
إِلَيْكَ قَالَ الْبَقَرُ. فَأُعْطِىَ بَقَرَةً حَامِلاً فَقَالَ بَارَكَ اللَّهُ
لَكَ فِيهَا - قَالَ - فَأَتَى الأَعْمَى فَقَالَ أَىُّ شَىْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ
قَالَ أَنْ يَرُدَّ اللَّهُ إِلَىَّ بَصَرِى فَأُبْصِرَ بِهِ النَّاسَ - قَالَ -
فَمَسَحَهُ فَرَدَّ اللَّهُ إِلَيْهِ بَصَرَهُ. قَالَ فَأَىُّ الْمَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ
الْغَنَمُ.
فَأُعْطِىَ شَاةً وَالِدًا فَأُنْتِجَ
هَذَانِ وَوَلَّدَ هَذَا - قَالَ - فَكَانَ لِهَذَا وَادٍ مِنَ الإِبِلِ وَلِهَذَا
وَادٍ مِنَ الْبَقَرِ وَلِهَذَا وَادٍ مِنَ الْغَنَمِ. قَالَ ثُمَّ إِنَّهُ أَتَى
الأَبْرَصَ فِى صُورَتِهِ وَهَيْئَتِهِ فَقَالَ رَجُلٌ مِسْكِينٌ قَدِ انْقَطَعَتْ
بِىَ الْحِبَالُ فِى سَفَرِى فَلاَ بَلاَغَ لِىَ الْيَوْمَ إِلاَّ بِاللَّهِ ثُمَّ
بِكَ أَسْأَلُكَ بِالَّذِى أَعْطَاكَ اللَّوْنَ الْحَسَنَ وَالْجِلْدَ الْحَسَنَ
وَالْمَالَ بَعِيرًا أَتَبَلَّغُ عَلَيْهِ فِى سَفَرِى. فَقَالَ الْحُقُوقُ كَثِيرَةٌ.
فَقَالَ لَهُ كَأَنِّى أَعْرِفُكَ أَلَمْ تَكُنْ أَبْرَصَ يَقْذَرُكَ النَّاسُ
فَقِيرًا فَأَعْطَاكَ اللَّهُ فَقَالَ إِنَّمَا وَرِثْتُ هَذَا الْمَالَ كَابِرًا
عَنْ كَابِرٍ. فَقَالَ إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَصَيَّرَكَ اللَّهُ إِلَى مَا
كُنْتَ. قَالَ وَأَتَى الأَقْرَعَ فِى صُورَتِهِ فَقَالَ لَهُ مِثْلَ مَا قَالَ
لِهَذَا وَرَدَّ عَلَيْهِ مِثْلَ مَا رَدَّ عَلَى هَذَا فَقَالَ إِنْ كُنْتَ
كَاذِبًا فَصَيَّرَكَ اللَّهُ إِلَى مَا كُنْتَ. قَالَ وَأَتَى الأَعْمَى فِى
صُورَتِهِ وَهَيْئَتِهِ فَقَالَ رَجُلٌ مِسْكِينٌ وَابْنُ سَبِيلٍ انْقَطَعَتْ
بِىَ الْحِبَالُ فِى سَفَرِى فَلاَ بَلاَغَ لِىَ الْيَوْمَ إِلاَّ بِاللَّهِ ثُمَّ
بِكَ أَسْأَلُكَ بِالَّذِى رَدَّ عَلَيْكَ بَصَرَكَ شَاةً أَتَبَلَّغُ بِهَا فِى
سَفَرِى فَقَالَ قَدْ كُنْتُ أَعْمَى فَرَدَّ اللَّهُ إِلَىَّ بَصَرِى فَخُذْ مَا شِئْتَ وَدَعْ مَا
شِئْتَ فَوَاللَّهِ لاَ أَجْهَدُكَ الْيَوْمَ شَيْئًا أَخَذْتَهُ لِلَّهِ فَقَالَ
أَمْسِكْ مَالَكَ فَإِنَّمَا ابْتُلِيتُمْ فَقَدْ رُضِىَ عَنْكَ وَسُخِطَ عَلَى
صَاحِبَيْكَ.
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah bersabda (yang artinya) :
sesungguhnya ada tiga orang dari bani isroil yaitu orang yang terkena penyakit
kusta, orang yang botak, dan orang yang buta. Maka Allah subhanahu wata'ala
hendak menguji mereka. Lalu Allah subhanahu wata'ala mengutus kepada mereka
seorang malaikat.
Datanglah
malaikat tersebut kepada seorang yang terkena penyakit kusta, lalu mengatakan :
sesuatu apa yang paling engkau sukai? Dia menjawab : warna yang bagus dan kulit
yang bagus, dan hilang dariku apa yang manusia benci dariku. Maka malaikat tadi
mengusapnya dan hilanglah penyakitnya. Lalu malaikat itu bertanya lagi : harta
apa yang paling kamu sukai? Dia menjawab : unta. Lalu dia pun diberi unta.
Malaikat pun mengatakan : semoga Allah subhanahu wata'ala memberkahi untukmu
padanya.
Kemudian malaikat
pun datang kepada orang yang botak, lalu dia mengatakan : sesuatu apa yang
paling engkau senangi? Dia menjawab: rambut yang bagus, dan hilang dariku apa
yang manusia jijik dariku. Maka malaikat itupun mengusapnya sehingga dia
sembuh, dan diberinya rambut yang bagus. Lalu dikatakan padanya : harta apa
yang paling engkau sukai? Dia menjawab: sapi. Diberilah dia seekor sapi yang
sedang hamil. Sang malaikat pun mengatakan: semoga Allah subhanahu wata'ala
memberi berkah atasmu padanya.
Lalu datanglah
malaikat itu kepada seorang yang buta. Maka malaikat pun bertanya : sesuatu apa
yang paling engkau cintai? Dia menjawab : agar Allah subhanahu wata'ala
mengembalikan kepadaku penglihatanku sehingga aku bisa melihat dengannya
manusia. Maka malaikat itupun mengusapnya, dan Allah subhanahu wata'ala pun
kembalikan kepadanya penglihatannya. Malaikat berkata lagi : harta apa yang
paling engkau senangi? Dia menjawab: kambing. Maka diapun diberi seekor kambing
yang siap beranak.
Lalu
berkembanglah harta milik keduanya dan juga milik yang satu ini. Sehingga untuk
orang ini dia memiliki satu lembah unta, dan untuk orang ini dia juga memiliki
satu lembah sapi, dan untuk orang ini dia memiliki satu lembah kambing.
Kemudian datanglah kembali malaikat tersebut. Lalu dia mendatangi orang yang dahulu
kena penyakit kusta dengan bentuk dan keadaan seperti dulu dia mendatanginya.
Malaikat pun mengatakan: saya adalah orang miskin dan telah terputus tali
perjalanan safarku, maka tidak ada yang bisa menyampaikan kepadaku pada hari
ini selain Allah subhanahu wata'ala kemudian engkau. Aku meminta kepadamu demi
dzat yang telah memberimu warna yang bagus dan kulit yang bagus serta harta
berupa unta. Sehingga aku pun bisa melanjutkan safarku. Dia mengatakan :
hak-hak itu masih banyak. Lalu malaikat berkata : sepertinya aku mengenalmu,
bukankah dahulu engkau orang yang kena penyakit kusta sehingga manusia jijik
denganmu dan kamu adalah orang miskin, lalu Allah subhanahu wata'ala memberimu
(kenikmatan). Dia menjawab: sesungguhnya aku mewarisi harta ini dari orang yang
besar dari orang yang besar. Malaikat berkata : jika engkau berdusta, maka
Allah subhanahu wata'ala akan menjadikanmu seperti dahulu.
Kemudian
malaikat pun datang kepada orang yang botak dan mengatakan semisal apa yang
dikatakan kepada orang yang kena penyakit kusta. Dan dia pun menjawab seperti
apa yang dijawab oleh orang yang kena penyakit kusta. Lalu malaikat berkata :
jika engkau berdusta, maka Allah subhanahu wata'ala akan menjadikanmu seperti
dahulu.
Dan malaikat
pun mendatangi orang yang buta dalam bentuk dan keadaan yang dahulu dia datang
kepadanya. Lalu mengatakan : saya adalah orang yang miskin dan ibnu sabil,
telah terputus dariku tali safarku, maka tidak ada yang bisa menyampaikanku
(pada tujuan) kecuali Allah subhanahu wata'ala kemudian engkau. Aku meminta
kepadamu demi dzat yang telah mengembalikan penglihatanmu seekor kambing,
sehingga aku bisa melanjutkan dengannya safarku. Dia mengatakan : dahulu saya
buta lalu Allah subhanahu wata'ala mengembalikan penglihatanku. Maka ambillah
apa yang kamu mau dan tinggalkanlah apa yang kamu mau. Demi Allah aku tidak
akan menyulitkanmu sedikitpun pada hari ini dengan apa yang engkau ambil karena
Allah subhanahu wata'ala. malaikat pun mengatakan : tahanlah hartamu, karena sesungguhnya
saya sedang menguji kalian. Sungguh Allah subhanahu wata'ala telah ridha atasmu
dan murka atas dua orang temanmu. (HR. Al Bukhari no. 3464 dan Muslim no. 7620
dari Abu Hurairah). Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar