tag:blogger.com,1999:blog-5130648754110407752024-02-19T17:19:19.952+08:00belajar agama islammelangkah diatas cahaya ilmu agamaUnknownnoreply@blogger.comBlogger45125tag:blogger.com,1999:blog-513064875411040775.post-5032091284525657552012-08-24T23:07:00.000+08:002012-08-24T23:07:03.077+08:00Ujian Hidup<span class="fullpost">
</span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAdshPHlpC3r4jwzown_H0F1zsTCsWO3N9JgKBsMYGUnAolvq1SMAw_BidfJn5vl1T-9hnj0-f982lIdYB1kr3hLfPpUQSlK4NtpicA-hmeOa0L0lTU6x8wQ7tleJ_IKevyaL_OYI7Qcst/s1600/anggrek+hantu.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="149" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAdshPHlpC3r4jwzown_H0F1zsTCsWO3N9JgKBsMYGUnAolvq1SMAw_BidfJn5vl1T-9hnj0-f982lIdYB1kr3hLfPpUQSlK4NtpicA-hmeOa0L0lTU6x8wQ7tleJ_IKevyaL_OYI7Qcst/s200/anggrek+hantu.jpg" width="200" /></a></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="text-align: justify;">Pernahkah terpintas dalam
benak kita bahwa umur kita semakin hari semakin berkurang? Lalu apakah kita sadar bahwa waktu yang telah
lalu tidak mungkin akan bisa kembali? Kemanakah kita tatkala umur ini telah
habis?</span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
Siang dan malam selalu silih
berganti. Waktu berjalan terus tiada henti. Umur yang kita miliki semakin hari
semakin terkurangi. Waktu yang telah kita lewati tak mungkin bisa kembali.
Tinggal kita intropeksi diri, terhadap apa yang kita lakukan di waktu yang
sudah kita jalani. Jika kita melakukan kesalahan padanya, maka kita hendaknya
segera memperbaiki diri. Jadikan kesalahan tersebut sebagai pelajaran yang
penuh arti. Semoga kita tidak lagi melakukan kesalahan yang sama diesok hari. </div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14.0pt;">عَنْ أَنَسٍ ، قَالَ : قَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَليْهِ وسَلَّمَ : كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ ،
وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ.<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam pernah bersabda (yang artinya) : setiap manusia sering melakukan
kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat (kepada
Allah subhanahu wata'ala). (HR. Ibnu Majah no. 4251)</div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
Perjalanan kita sebenarnya
masih sangat panjang. Dan jalan yang kita lalui di dunia ini, tidak dihiasi
dengan bunga-bunga yang sedap dipandang. Namun padanya, banyak rintangan yang
siap menghadang. Sesuai dengan kadar iman masing-masing, diujilah setiap orang.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:</div>
<div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14.0pt;">الم (1) أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ
يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ
قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ
الْكَاذِبِينَ (3)</span></b><span dir="LTR" style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
(yang artinya) : <span class="gen">Alif laam miim.</span> <span class="gen">Apakah manusia itu mengira
bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman",
sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang
yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar
dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Al ‘Ankabut : 1-3)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen">Mungkin ayat
ini sering kita baca, namun banyak dari kita yang belum paham maknanya.
Sehingga terkadang kita merasa aman dari ujianNya. Tatkala kita jatuh sakit,
kita lupa bahwa ini merupakan salah satu bentuk cara Allah subhanahu wata'ala
menguji hambaNya. Tatkala rizki kita melimpah, kita juga lupa bahwa ini adalah ujian dariNya. Allah subhanahu
wata'ala berfirman :<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 14pt;">وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ
فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ (35)</span></b><span class="gen"><span dir="LTR" style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen">(yang artinya)
: Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya). (Al Anbiya : 35)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen">Ketahuilah bahwasanya
Allah subhanahu wata'ala adalah dzat Yang Maha Penyayang terhadap
hamba-hambaNya. Sehingga dibalik sebuah ujian, tentu disana ada hikmah yang
sangat agung lagi mulia. Akan tetapi, tidak setiap hamba mengetahuinya. Oleh karenanya, terkadang mereka berkeluh
kesah ketika ujian mendatanginya. Dengan ujian tersebut, bukannya mereka
kembali kepada Allah subhanahu wata'ala, namun justru mereka semakin jauh
dariNya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen">Kalau kita mau
menengok kembali sejarah yang silam, kita akan dapati orang-orang yang jauh
lebih baik dari kita, juga mendapatkan ujian dari Allah subhanahu wata'ala.
Lihatlah sebagai contoh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 14pt;">عَنْ عَبْدِ اللهِ ، قَالَ : دَخَلْتُ
عَلَى رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهْوَ يُوعَكُ ، فَقُلْتُ : يَا رَسُولَ
اللهِ إِنَّكَ تُوعَكُ وَعْكًا شَدِيدًا قَالَ أَجَلْ إِنِّي أُوعَكُ كَمَا
يُوعَكُ رَجُلاَنِ مِنْكُمْ</span></b><span class="gen"><span dir="LTR" style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen">Abdullah bin
mas’ud pernah mengatakan : aku masuk menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam dalam keadaan beliau sedang demam. Maka aku katakan kepadanya : sesungguhnya
engkau sangat demam. Beliau menjawab : iya, saya demam seperti demamnya dua
orang diantara kalian.(HR. Al bukhori no. 5648) <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen">Ujian demi
ujian silih berganti berdatangan. Terkadang belum selesai ujian yang satu,
sudah datang yang lainnya. Dan begitulah seterusnya sampai datang kematian.
Maka dibutuhkan kesabaran yang tinggi dalam menjalaninya. Sebagian orang Allah
subhanahu wata'ala uji dengan kefakiran. Dan dengannya Allah subhanahu wata'ala
mengetahui siapa yang tetap kokoh diatas imannya dan siapa yang meninggalkan
imannya. Terkadang ujian yang menimpa seseorang menjadikan dia keluar dari
agamanya. Sungguh sangat menyedihkan apabila mendengar bahwa disana ada yang
keluar dari agamanya karena ditawari dengan sedikit dunia. Dia tidak sabar
dengan kemiskinan yang dideritanya. Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam pernah bersabda: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14.0pt;">فَوَاللَّهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ
وَلَكِنِّي أَخْشَى أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى
مَنْ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا
أَهْلَكَتْهُم.</span></b><span class="gen"><span dir="LTR" style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen">(yang artinya)
: demi Allah, bukan kemiskinan yang aku takutkan menimpa kalian, akan tetapi
aku takut akan dibentangkan kepada kalian dunia. Sehingga kalian pun
berlomba-lomba untuk mendapatkannya sebagaimana orang-orang terdahulu
berlomba-lomba. Lalu dunia itu pun akhirnya membinasakan kalian, sebagaimana
dia telah membinasakan orang-orang sebelum kalian. (HR. Al Bukhori no. 4015 dan
Muslim no. 7614 ‘amr bin auf)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen">Dan dalam
banyak riwayat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan tentang
rendahnya nilai dunia. Sehingga tidaklah pantas seorang itu terbuai dengannya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14.0pt;">عن سهل بن سعد قال : قال رسول
الله صلى الله عليه و سلم لو كانت الدنيا تعدل عند الله جناح بعوضة ما سقى كافرا
من شربة ماء <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span dir="LTR"></span><span class="gen"><span dir="LTR"></span>(yang artinya) : kalau seandainya dunia ini
bernilai disisi Allah subhanahu wata'ala seberat sayap nyamuk, niscaya Allah
subhanahu wata'ala tidak akan memberi minum kepada orang-orang kafir seteguk
air pun. (HR. At tirmidzi no. 2320 dari sahl bin sa’d)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14.0pt;">عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَرَّ بِالسُّوقِ دَاخِلاً مِنْ بَعْضِ الْعَالِيَةِ
وَالنَّاسُ كَنَفَتَهُ فَمَرَّ بِجَدْىٍ أَسَكَّ مَيِّتٍ فَتَنَاوَلَهُ فَأَخَذَ
بِأُذُنِهِ ثُمَّ قَالَ « أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ ».
فَقَالُوا مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَىْءٍ وَمَا نَصْنَعُ بِهِ قَالَ «
أَتُحِبُّونَ أَنَّهُ لَكُمْ ». قَالُوا وَاللَّهِ لَوْ كَانَ حَيًّا كَانَ
عَيْبًا فِيهِ لأَنَّهُ أَسَكُّ فَكَيْفَ وَهُوَ مَيِّتٌ فَقَالَ « فَوَاللَّهِ
لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ ».</span></b><span class="gen"><span dir="LTR" style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen">Dalam riwayat
yang lain, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah melewati suatu pasar
yang ada dibagian dalam disebagian daerah yang tinggi dan manusia (para
shahabat) bersama beliau disekelilingnya. Maka beliau melewati bangkai anak
kambing yang cacat telinganya. Lalu beliau memegang telinganya kemudian
mengatakan : siapa diantara kalian yang ingin untuk bangkai ini menjadi
miliknya dengan membayar satu dirham? Maka mereka menjawab : kami tidak ingin
bangkai itu menjadi milik kami dengan membayar sedikit pun dan apa yang bisa
kami perbuat dengannya. Beliau mengatakan lagi : apakah kalian mau bangkai ini
menjadi milik kalian? Mereka menjawab : demi Allah, kalau seandainya dia masih
hidup, dia tetap memiliki cacat karena dia terpotong telinganya, maka bagaimana
lagi padahal dia sudah menjadi bangkai. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda : demi Allah, benar-benar dunia ini lebih rendah atas Allah subhanahu
wata'ala daripada bangkai ini atas kalian. (HR. Muslim no. 7607 dari Jabir bin
abdillah)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen">Dan sebagian
yang lain, Allah subhanahu wata'ala uji dengan kekayaan. Ada diantara mereka
yang lulus ujian dan adapula yang binasa dengan ujian tersebut. Lihatlah
sebagai contoh qorun yang hidup dizaman nabi Musa. Allah subhanahu wata'ala
berikan kepadanya harta yang sangat melimpah. Allah subhanahu wata'ala kisahkan
dalam Al Quran :<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 14pt;">إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ
مُوسَى فَبَغَى عَلَيْهِمْ وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ
لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ
إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ (76) وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ
الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا
أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ
لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ (77)</span></b><span class="gen"><span dir="LTR" style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen">(yang artinya)
: Sesungguhnya Qorun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap
mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang
kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat.
(Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu
bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan
diri.”</span> <span class="gen">Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan. (Al Qoshosh : 76-77)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen">Namun, dia
terlena dengan kekayaan yang dia miliki. Sehingga harta yang dia miliki bukan
menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata'ala. Bahkan
dia mengingkari bahwa hartanya merupakan nikmat yang berasal dari Allah
subhanahu wata'ala. Dia mengatakan sebagaimana Allah subhanahu wata'ala
sebutkan dalam Al Quran: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 14pt;">قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى
عِلْمٍ عِنْدِي أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ
الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا وَلَا يُسْأَلُ
عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ (78)</span></b><span class="gen"><span dir="LTR" style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen">(yang
artinya): Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena
ilmu yang ada padaku." Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah
sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya,
dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang
yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.(Al Qoshosh : 78)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen">Sehingga
akhirnya Allah subhanahu wata'ala pun membinasakannya. Allah subhanahu wata'ala
berfirman :<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 14pt;">فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ
الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا
كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ (81)</span></b><span class="gen"><span dir="LTR" style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen">(yang artinya)
: Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada
baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia
termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). (Al Qoshosh : 81)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: right; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14.0pt;">أَنَّ
أَبَا هُرَيْرَةَ سَمِعَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « إِنَّ
ثَلاَثَةً فِى بَنِى إِسْرَائِيلَ أَبْرَصَ وَأَقْرَعَ وَأَعْمَى فَأَرَادَ
اللَّهُ أَنْ يَبْتَلِيَهُمْ فَبَعَثَ إِلَيْهِمْ مَلَكًا فَأَتَى الأَبْرَصَ
فَقَالَ أَىُّ شَىْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ لَوْنٌ حَسَنٌ وَجِلْدٌ حَسَنٌ
وَيَذْهَبُ عَنِّى الَّذِى قَدْ قَذِرَنِى النَّاسُ. قَالَ فَمَسَحَهُ فَذَهَبَ
عَنْهُ قَذَرُهُ وَأُعْطِىَ لَوْنًا حَسَنًا وَجِلْدًا حَسَنًا قَالَ فَأَىُّ
الْمَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ الإِبِلُ - أَوْ قَالَ الْبَقَرُ شَكَّ إِسْحَاقُ
- إِلاَّ أَنَّ الأَبْرَصَ أَوِ الأَقْرَعَ قَالَ أَحَدُهُمَا الإِبِلُ وَقَالَ
الآخَرُ الْبَقَرُ - قَالَ فَأُعْطِىَ نَاقَةً عُشَرَاءَ فَقَالَ بَارَكَ اللَّهُ
لَكَ فِيهَا - قَالَ - فَأَتَى الأَقْرَعَ فَقَالَ أَىُّ شَىْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ
قَالَ شَعَرٌ حَسَنٌ وَيَذْهَبُ عَنِّى هَذَا الَّذِى قَذِرَنِى النَّاسُ.<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 14pt;">قَالَ فَمَسَحَهُ
فَذَهَبَ عَنْهُ وَأُعْطِىَ شَعَرًا حَسَنًا - قَالَ - فَأَىُّ الْمَالِ أَحَبُّ
إِلَيْكَ قَالَ الْبَقَرُ. فَأُعْطِىَ بَقَرَةً حَامِلاً فَقَالَ بَارَكَ اللَّهُ
لَكَ فِيهَا - قَالَ - فَأَتَى الأَعْمَى فَقَالَ أَىُّ شَىْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ
قَالَ أَنْ يَرُدَّ اللَّهُ إِلَىَّ بَصَرِى فَأُبْصِرَ بِهِ النَّاسَ - قَالَ -
فَمَسَحَهُ فَرَدَّ اللَّهُ إِلَيْهِ بَصَرَهُ. قَالَ فَأَىُّ الْمَالِ</span></b><b><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 22pt;"> </span></b><b><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 14pt;">أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ
الْغَنَمُ.<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 14pt;">فَأُعْطِىَ شَاةً وَالِدًا فَأُنْتِجَ
هَذَانِ وَوَلَّدَ هَذَا - قَالَ - فَكَانَ لِهَذَا وَادٍ مِنَ الإِبِلِ وَلِهَذَا
وَادٍ مِنَ الْبَقَرِ وَلِهَذَا وَادٍ مِنَ الْغَنَمِ. قَالَ ثُمَّ إِنَّهُ أَتَى
الأَبْرَصَ فِى صُورَتِهِ وَهَيْئَتِهِ فَقَالَ رَجُلٌ مِسْكِينٌ قَدِ انْقَطَعَتْ
بِىَ الْحِبَالُ فِى سَفَرِى فَلاَ بَلاَغَ لِىَ الْيَوْمَ إِلاَّ بِاللَّهِ ثُمَّ
بِكَ أَسْأَلُكَ بِالَّذِى أَعْطَاكَ اللَّوْنَ الْحَسَنَ وَالْجِلْدَ الْحَسَنَ
وَالْمَالَ بَعِيرًا أَتَبَلَّغُ عَلَيْهِ فِى سَفَرِى. فَقَالَ الْحُقُوقُ كَثِيرَةٌ.
فَقَالَ لَهُ كَأَنِّى أَعْرِفُكَ أَلَمْ تَكُنْ أَبْرَصَ يَقْذَرُكَ النَّاسُ
فَقِيرًا فَأَعْطَاكَ اللَّهُ فَقَالَ إِنَّمَا وَرِثْتُ هَذَا الْمَالَ كَابِرًا
عَنْ كَابِرٍ. فَقَالَ إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَصَيَّرَكَ اللَّهُ إِلَى مَا
كُنْتَ. قَالَ وَأَتَى الأَقْرَعَ فِى صُورَتِهِ فَقَالَ لَهُ مِثْلَ مَا قَالَ
لِهَذَا وَرَدَّ عَلَيْهِ مِثْلَ مَا رَدَّ عَلَى هَذَا فَقَالَ إِنْ كُنْتَ
كَاذِبًا فَصَيَّرَكَ اللَّهُ إِلَى مَا كُنْتَ. قَالَ وَأَتَى الأَعْمَى فِى
صُورَتِهِ وَهَيْئَتِهِ فَقَالَ رَجُلٌ مِسْكِينٌ وَابْنُ سَبِيلٍ انْقَطَعَتْ
بِىَ الْحِبَالُ فِى سَفَرِى فَلاَ بَلاَغَ لِىَ الْيَوْمَ إِلاَّ بِاللَّهِ ثُمَّ
بِكَ أَسْأَلُكَ بِالَّذِى رَدَّ عَلَيْكَ بَصَرَكَ شَاةً أَتَبَلَّغُ بِهَا فِى
سَفَرِى </span></b><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14.0pt;">فَقَالَ قَدْ كُنْتُ أَعْمَى فَرَدَّ اللَّهُ إِلَىَّ بَصَرِى فَخُذْ مَا شِئْتَ وَدَعْ مَا
شِئْتَ فَوَاللَّهِ لاَ أَجْهَدُكَ الْيَوْمَ شَيْئًا أَخَذْتَهُ لِلَّهِ فَقَالَ
أَمْسِكْ مَالَكَ فَإِنَّمَا ابْتُلِيتُمْ فَقَدْ رُضِىَ عَنْكَ وَسُخِطَ عَلَى
صَاحِبَيْكَ.</span></b><span class="gen"><span dir="LTR" style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen">Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah bersabda (yang artinya) :
sesungguhnya ada tiga orang dari bani isroil yaitu orang yang terkena penyakit
kusta, orang yang botak, dan orang yang buta. Maka Allah subhanahu wata'ala
hendak menguji mereka. Lalu Allah subhanahu wata'ala mengutus kepada mereka
seorang malaikat. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen">Datanglah
malaikat tersebut kepada seorang yang terkena penyakit kusta, lalu mengatakan :
sesuatu apa yang paling engkau sukai? Dia menjawab : warna yang bagus dan kulit
yang bagus, dan hilang dariku apa yang manusia benci dariku. Maka malaikat tadi
mengusapnya dan hilanglah penyakitnya. Lalu malaikat itu bertanya lagi : harta
apa yang paling kamu sukai? Dia menjawab : unta. Lalu dia pun diberi unta.
Malaikat pun mengatakan : semoga Allah subhanahu wata'ala memberkahi untukmu
padanya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen">Kemudian malaikat
pun datang kepada orang yang botak, lalu dia mengatakan : sesuatu apa yang
paling engkau senangi? Dia menjawab: rambut yang bagus, dan hilang dariku apa
yang manusia jijik dariku. Maka malaikat itupun mengusapnya sehingga dia
sembuh, dan diberinya rambut yang bagus. Lalu dikatakan padanya : harta apa
yang paling engkau sukai? Dia menjawab: sapi. Diberilah dia seekor sapi yang
sedang hamil. Sang malaikat pun mengatakan: semoga Allah subhanahu wata'ala
memberi berkah atasmu padanya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen">Lalu datanglah
malaikat itu kepada seorang yang buta. Maka malaikat pun bertanya : sesuatu apa
yang paling engkau cintai? Dia menjawab : agar Allah subhanahu wata'ala
mengembalikan kepadaku penglihatanku sehingga aku bisa melihat dengannya
manusia. Maka malaikat itupun mengusapnya, dan Allah subhanahu wata'ala pun
kembalikan kepadanya penglihatannya. Malaikat berkata lagi : harta apa yang
paling engkau senangi? Dia menjawab: kambing. Maka diapun diberi seekor kambing
yang siap beranak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen">Lalu
berkembanglah harta milik keduanya dan juga milik yang satu ini. Sehingga untuk
orang ini dia memiliki satu lembah unta, dan untuk orang ini dia juga memiliki
satu lembah sapi, dan untuk orang ini dia memiliki satu lembah kambing.
Kemudian datanglah kembali malaikat tersebut. Lalu dia mendatangi orang yang dahulu
kena penyakit kusta dengan bentuk dan keadaan seperti dulu dia mendatanginya.
Malaikat pun mengatakan: saya adalah orang miskin dan telah terputus tali
perjalanan safarku, maka tidak ada yang bisa menyampaikan kepadaku pada hari
ini selain Allah subhanahu wata'ala kemudian engkau. Aku meminta kepadamu demi
dzat yang telah memberimu warna yang bagus dan kulit yang bagus serta harta
berupa unta. Sehingga aku pun bisa melanjutkan safarku. Dia mengatakan :
hak-hak itu masih banyak. Lalu malaikat berkata : sepertinya aku mengenalmu,
bukankah dahulu engkau orang yang kena penyakit kusta sehingga manusia jijik
denganmu dan kamu adalah orang miskin, lalu Allah subhanahu wata'ala memberimu
(kenikmatan). Dia menjawab: sesungguhnya aku mewarisi harta ini dari orang yang
besar dari orang yang besar. Malaikat berkata : jika engkau berdusta, maka
Allah subhanahu wata'ala akan menjadikanmu seperti dahulu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen">Kemudian
malaikat pun datang kepada orang yang botak dan mengatakan semisal apa yang
dikatakan kepada orang yang kena penyakit kusta. Dan dia pun menjawab seperti
apa yang dijawab oleh orang yang kena penyakit kusta. Lalu malaikat berkata :
jika engkau berdusta, maka Allah subhanahu wata'ala akan menjadikanmu seperti
dahulu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen">Dan malaikat
pun mendatangi orang yang buta dalam bentuk dan keadaan yang dahulu dia datang
kepadanya. Lalu mengatakan : saya adalah orang yang miskin dan ibnu sabil,
telah terputus dariku tali safarku, maka tidak ada yang bisa menyampaikanku
(pada tujuan) kecuali Allah subhanahu wata'ala kemudian engkau. Aku meminta
kepadamu demi dzat yang telah mengembalikan penglihatanmu seekor kambing,
sehingga aku bisa melanjutkan dengannya safarku. Dia mengatakan : dahulu saya
buta lalu Allah subhanahu wata'ala mengembalikan penglihatanku. Maka ambillah
apa yang kamu mau dan tinggalkanlah apa yang kamu mau. Demi Allah aku tidak
akan menyulitkanmu sedikitpun pada hari ini dengan apa yang engkau ambil karena
Allah subhanahu wata'ala. malaikat pun mengatakan : tahanlah hartamu, karena sesungguhnya
saya sedang menguji kalian. Sungguh Allah subhanahu wata'ala telah ridha atasmu
dan murka atas dua orang temanmu. (HR. Al Bukhari no. 3464 dan Muslim no. 7620
dari Abu Hurairah). Wallahu a'lam <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: left; unicode-bidi: embed;">
<span class="gen"><span dir="LTR"><o:p> penulis : Abu Ali Banyumas</o:p></span></span></div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-513064875411040775.post-73113893983358340002012-06-21T18:04:00.000+08:002012-06-21T18:04:01.973+08:00Jangan Putus Harapan dari Meraih Ampunan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeMtFMDdE99An6S1V2tU8cPqkDf95wL2TQLZC8tAFewXJmWRz_UigjAPUnjDDg4GXdVhNc2bnu2-kLJQZ-96GGmTb3nJk8MuoYaa6Iakbx7-CVXLKwB8rI2qSwXy6TqZ2Txy0Vs-Qm-h7F/s1600/pohon-bambu1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeMtFMDdE99An6S1V2tU8cPqkDf95wL2TQLZC8tAFewXJmWRz_UigjAPUnjDDg4GXdVhNc2bnu2-kLJQZ-96GGmTb3nJk8MuoYaa6Iakbx7-CVXLKwB8rI2qSwXy6TqZ2Txy0Vs-Qm-h7F/s200/pohon-bambu1.jpg" width="150" /></a></div>
<h1 class="entry-title">
</h1>
Allah<em> subhanahu wa ta’ala </em>berfirman:<br />
<div dir="RTL">
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى
أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ
الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ</div>
<em>“Katakanlah: “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap
diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah,
sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” </em>(<strong>Az-Zumar: 53</strong>)<span id="more-976"></span><br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Tidaklah ada seorang manusia kecuali pasti pernah terjatuh dalam dosa
dan kesalahan. Namun demikian, tidak sepatutnya bagi anak cucu Adam
putus harapan dan enggan memohon ampun kepada Sang Khalik. Karena Dia
pasti akan memberikan ampunan, walaupun dosa-dosa manusia itu sebanyak
buih di lautan. Siang dan malam ampunan-Nya senantiasa terbentang, untuk
hamba-Nya yang memohon ampun dengan ketulusan. Itulah kemurahan
Ar-Rahman, kepada hamba-Nya yang beriman.<br />
Ayat (dalam surat Az-Zumar: 53) yang menjadi topik pembahasan kita
kali ini merupakan salah satu ayat yang menunjukkan betapa luasnya kasih
sayang Allah. Sebesar apapun dosa manusia, jika dia mau jujur untuk
mengakui kesalahannya, kemudian bertaubat kepada Allah dengan
sebenar-benarnya taubat, maka ampunan dan rahmat-Nya pasti akan
diberikan kepada sang hamba.<br />
<br />
<strong>Sebab Turunnya Ayat</strong><br />
Shahabat ‘Abdullah bin ‘Abbas pernah mengabarkan bahwa ada sekelompok
orang dari kalangan musyrikin yang telah melakukan banyak pembunuhan
dan perzinaan. Kemudian mereka mendatangi Rasulullah<em> shallallahu ‘alaihi wa sallam </em>dan mengatakan kepada beliau<em> shallallahu ‘alaihi wa sallam,</em> “Sesungguhnya apa yang engkau katakan dan engkau dakwahkan sangat baik, kiranya engkau memberitahu kami apa yang bisa menjadi<em>kaffarah</em> (penghapus dosa) atas perbuatan-perbuatan kami tersebut?”<br />
Seketika itulah, Allah menurunkan ayat-Nya (yang artinya),<br />
<em>“Dan orang-orang yang tidak beribadah kepada sesembahan yang lain
(selain Allah) bersamaan dengan beribadah kepada Allah, dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar,
dan tidak berzina. Barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia
mendapat (pembalasan) dosanya.” </em>(<strong>Al-Furqan: 68</strong>)<br />
Dan ayat-Nya (artinya),<br />
<em>“Katakanlah: “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap
diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah,
sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” </em>(<strong>Az-Zumar: 53</strong>) (<strong>HR. al-Bukhari </strong>dan <strong>Muslim</strong>)<br />
Sebab turunnya ayat di atas menunjukkan bahwa dosa-dosa besar yang
telah mereka lakukan (kesyirikan, pembunuhan, dan perzinaan) akan
terhapus dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan tersebut, bertaubat,
beriman setelah sebelumnya berada di atas kekufuran dan kesyirikan,
kemudian mengiringinya dengan amal shalih. Hal ini sebagaimana
ditegaskan dalam ayat setelahnya (artinya):<br />
<em>“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal
shalih, maka kejahatan mereka diganti oleh Allah dengan kebajikan. Dan
adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” </em>(<strong>Al-Furqan: 70</strong>)<br />
Dengan demikian, terjawablah pertanyaan mereka tersebut. Jadi,
sebesar apapun dosa yang dilakukan, jangan berputus asa untuk meraih
ampunan-Nya. Tentang ayat 53 dalam surat Az-Zumar ini, al-Imam Ibnu
Katsir<em> rahimahullah </em>mengatakan, “Ayat ini merupakan seruan
kepada semua pelaku maksiat, baik dari kalangan orang-orang kafir maupun
selain mereka, untuk bertaubat dan kembali kepada Allah. Ayat ini juga
mengabarkan bahwa Allah akan mengampuni semua dosa bagi orang yang
bertaubat dan meninggalkan dosa tersebut.” (Lihat <strong>Tafsir Ibnu Katsir</strong>)<br />
<br />
<strong>Penjelasan Ayat</strong><br />
<div dir="RTL">
قُلْ</div>
<em>“Katakanlah.”</em><br />
Ini perintah kepada Rasulullah<em> shallallahu ‘alaihi wa sallam </em>dan
umatnya yang mengemban dakwah dan menyeru umat manusia kepada
kebenaran. Mereka diperintah oleh Allah untuk mengatakan dan
menyampaikan kepada para hamba sebuah kalam-Nya yang suci:<br />
<div dir="RTL">
يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ</div>
<em>“Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri.”</em><br />
Yaitu hamba-hamba Allah<em> subhanahu wa ta’ala </em>yang telah
berbuat dosa dan maksiat. Dikatakan sebagai orang yang melampaui batas
terhadap diri mereka sendiri karena orang yang melakukan kemaksiatan
pada hakekatnya telah menjerumuskan diri mereka sendiri kepada jurang
kebinasaan. Mereka telah berbuat zalim dan aniaya terhadap dirinya
sendiri.<br />
Firman-Nya,<br />
<div dir="RTL">
لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ</div>
<em>“Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah.”</em><br />
Sehingga kalian tidak mengharap rahmat dan ampunan-Nya. Jangan sampai
kalian mengatakan, “Kesalahan-kesalahan kami sudah terlampau banyak,
dosa-dosa kami sudah sangat besar sehingga tidak mungkin Allah akan
mengampuni kami.” Atau ucapan semisal itu yang menunjukkan keputusasaan
dan rasa pesimis dari mendapatkan kasih sayang-Nya. Sungguh sikap
seperti ini justru akan semakin menumpuk dosa dan melahirkan berbagai
kejelekan, di antaranya:<br />
<strong>Pertama</strong>, sikap seperti ini akan menyebabkan
seseorang terus-menerus berada dalam jurang kemaksiatan. Ia tidak mau
mengentaskan diri dan keluar dari jurang yang membinasakan tersebut
karena di hatinya sudah tertanam bahwa Allah tidak akan mengampuni
dosanya.<br />
<strong>Kedua</strong>, sikap seperti ini menunjukkan <em>su’uzhan </em>(buruk
sangka) dia terhadap Penciptanya, Dzat Yang Maha Pengasih dan
Penyayang. Ketahuilah bahwa di antara bentuk kasih sayang Allah kepada
hamba-Nya adalah pemberian ampunan kepada siapa saja yang memohonnya.<br />
<strong>Ketiga</strong>, sikap berputus asa dari rahmat Allah<em> subhanahu wa ta’ala </em>itu merupakan sikap tercela, sebagaimana firman Allah ketika mengisahkan perkataan Nabi Ibrahim <em>‘alaihis salaam</em> (artinya):<br />
<em>“Dia (Nabi Ibrahim) berkata: Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Rabb-nya kecuali orang-orang yang sesat.” </em>(<strong>Al-Hijr: 56</strong>)<br />
Rasulullah<em> shallallahu ‘alaihi wa sallam </em>pernah ditanya tentang perbuatan apa saja yang digolongkan dosa besar. Beliau<em> shallallahu ‘alaihi wa sallam </em>pun menjawab, <em>“Syirik kepada Allah, berputus asa dari rahmat Allah, dan merasa aman dari adzab Allah.”</em> (<strong>HR. ath-Thabarani, al-Bazzar</strong>, dan selainnya)<br />
Firman-Nya,<br />
<div dir="RTL">
إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا</div>
<em>“Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.”</em><br />
Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha hamba-Nya yang ingin bertaubat.
Sebesar dan sebanyak apapun dosa itu, Allah akan mengampuninya dengan
taubat.<br />
Satu masalah penting yang harus dipahami dengan benar. Sepintas, ayat ini bertentangan dengan ayat yang lain (yang artinya), <em>“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa
yang di bawah itu bagi barangsiapa yang dikehendaki-Nya.”</em> (<strong>An-Nisa’: 48</strong>). Pada ayat ini, dengan tegas Allah menyatakan tidak akan mengampuni dosa syirik.<br />
Tidak ada pertentangan sedikit pun di dalam Al-Qur`an antara ayat
yang satu dengan ayat yang lain. Ayat dalam surat An-Nisa’: 48
menerangkan bahwa dosa syirik -yang merupakan dosa paling besar- tidak
akan diampuni oleh Allah jika pelakunya belum bertaubat darinya. Adapun
perbuatan yang tingkatan dosanya di bawah syirik, maka ini di bawah
kehendak Allah. Jika berkehendak, Allah akan mengampuninya, dan jika
tidak, maka dengan keadilan-Nya, pelakunya berhak mendapatkan adzab dari
Dzat Yang Maha Adil dan Maha Bijaksana. Namun apabila pelaku kesyirikan
itu sudah bertaubat, maka sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya.<br />
Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman (artinya), <em>“Wahai anak
Adam, kalau dosa-dosamu (sangat banyak) sampai mencapai awan di langit,
kemudian kamu meminta ampun kepada-Ku, pasti Aku akan mengampunimu dan
Aku tidak peduli. Sesungguhnya jika kamu datang kepada-Ku dengan
membawa dosa sepenuh bumi, kemudian kamu datang menjumpai-Ku (ketika
meninggal) dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu pun, maka
Aku akan memberikan ampunan sepenuh bumi.” </em>(<strong>HR. at-Tirmidzi</strong>)<br />
Dipahami dari hadits qudsi ini, bahwa Allah akan mengampuni dosa
hamba-Nya kalau si hamba itu tidak berbuat syirik. Berarti dosa syirik
itu tidak terampuni kalau pelakunya meninggal dalam keadaan belum
bertaubat darinya dan masih membawa dosa tersebut.<br />
<br />
<strong>Jangan Menganggap Remeh Dosa</strong><br />
Ketika seseorang telah yakin bahwa Allah<em> subhanahu wa ta’ala </em>pasti
mengampuni semua dosa, dan tidak boleh bagi seorang pun berputus asa
dari rahmat-Nya, maka jangan sampai terseret oleh tipu daya setan yang
lain, yaitu menganggap remeh perbuatan dosa sehingga menjadi
bermudah-mudahan dalam melakukannya. “Kan Allah Maha Pengampun, gampang
nanti tinggal taubat, beres…” Ini adalah bisikan-bisikan setan yang
terus dihembuskan ke dalam hati-hati manusia.<br />
Pembaca yang dirahmati oleh Allah. Sungguh sekecil apapun perbuatan
hamba, baik ataupun buruk, akan tercatat di sisi Allah dan pelakunya
akan melihat akibat dari perbuatannya itu. Jangankan dosa besar, dosa
kecil pun kalau terus dilakukan oleh seorang hamba, maka akan terus
bertumpuk pada dirinya dan akhirnya menjadi dosa besar yang akan
membinasakannya. Rasulullah<em> shallallahu ‘alaihi wa sallam </em>bersabda,<br />
<div dir="RTL">
إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوْبِ، فَإِنَّهُنَّ يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ حَتَّى يُهْلِكْنَهُ</div>
<em>“Hati-hati kalian dari dosa-dosa yang dianggap remeh, karena
dosa-dosa tersebut akan terkumpul pada diri seseorang sampai akhirnya
bisa membinasakannya.”</em> (<strong>HR. Ahmad, ath-Thabarani</strong>)<br />
Demikianlah ajaran Islam yang penuh rahmat. Dosa apapun akan
terampuni dengan taubat. Namun jangan sekali-kali menganggap enteng
perbuatan maksiat. Bersegeralah mengingat Allah dan beramal kebajikan
sebelum terlambat. Semoga Allah memberikan kepada kita kebahagiaan hidup
di dunia dan akhirat. Kabulkanlah permohonan kami <em>Yaa Kariim, Yaa Mujiibad da’awaat</em>.<br />
<em> Wallaahu a’lam bish shawab.</em><br />
Penulis: Ustadz Abu Abdillah Kediri <em>hafizhahullah</em><br />
<em>sumber : http://www.buletin-alilmu.com/2012/06/20/jangan-putus-harapan-dari-meraih-ampunan/ </em><br />
<span class="fullpost">
</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-513064875411040775.post-61334047600279581342012-06-20T11:49:00.001+08:002012-06-20T11:49:37.652+08:00Kenapa Salafy Tidak Mau Difoto / Divideo???<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCokVj5-t0iKjwklgzsd_ob9sVEdMI_CQK7jUwmmMDbY6JCFnCB0MhFWtOlx-pwfa2-q-YcZcUeblkcvwj_JnWivJC7v5Qr43XMMLEOq2zsuhystDeR0fcy9mF43ZN_N8URwY8hooe5Dfu/s1600/Daftar+Peraturan+Aneh+yang+tidak+boleh+dilakukan+di+Beberapa+Negara.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCokVj5-t0iKjwklgzsd_ob9sVEdMI_CQK7jUwmmMDbY6JCFnCB0MhFWtOlx-pwfa2-q-YcZcUeblkcvwj_JnWivJC7v5Qr43XMMLEOq2zsuhystDeR0fcy9mF43ZN_N8URwY8hooe5Dfu/s200/Daftar+Peraturan+Aneh+yang+tidak+boleh+dilakukan+di+Beberapa+Negara.png" width="200" /></a></div>
<strong></strong>
Gambar makhluk bernyawa yang menyebar di masyarakat ternyata adalah
sebuah problematika serius dan penting dalam kacamata islam, baik berupa
goresan tangan ataupun jepretan alat.Sebagai catatan awal, yang
dimaksud dengan gambar makhluk bernyawa di sini adalah gambar manusia
(atau yang menyerupai bentuknya) ataupun gambar binatang(atau yang
menyerupai bentuknya), tidak termasuk di dalamnya gambar tumbuh-tumbuhan
sebagaimana persangkaan sebagian orang.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Allah تعالى telah memberikan penjelasan terkait masalah ini melalui
lisan Rasul-Nya صلى الله عليه وسلم. Seorang muslim-apapun
kedudukannya-hendaknya menjadikan hadits-hadits Rasulullah صلى الله عليه
وسلمsebagai landasan pokok dalam bersikap dan berkata dalam
permasalahan ini,dan tidak berpijak pada pola pikir dan ideologi yang
berseberangan dengan sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلمtersebut.
Berikut ini beberapa sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلمtentang gambar;<br />
<span id="more-623"></span><br />
Dari ‘Aisyah رضي الله عنهاberkata :<br />
<br />
<h3 style="text-align: center;">
أَنَّ أُمَّ حَبِيبَةَ وَأُمَّ سَلَمَةَ
ذَكَرَتَا كَنِيسَةً رَأَيْنَهَا بِالْحَبَشَةِ فِيهَا تَصَاوِيرُ
فَذَكَرَتَا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ
أُولَئِكَ إِذَا كَانَ فِيهِمْ الرَّجُلُ الصَّالِحُ فَمَاتَ بَنَوْا عَلَى
قَبْرِهِ مَسْجِدًا وَصَوَّرُوا فِيهِ تِلْكَ الصُّوَرَ فَأُولَئِكَ
شِرَارُ الْخَلْقِ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ</h3>
<em>“Bahwa Umi Habibah dan Umi Salamah menggambarkan kepada
Rasulullah Saw tentang gereja yang mereka lihat di daerah Habasyah
(Ethopia), padanya terdapat Shuwar (gambar makhluk bernyawa), maka
Rasulullah berkata menanggapinya : “Sesungguhnya mereka (kaum Nashara)
jika ada orang shaleh diantara mereka yang meninggal, mereka membangun
masjid diatas kuburannya dan membuat gambar orang-orang shaleh yang
telah meninggal tersebut, mereka itulah sejelek-jelek makhluk disisi
Allah pada hari kiamat.”</em> (HR. Bukhori dan Muslim)<br />
Dari ‘Aisyah رضي الله عنهاberkata :<br />
<h3 style="text-align: center;">
أَنَّهَا اشْتَرَتْ نُمْرُقَةً فِيهَا
تَصَاوِيرُ فَلَمَّا رَآهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَامَ عَلَى الْبَابِ فَلَمْ يَدْخُلْهُ فَعَرَفْتُ فِي وَجْهِهِ
الْكَرَاهِيَةَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتُوبُ إِلَى اللَّهِ
وَإِلَى رَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَاذَا أَذْنَبْتُ
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا بَالُ
هَذِهِ النُّمْرُقَةِ قُلْتُ اشْتَرَيْتُهَا لَكَ لِتَقْعُدَ عَلَيْهَا
وَتَوَسَّدَهَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِنَّ أَصْحَابَ هَذِهِ الصُّوَرِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُعَذَّبُونَ
فَيُقَالُ لَهُمْ أَحْيُوا مَا خَلَقْتُمْ وَقَالَ إِنَّ الْبَيْتَ الَّذِي
فِيهِ الصُّوَرُ لَا تَدْخُلُهُ الْمَلَائِكَةُ</h3>
<em>“Bahwa dia</em><em> membeli bantal kecil, padanya terdapat gambar bernyawa. Tatkala Rasulullah </em><em>صلى الله عليه وسلم</em><em>melihatnya, beliau enggan masuk dan berdiri di depan pintu. ‘Aisyah melihat rasa tidak suka pada wajah Rasulullah </em><em>صلى الله عليه وسلم</em><em>,
maka aku berkata : “Wahai Rasulullah! akubertobat kepada Allah Dan
Rasul-Nya, apakah saya telah melakukan sebuah dosa?” Beliau berkata
:“Apakah gerangan keberadaan bantal kecil ini, disini?” Aku berkata :
“Aku membelinya agar engkau gunakan sebagai alas duduk.” Rasulullah </em><em>صلى الله عليه وسلم</em><em> bersabda</em><em>:
“Sesungguhnya para pembuat gambar ini akan disiksa pada hari kiamat,
dikatakan kepada mereka :“Hidupkanlah makhluk ciptaan (gambaran) kalian
ini!” Kemudian beliau berkata: “Sesungguhnya malaikat (malaikat rahmah)
tidaklah masuk kedalam rumah terdapat padanya gambar makhluk bernyawa.”</em> (HR. Bukhari dan Muslim)<br />
Dari Ibnu ‘Abbas رضي الله عنهما:<br />
<h3 style="text-align: center;">
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لَمَّا رَأَى الصُّوَرَ فِي الْبَيْتِ لَمْ يَدْخُلْ حَتَّى
أَمَرَ بِهَا فَمُحِيَتْ وَرَأَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ عَلَيْهِمَا
السَّلَام بِأَيْدِيهِمَا الْأَزْلَامُ فَقَالَ قَاتَلَهُمْ اللَّهُ
وَاللَّهِ إِنْ اسْتَقْسَمَا بِالْأَزْلَامِ قَطُّ</h3>
<em>“Bahwa Rasulullah </em><em>صلى الله عليه وسلم</em><em>ketika
melihat beberapa gambar dalam sebuah rumah beliau enggan masuk, sampai
beliau memerintahkan gambar tersebut dihapus. Dan Beliau </em><em>صلى الله عليه وسلم</em><em> berkata tatkala melihat gambar Nabi Ibrahim </em><em>عليه السلام </em><em>dan Nabi Ismail </em><em>عليه السلام</em><em>memegang
Azlam (alat untuk mengundi nasib): “Semoga Allah membinasakan mereka
(yang membuat gambar kedua nabi ini). Demi Allah tidaklah Ibrahim dan
Ismail pernah sekalipun menggunakan alat ini.”</em> (HR. Bukhari)<br />
Dari ‘Aisyah رضي الله عنها:<br />
<h3 style="text-align: center;">
دَخَلَ عَلَيَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي الْبَيْتِ قِرَامٌ فِيهِ صُوَرٌ فَتَلَوَّنَ
وَجْهُهُ ثُمَّ تَنَاوَلَ السِّتْرَ فَهَتَكَهُ وَقَالَتْ قَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ أَشَدِّ النَّاسِ عَذَابًا
يَوْمَ الْقِيَامَةِ الَّذِينَ يُصَوِّرُونَ هَذِهِ الصُّوَرَ</h3>
<em>“Rasulullah </em><em>صلى الله عليه وسلم</em><em>masuk kepadaku
dan dalam rumah terdapat sebuah kain tipis, padanya gambar (makhluk
bernyawa).Maka berubahlah rona wajah Rasulullah </em><em>صلى الله عليه وسلم</em><em> (ketika melihat gambar tersebut) kemudian beliau meraih kain itu dan merobeknya. ‘Aisyah berkata: “Rasulullah </em><em>صلى الله عليه وسلم</em><em>
bersabda: “Sesungguhnya diantara orang yang paling keras siksaannya
pada hari kiamat adalah mereka yang membuat gambar seperti ini.”</em> (HR. Bukhari)<br />
<br />
Pembaca sekalian,<br />
Dalam hadits-hadits ini kita melihat bahwa Nabi kita Muhammad صلى
الله عليه وسلمtelah menerangkan hukum, ancaman bagi penggambar dan
dampak bagi para pemajangnya.<br />
Adapun hukumnya, dari hadits-hadits tersebut ada isyaratakan haramnya
menggambar makhluk bernyawa. Kalau haram maka orang yang melakukan
itupun terjatuh dalam dosa.<br />
Adapun ancamannya, diantaranya: orang yang menggambar akan diancam
dengan siksaan yang pedih di akhirat, akan dihukum oleh Allah تعالى
dengan hukuman yang tidak akan dia bisa lakukan yaitu menghidupkan apa
yang dia gambar, dimasukkan dalam golongan makhluk yang paling jelek
pada hari kiamat -sehingga nerakalah ancamannya-. Kalau demikian
ancamannya bukankan nereka ancamannya??<br />
Adapun ancaman bagi pemasangnya, telah tersirat dalam kemurkaan
Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan juga tindakan beliau merobek gambar
yang terpasang dan doa laknat beliau. Ini menunjukkan pemasangnya juga
terancam dosa.Oleh karenanya ‘Aisyah رضي الله عنها bertobat dari hal
ini. Akankah seorang muslim berani menanggung dosa?? Lancangkah seorang
mukmin membawa dosa di hadapan Allah تعالى kelak???<br />
Adapun dampaknya, diantaranya: sebagaimana disebutkan dalam hadits
bahwa malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang ada gambar
benyawanya. Perlu diketahui makhluk yang selalui mendampingi manusia ada
dua: malaikat dan syaithan (jin). Kalau malaikat enggan masuk ke rumah
tersebut, maka yang masuk adalah makhluk yang jelek yaitu syithan, yang
selalu berusaha menjerumuskan manusia dalm lumpur kerusakan dan
kesengsaraan.<br />
Dampak yang lain adalah: gambar seperti ini akan mengantarkan pada
kesyirikan dan ini adalah dosa yang paling besar dan paling dibenci
Allah تعالى, siapa yang terjatuh padanya sampai matinya maka dia tiada
akan keluar dari neraka. Semoga Allah selamatkan kita dari kesyirikan
dan gambar ini.<br />
Kalau ada yang bertanya: Kok bisa? Jawabannya: Ya ini bisa dan telah
terjadi. Sebagaimana dikisahkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya:“Abu
Ja’far bercerita tentang Wadd (salah satu berhala yang disembah), dan
berkata :“Wadd ini, dahulu adalah seorang muslim yang dicintai oleh
kaumnya. Tatkala beliau meninggal, kaumnya ini berkumpul disekitar
kuburnya di daerah Babil dalam keadaan sangat sedih akan kepergiannya.
Ketika Iblis melihat kesedihan mendalam ini, dia datang kepada mereka
dalam bentuk seorang manusia sembari berkata :“Sungguh saya telah
melihat kesedihan kalian atas meninggal orang ini (Wadd), apakah kalian
ingin agar aku (iblis) membuat gambarnya pada tempat berkumpulnya kalian
sebagai kenangan, agar kalian senantiasa mengingatnya?” Mereka berkata :
Ya. Maka iblis pun membuatkan gambar Wadd untuk mereka dan diletakan
pada tempat mereka sebagai kenangan (belum disembah ketika itu).”… Abu
ja’far berkata: “Dan anak-anak dari generasi pertama ini mengetahui
(mengerti) apa yang diperbuat oleh bapak-bapak mereka, setelah berlalu
sekian generasi ke generasi lainnya dan telah terlupakan awal perkara
ini (yang mana dibuat hanya sebagai kenangan) sampai anak keturunan
mereka yang kesekian ini menjadikan Wadd sebagai sesembahan selain Allah
تعالى.” Lihat tafsir Ibnu Katsir terhadap surat Nuh.<br />
Dan inilah wujud kesyirikan yang nyata.<br />
Apakah mungkin hal ini terjadi pada zaman ini?? Jawabannya: Mungkin saja, dan terbukti.<br />
Buktinya: Sebagian orang yang menyebut diri mereka muslim,
berlomba-lomba memajang foto atau gambar orang yang mereka anggap shalih
(entah ustadz entah kyai entah syaikh). Dan mereka mengagungkannya
dengan perbedaan tingkat pengagungan yang ada. Yang paling parah
diantaranya ada yang beranggapan kalau memajang foto si fulan akan
lancara rizqinya, dan lain-lain, ini sekedar contoh. Rizqi itu dari
Allah تعالى, kalau foto ini dijadikan sebab datangnya rizqi, bukankan
ini kesyirikan???<br />
Bukti lain: Sebagian orang syi’ah terkhusus rafidhah imamiyah,
memajang foto Khumainy yang memiliki sejarah hitam dan penuh darah bagi
kaum muslimin. Mereka mengagungkannya, bahkan lebih memuliakannya
dibanding Rasulullah صلى الله عليه وسلم, dan banyak lagi.<br />
Bahkan gambar dan foto telah dijadikan sarana perdukukan dan sarana sihir. Kenyataan menjadi saksi nyata akan hal ini.<br />
Kalau tidak mengantarkan pada kesyirikan, maka minimal mengantarkan
pada maksiat di bawah kesyirikan. Ancaman dalan hadits telah
mengisyaratkan bahwa hal tersebut adalah maksiat dan dosa, dan akan
malahirkan dosa berikutnya, menggambar gambar-gambar yang merusak
seperti pornografi, setelah itu mengantarkan pada kerusakan moral.<br />
Seperti kata Ibnul Qayyim: Suatu dosa itu akan mengantarkan pada dosa berikutnya.<br />
Banyak fatwa ulama zaman ini yang beredar tentang haramnya gambar
menggambar.Seperti dari Syaikh Ibnu Baz, Ibnu ‘Utsaimin, Syaikh
Al-Albany, Dewan Fatwa Karajaan Sa’udi, Syaikh Muqbil (Yaman), Syaikh
Muhammad Al-Imam.<br />
Namun kita hanya akan menyebutkan satu fatwa dari Dewan Fatwa
Kerajaan Sa’udi. Dan alhamdulillah telah ditulis banyak buku terkait
masalah ini. Silahkan dirujuk pada buku-buku tersebut.<br />
<br />
Soal : Bolehkah kita membuat gambar dengan alat teknologi sekarang ini ?<br />
Jawab : Hukum mengambar (makhluk bernyawa) adalah haram, termasuk
diantara dosa besar karena kerasnya ancaman dan larangan yang datang
dalam hadits-hadits Rasulullah صلى الله عليه وسلم,<br />
<h3 style="text-align: center;">
كل مصور في النار</h3>
<em>“Setiap pembuat gambar, tempatnya adalah neraka.”</em> (HR. Muslim dari Ibnu Abbas, no 2110)<br />
<h3 style="text-align: center;">
من صور صورة في الدنيا كلف أن ينفخ فيها الروح يوم القيامة وليس بنافخ</h3>
<em>“Barang siapa yang membuat satu gambar di dunia, akan dibebani di
hari kiamat agar dia meniupkan ruh pada gambar tersebut, padahal dia
bukanlah seorang yang bisa menghidupkannya (dengan meniupkan ruh
padanya).”</em> (HR. Bukhari no 5963 dan Muslim no 2110, dari Ibnu Abbas)<br />
Dan seterusnya dari beberapa hadits Rasulullah صلى الله عليه وسلم
tentang gambar ini.Dan tidak dibedakan antara gambar yang dibuat dengan
tangan biasa (melukis manual) ataukah yang dibuat dengan alat seperti
kamera dan video karena keumuman hadits-hadits Rasulullahصلى الله عليه
وسلم diatas.<br />
(Fatawa Lajnah Daaimah, jilid 1 hal 287)<br />
<br />
Kami disini hanya berusaha menjelaskan pertanyaan atau penyataan
sebagian orang “Kenapa ahlus sunnah atau salafy itu tidak mau difoto dan
divideo?”<br />
Kami katakan: Karena Nabi صلى الله عليه وسلم menyatakan keharamannya,
dan kita kaum muslimin harus mengikuti ajaran Rasulullah صلى الله عليه
وسلم. Yang enggan mengikutinya maka dia tergolong enggan masuk surga.<br />
Kalau seandaninya mengikuti Rasulullah صلى الله عليه وسلم dianggap
kedunguan, bukankah mengikuti orang kafir dalam menghalalkan segala hal
itu lebih dungu lagi??? Akankah ahlus sunnah atau salafy disalahkan
kalau mereka mengikuti jejak dan tuntunan Rasulullah صلى الله عليه
وسلم???? Sementara Allah تعالى telah mengancam keras orang-orang yang
membangkang terhadap Rasul-Nya صلى الله عليه وسلم.<br />
Seorang muslim harus menjadi bagian umat ittiba’ yang mengikuti jejak
Rasulullah صلى الله عليه وسلم, bukan menjadi bagian umat yang
membangkang kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم.<br />
<br />
Apakah sudah harga mati semua gambar makhluk bernyawa itu tidak boleh??Termasuk di dalamnya foto KTP atau Paspor?<br />
Jawabannya: Sebagian ulama telah menjelaskan bahwa foto itu juga
haram, namun ada pengecualian, yaitu foto-foto yang bersifat darurat.
Artinya sesuatu yang diharuskan tanpa bisa dielakkan lagi oleh kaum
muslimin. Contohnya KTP, atau Paspor. Maka para ulama menjadikan foto
dalam dokumen-dokumen tersebut sebagai bentuk darurat, untuk kepentingan
data negara melalui KTP, dan keperluan data internasional melalui
Paspor.<br />
Adapun yang tidak darurat maka masuk dalam asal hukum yaitu haram.
Karena kaidah dikalangan ahli fiqih: Keadaan darurat itu bisa
menghalalkan sesuatu yang haram, namun diukur sesuai kadarnya.<br />
Contohnya: Orang kelaparan dan tidak menemukan makanan kecuali
bangkai binantang. Padahal bangkai haram. Namun kalau tidak makan orang
ini akan mati. Maka boleh baginya makan bangkai tersebut untuk
menyambung hidup, namun bolehnya itu sesuai kadarnya. Maka kalau sudah
cukup ya sudah dan sisanya masuk kembali kedalam hukum haram, jadi dia
tidak boleh mengambil lebih dari kadar kebutuhannya. Kaidah ini disadur
dari ayat dan haidts bukan akal-akalan, pembahasannya dalam ilmu khusus
akan hal itu.<br />
Apa batasan darurat??<br />
Batasannya adalah: jika mengancam agama, atau mengancam nyawa,
mengancam harta, atau mengancam kerusakan akal, mengancam kerusakan
keturunan.<br />
<br />
Pembahasan ini adalah salah satu pembahasan dari tema kami: “Ahlus
Sunnah Atau Salafy Diantara Hukum Gambar dan Ketaatan Kepada
Pemerintah”.<br />
Artikel akan membahas masalah ketaatan kepada pemerintah muslim menurut keyakinan Ahlus Sunnah dan Salaf Shalih.<br />
<br />
Wallahu a’lam bi shawab.<br />
<br />
Ditulis oleh: Ahmad Ibrahim Al-Amboni<br />
(Darul Hadits – Ma’bar)<br />
<br />
sumber : http://thalibmakbar.wordpress.com/2012/04/19/kenapa-salafy-tidak-mau-difoto-divideo/ <br />
<span class="fullpost">
</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-513064875411040775.post-2284768950847350972012-06-05T21:10:00.002+08:002012-06-05T21:10:17.869+08:00Istighfar Para Malaikat Untuk Orang Beriman<h1 class="entry-title">
</h1>
<h3 style="text-align: left;">
<strong>Oleh Ustadz Kharisman<br />
</strong></h3>
<div dir="RTL" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTDDZBk-DUyypzDRwOIgp-60yhvsi2y1yIlWmWZdc-nOjqPc2PiEHpLOHwg33ux-ufaiNyryhxLXEFHFXz0siIqzyPTjzz9xalCySOJb6cx1S76bMS40aTWFxNPyMDHuDFVS7E3BC-hBP-/s1600/allah-sky.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="132" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTDDZBk-DUyypzDRwOIgp-60yhvsi2y1yIlWmWZdc-nOjqPc2PiEHpLOHwg33ux-ufaiNyryhxLXEFHFXz0siIqzyPTjzz9xalCySOJb6cx1S76bMS40aTWFxNPyMDHuDFVS7E3BC-hBP-/s200/allah-sky.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Sungguh beruntung orang beriman.
Diamnya pun kadang mendatangkan istighfar. Saat ia tidur, ada yang
beristighfar untuknya. Para Malaikat, makhluk yang senantiasa taat,
beristighfar untuk orang-orang beriman.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div dir="rtl" style="direction: rtl; font-family: Traditional Arabic; font-size: 27px; line-height: 50px; text-align: justify;">
الَّذِينَ
يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ
وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا
وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا
وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
<em>Para Malaikat yang memikul ‘Arsy dan
di sekitarnya bertasbih memuji Tuhan mereka dan beriman kepadaNya,
serta memohon ampunan bagi orang-orang yang beriman seraya berkata:
Wahai Tuhan kami, rahmat dan ilmuMu meliputi segala sesuatu. Ampunilah
orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalanMu. Peliharalah mereka
dari adzab neraka (Q.S Ghafir/mukmin:7)</em></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Para Malaikat itupun juga mendoakan kenikmatan surga bagi orang beriman serta orangtua, istri, dan keturunannya</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div dir="rtl" style="direction: rtl; font-family: Traditional Arabic; font-size: 27px; line-height: 50px; text-align: justify;">
رَبَّنَا
وَأَدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدْتَهُمْ وَمَنْ صَلَحَ مِنْ
آَبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ
الْحَكِيمُ (8) وَقِهِمُ السَّيِّئَاتِ وَمَنْ تَقِ السَّيِّئَاتِ
يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمْتَهُ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (9)</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>Wahai Tuhan kami, masukkanlah
mereka (orang-orang beriman) ke dalam surga ‘Adn yang Engkau janjikan
bersama dengan ayah-ayah, istri, dan keturunan mereka yang sholih.
Sesungguhnya Engkau Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Peliharalah
mereka dari keburukan-keburukan. Barangsiapa yang Engkau pelihara dari
keburukan pada hari itu (hari kiamat) maka sesungguhnya ia telah
mendapat rahmat dariMu, yang demikian itu adalah keberuntungan yang
agung (Q.S Ghafir/Mukmin: 8-9)</em></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Orang-orang yang akan mendapatkan doa Malaikat tersebut adalah :</div>
<div style="text-align: justify;">
(1) Orang yang beriman</div>
<div style="text-align: justify;">
(2) Bertaubat kepada Allah</div>
<div style="text-align: justify;">
(3) Mengikuti jalan Allah : mengikuti Sunnah Rasulullah <em>shollallahu ‘alaihi wasallam</em></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Istighfar Para Malaikat untuk Orang-orang yang Belum Beranjak dari Tempat Sholatnya</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Para Malaikat juga senantiasa
beristighfar dan memohonkan rahmat kepada Allah untuk orang-orang yang
belum beranjak dari tempat sholatnya.</div>
<div dir="rtl" style="direction: rtl; font-family: Traditional Arabic; font-size: 27px; line-height: 50px; text-align: justify;">
وَالْمَلَائِكَةُ
يُصَلُّونَ عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِي مَجْلِسِهِ الَّذِي صَلَّى
فِيهِ يَقُولُونَ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اللَّهُمَّ
تُبْ عَلَيْهِ مَا لَمْ يُؤْذِ فِيهِ مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيهِ</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>dan para Malaikat bersholawat
(mendoakan) seseorang yang masih berada di tempat sholatnya. Malaikat
itu berdoa: “Ya Allah rahmatilah ia, Ya Allah ampunilah ia, Ya Allah
terimalah taubatnya”. Selama seseorang itu tidak mengganggu orang lain
dan selama belum berhadats (H.R alBukhari dan Muslim)</em><em></em></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diamnya seseorang di tempat duduk seusai
sholat berjamaah di masjid berbuah istighfar dari para Malaikat. Ya,
sekedar diamnya saja. Apalagi jika ia mengisi waktu itu dengan
dzikir-dzikir yang disunnahkan Nabi. Tapi, hal itu terjadi selama orang
tersebut tidak mengganggu orang lain dan selama belum berhadats (belum
batal wudhu’nya).</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>Ibnu Baththol </em>berkata: <em>Barangsiapa
yang ingin dosanya diampuni tanpa capek hendaknya mempergunakan
kesempatan berada di tempat duduk sholatnya selesai sholat untuk
mendapatkan banyak doa dan istighfar dari para Malaikat. Dalam kondisi
seperti sangat besar peluang doa mereka dikabulkan (Tuhfatul Ahwadzi
(2/245))</em></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Istighfar Para Malaikat untuk Orang yang Menjenguk Orang Sakit</strong><strong></strong></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="rtl" style="direction: rtl; font-family: Traditional Arabic; font-size: 27px; line-height: 50px; text-align: justify;">
مَا
مِنْ رَجُلٍ يَعُودُ مَرِيضًا مُمْسِيًا إِلَّا خَرَجَ مَعَهُ سَبْعُونَ
أَلْفَ مَلَكٍ يَسْتَغْفِرُونَ لَهُ حَتَّى يُصْبِحَ وَكَانَ لَهُ خَرِيفٌ
فِي الْجَنَّةِ وَمَنْ أَتَاهُ مُصْبِحًا خَرَجَ مَعَهُ سَبْعُونَ أَلْفَ
مَلَكٍ يَسْتَغْفِرُونَ لَهُ حَتَّى يُمْسِيَ وَكَانَ لَهُ خَرِيفٌ فِي
الْجَنَّةِ</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>Tidaklah seseorang menjenguk orang
sakit pada sore (malam) hari kecuali 70 ribu Malaikat keluar
beristighfar untuknya sampai pagi hari dan ia berada di taman surga.
Barangsiapa yang menjenguknya di waktu pagi 70 ribu Malaikat akan keluar
beristighfar untuknya sampai sore (malam) hari dan ia berada di taman
surga (H.R Abu Dawud, atTirmidzi)</em><em></em></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Hadits tersebut menunjukkan
keutamaan menjenguk saudara muslim yang sakit. Jika ia menjenguk di awal
pagi, istighfar dari para Malaikat itu lebih lama ia dapatkan
dibandingkan di akhir siang. Demikian juga perbandingan menjenguk di
waktu awal malam dengan di akhirnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
(dinukil dari Buku “<em>Sukses Dunia Akhirat dengan Istighfar dan Taubat karya Abu Utsman Kharisman hal 61-64)</em></div>
<div style="text-align: justify;">
<em>sumber : http://www.salafy.or.id/2012/05/25/istighfar-para-malaikat-untuk-orang-beriman/ </em></div>
<span class="fullpost">
</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-513064875411040775.post-54645236202371177702012-05-16T14:55:00.002+08:002012-05-16T14:55:42.905+08:00Cara Termudah Menghafal Al-Qur`an Al-Karim<div class="post-header">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcsRXKEGu8rhgCgdFal9rrqo-C-An9pTEZgVHMivodUx3IRiShIlEbZ8ekwSICJh3iNmAIcLsNnHUmWwwHiZelB3n-ZsZK_L9F0HCl4vt0i-erAJsg8bcfjbVbc2GH2e4VDqeYmfH4Dao/s1600/jj.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="183" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcsRXKEGu8rhgCgdFal9rrqo-C-An9pTEZgVHMivodUx3IRiShIlEbZ8ekwSICJh3iNmAIcLsNnHUmWwwHiZelB3n-ZsZK_L9F0HCl4vt0i-erAJsg8bcfjbVbc2GH2e4VDqeYmfH4Dao/s200/jj.jpg" width="200" /></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Segala
pujian hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi
kita Muhammad, kepada keluarganya, dan para sahabat seluruhnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Keistimewaan
metode ini adalah seseorang akan memperoleh kekuatan dan kemapanan hafalan
serta dia akan cepat dalam menghafal sehingga dalam waktu yang singkat dia akan
segera mengkhatamkan Al-Quran. Berikut kami akan paparkan metodenya beserta
pencontohan dalam menghafal surah Al-Jumuah:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><a name='more'></a> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #cc0000; line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1<i>.
Bacalah ayat pertama sebanyak 20 kali.</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #cc0000; line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2.
Bacalah ayat kedua sebanyak 20 kali.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #cc0000; line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3.
Bacalah ayat ketiga sebanyak 20 kali.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #cc0000; line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4.
Bacalah ayat keempat sebanyak 20 kali</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #cc0000; line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5.
Keempat ayat di atas dari awal hingga akhir digabungkan dan dibaca ulang
sebanyak 20 kali.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #cc0000; line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">6.
Bacalah ayat kelima sebanyak 20 kali.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #cc0000; line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">7.
Bacalah ayat keenam sebanyak 20 kali.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #cc0000; line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">8.
Bacalah ayat ketujuh sebanyak 20 kali.</span></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; color: #cc0000; text-align: center;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="color: #cc0000; line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">9.
Bacalah ayat kedelapan sebanyak 20 kali.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #cc0000; line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">10.
Keempat ayat (ayat 5-8) di atas dari awal hingga akhir digabungkan dan dibaca
ulang sebanyak 20 kali.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #cc0000; line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">11.
Bacalah ayat pertama hingga ayat ke 8 sebanyak 20 kali untuk memantapkan
hafalannya.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #cc0000; line-height: 150%; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Demikian
seterusnya pada setiap surah hingga selesai menghafal seluruh surah dalam
Al-Quran. Jangan sampai kamu menghafal dalam sehari lebih dari seperdelapan
juz, karena itu akan menyebabkan hafalanmu bertambah berat sehingga kamu tidak
bisa menghafalnya.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="color: magenta; line-height: 150%; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">JIKA
AKU INGIN MENAMBAH HAFALAN PADA HARI BERIKUTNYA, BAGAIMANA CARANYA?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jika
kamu ingin menambah hafalan baru (halaman selanjutnya) pada hari berikutnya,
maka sebelum kamu menambah dengan hafalan baru dengan metode yang aku sebutkan
di atas, maka anda harus membaca hafalan lama (halaman sebelumnya) dari ayat
pertama hingga ayat terakhir (muraja’ah) sebanyak 20 kali agar hafalan
ayat-ayat sebelumnya tetap kokoh dan kuat dalam ingatanmu. Kemudian setelah
mengulangi (muraja’ah) maka baru kamu bisa memulai hafalan baru dengan metode
yang aku sebutkan di atas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">BAGAIMANA
CARANYA AKU MENGGABUNGKAN ANTARA MENGULANG (MURAJA’AH) DENGAN MENAMBAH HAFALAN
BARU?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jangan
sekali-kali kamu menambah hafalan Al-Qur`an tanpa mengulang hafalan yang sudah
ada sebelumya. Hal itu karena jika kamu hanya terus-menerus melanjutkan
menghafal Al-Qur’an hingga khatam tapi tanpa mengulanginya terlebih dahulu,
lantas setelah khatam kamu baru mau mengulanginya dari awal, maka secara tidak
disadari kamu telah banyak kehilangan hafalan yang pernah dihafal. Oleh karena
itu metode yang paling tepat dalam menghafal adalah dengan menggabungkan antara
murajaah (mengulang) dan menambah hafalan baru. Bagilah isi Al-Qur`an menjadi
tiga bagian,yang mana satu bagian berisi 10 juz. Jika dalam sehari kamu telah
menghafal satu halaman maka ulangilah dalam sehari empat halaman yang telah
dihafal sebelumnya hingga kamu menyelesaikan 10 juz. Jika kamu telah berhasil
menyelesaikan 10 juz maka berhentilah menghafal selama satu bulan penuh dan isi
dengan mengulang apa yang telah dihafal, dengan cara setiap hari kamu
mengulangi (meraja’ah) sebanyak 8 halaman.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Setelah
selesai satu bulan kamu mengulangi hafalan, sekarang mulailah kembali dengan
menghafal hafalan baru sebanyak satu atau dua lembar tergantung kemampuan,
sambil kamu mengulangi setiap harinya 8 halaman hingga kamu bisa menyelesaikan
hafalan 20 juz. Jika kamu telah menghafal 20 juz maka berhentilah menghafal
selama 2 bulan untuk mengulangi hafalan 20 juz, dimana setiap hari kamu harus
mengulang (meraja’ah) sebanyak 8 halaman. Jika sudah mengulang selama dua
bulan, maka mulailah kembali dengan menghafal hafalan baru sebanyak satu atau
dua lembar tergantung kemampuan, sambil kamu mengulangi setiap harinya 8
halaman hingga kamu bisa menyelesaikan seluruh Al-Qur’an.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jika
anda telah selesai menghafal semua isi Al-Qur`an, maka ulangilah 10 juz pertama
secara tersendiri selama satu bulan, dimana setiap harinya kamu mengulang
setengah juz. Kemudian pindahlah ke 10 juz berikutnya, juga diulang setengah
juz ditambah 8 halaman dari sepuluh juz pertama setiap harinya. Kemudian
pindahlah untuk mengulang 10 juz terakhir dari Al-Qur`an selama sebulan, dimana
setiap harinya mengulang setengah juz ditambah 8 halaman dari 10 juz pertama
dan 8 halaman dari 10 juz kedua.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">BAGAIMANA
CARA MERAJA’AH AL-QURAN (30 JUZ) SETELAH AKU MENYELESAIKAN METODE MURAJA’AH DI
ATAS?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mulailah
mengulangi Al-Qur’an secara keseluruhan dengan cara setiap harinya mengulang 2
juz, dengan mengulanginya 3 kali dalam sehari. Dengan demikian maka kamu akan
bisa mengkhatamkan Al-Qur’an sekali setiap dua minggu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dengan
metode seperti ini maka dalam jangka satu tahun (insya Allah) kamu telah mutqin
(kokoh) dalam menghafal Al-Qur’an, dan lakukanlah cara ini selama satu tahun
penuh.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">APA
YANG AKU LAKUKAN SETELAH MENGHAFAL AL-QUR’AN SELAMA SATU TAHUN?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Setelah
menguasai hafalan dan mengulangInya dengan itqan (mantap) selama satu tahun,
hendaknya bacaan Al-Qur’an yang kamu baca setiap hari hingga akhir hayatmu
adalah bacaan yang dilakukan oleh Nabi -shallallahu alaihi wasallam- semasa
hidup beliau. Beliau membagi isi Al-Qur`an menjadi tujuh bagian (dimana setiap
harinya beliau membaca satu bagian tersebut), sehingga beliau mengkhatamkan Al-Qur’an
sekali dalam sepekan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Aus
bin Huzaifah -rahimahullah- berkata: Aku bertanya kepada para sahabat
Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam-, “Bagaimana caranya kalian membagi
Al-Qur`an untuk dibaca setiap hari?” Mereka menjawab:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">نُحَزِّبُهُ
ثَلَاثَ سُوَرٍ وَخَمْسَ سُوَرٍ وَسَبْعَ سُوَرٍ وَتِسْعَ سُوَرٍ وَإِحْدَى عَشْرَةَ
سُورَةً وَثَلَاثَ عَشْرَةَ سُورَةً وَحِزْبَ الْمُفَصَّلِ مِنْ قَافْ حَتَّى يُخْتَمَ</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Kami
membaginya menjadi (tujuh bagian yakni): Tiga surat, lima surat, tujuh surat,
sembilan surat, sebelas surat, tiga belas surat, dan hizb al-mufashshal yaitu
dari surat Qaf sampai akhir (mushaf).” (HR. Ahmad no. 15578).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Maksudnya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">-Hari
pertama: Mereka membaca surat “al-fatihah” hingga akhir surat “an-nisa`”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">-Hari
kedua: Dari surat “al-maidah” hingga akhir surat “at-taubah”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">-Hari
ketiga: Dari surat “Yunus” hingga akhir surat “an-nahl”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">-Hari
keempat: Dari surat “al-isra” hingga akhir surat “al-furqan”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">-Hari
kelima: Dari surat “asy-syu’ara” hingga akhir surat “Yasin”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">-Hari
keenam: Dari surat “ash-shaffat” hingga akhir surat “al-hujurat”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">-Hari
ketujuh: Dari surat “qaaf” hingga akhir surat “an-nas”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Para
ulama menyingkat bacaan Al-Qur`an Nabi -shallallahu alaihi wasallam- ini
menjadi kata: ”فَمِي بِشَوْقٍ“. Setiap huruf yang tersebut menjadi simbol dari
awal surat yang dibaca oleh Nabi -shallallahu alaihi wasallam- pada setiap
harinya. Maka:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">-
Huruf “fa`” adalah simbol dari surat “al-fatihah”. Maksudnya bacaan Al-Qur`an
beliau di hari pertama dimulai dari surah al-fatihah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">-
Huruf “mim” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari kedua dimulai dari surah
al-maidah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">-
Huruf “ya`” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari ketiga dimulai dari surah
Yunus.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">-
Huruf ”ba`” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari keempat dimulai dari
surah Bani Israil yang juga dinamakan surah al-isra`.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">-
Huruf “syin” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari kelima dimulai dari
surah asy-syu’ara`.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">-
Huruf “waw” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari keenam dimulai dari surah
wash shaffat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">-
Huruf “qaaf” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari ketujuh dimulai dari
surah qaf hingga akhir muashaf yaitu surah an-nas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Adapun
pembagian hizib yang ada pada Al-Qur an sekarang, maka itu tidak lain adalah
buatan Hajjaj bin Yusuf.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">BAGAIMANA
CARA MEMBEDAKAN ANTARA BACAAN YANG MUTASYABIH (AYAT YANG MIRIP) DALAM
AL-QUR’AN?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Cara
terbaik untuk membedakan antara dua ayat yang kelihatannya menurut kamu hampir
sama (mutasyabih), adalah dengan cara membuka mushaf dan carilah kedua ayat
tersebut. Lalu carilah perbedaan antara kedua ayat tersebut, cermatilah
perbedaan tersebut, kemudian buatlah tanda/catatan (di dalam hatimu) yang bisa
kamu jadikan sebagai tanda untuk membedakan antara keduanya. Kemudian, ketika
kamu melakukan murajaah hafalan, maka perhatikanlah perbedaan tersebut secara
berulang-ulang sampai kamu mutqin dalam mengingat perbedaan antara keduanya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">BEBERAPA
KAIDAH DAN KETENTUAN DALAM MENGHAFAL AL-QUR`AN:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1-
Kamu harus menghafal melalui bantuan seorang guru yang bisa membenarkan
bacaanmu jika salah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2-
Hafalkanlah 2 halaman setiap hari: 1 halaman setelah subuh dan 1 halaman
setelah ashar atau maghrib. Dengan metode seperti ini (insya Allah) kamu akan
bisa menghafal Al-Qur`an secara mutqin dalam kurun waktu satu tahun. Tetapi
jika kamu memperbanyak kapasitas hafalan setiap harinya maka kemampuan
menghafalmu akan melemah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3-
Menghafallah mulai dari surat an-nas hingga surat al-baqarah karena hal itu
lebih mudah. Tapi setelah kamu menghafal Al-Qur`an maka urutan meraja’ahmu
dimulai dari Al-Baqarah sampai An-Nas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4-
Dalam menghafal hendaknya menggunakan satu mushaf saja (baik dalam cetakan
maupun bentuknya), karena hal itu sangat membantu dalam menguatkan hafalan dan
agar lebih cepat mengingat letak-letak ayatnya, ayat apa yang ada di akhir
halaman ini dan ayat apa yang ada di awal halaman sebelahnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5-
Setiap orang yang menghafal Al-Qur’an pada 2 tahun pertama biasanya apa yang
telah dia hafal masih mudah hilang, dan masa ini disebut fase at-tajmi’
(pengumpulan hafalan). Karenanya janganlah kamu bersedih karena ada sebagian
hafalanmu yang kamu lupa atau kamu banyak keliru dalam hafalan. Ini adalah fase
yang sulit sebagai ujian bagimu, dan ini adalah fase rentan yang bisa menjadi
pintu masuknya setan untuk menghentikan kamu dari menghafal Al-Qur`an. Tolaklah
was-was tersebut dari dalam hatimu dan teruslah menghafal, karena dia
(menghafal Al-Qur`an) merupakan perbendaharaan harta yang tidak diberikan
kepada sembarang orang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
</div>
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">[Oleh:
Asy-Syaikh Dr. Abdul Muhsin Muhammad Al-Qasim, imam dan khathib di Masjid
Nabawi]</span><span class="fullpost">
</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-513064875411040775.post-30801097125095480422012-05-09T18:04:00.001+08:002012-05-09T18:04:14.035+08:00Bimbingan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam Tatkala Hujan<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:AllowPNG/>
<o:TargetScreenSize>1024x768</o:TargetScreenSize>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><span lang="IN"></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitJI6zCYzkg8ZRUrntgkSPtLALL15x5Ci-qkm6eR-tJ63LAEoulKUWEe7NsYNDq_r6p95fkciOn5aQK_na3gX-YjIinm8SOK4r8miN7gQZBYtvkKGzftmZ45NM1prsI37Pjqk0CxfIG8uZ/s1600/Hujan_Petir_di_BAtam.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="127" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitJI6zCYzkg8ZRUrntgkSPtLALL15x5Ci-qkm6eR-tJ63LAEoulKUWEe7NsYNDq_r6p95fkciOn5aQK_na3gX-YjIinm8SOK4r8miN7gQZBYtvkKGzftmZ45NM1prsI37Pjqk0CxfIG8uZ/s200/Hujan_Petir_di_BAtam.jpg" width="200" /></a></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Sebagai seorang
muslim, tentunya kita diperintahkan oleh Allah subhanahu wata'ala untuk
mengikuti bimbingan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau shallallahu
'alaihi wasallam adalah suri teladan yang terbaik bagi umatnya. Allah subhanahu
wata'ala berfirman :</span></div>
<div class="NoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ascii-font-family: "Traditional Arabic"; mso-hansi-font-family: "Traditional Arabic";">لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ
وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (21)</span></b><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-size: 16.0pt;"><span dir="LTR"></span> </span></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">(artinya) : <span class="gen">Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Al Ahzab : 21). </span></span></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen"><span lang="IN"></span></span></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen"><span lang="IN">Dan
kebahagian atau kesengsaraan seorang hamba di dunia dan di akhirat, itu
tergantung bagaimana dia dalam mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
dalam kehidupannya. Baik itu berupa hubungan dia dengan Allah subhanahu
wata'ala atau dengan manusia yang lainnya. Atau hubungan antara dia dengan
keluarganya atau dengan dirinya sendiri. Dan demikian pula hubungan antara dia
dengan makhluk yang lainnya, baik yang bernyawa seperti hewan atau pun yang
lainnya. Seluruh hal ini telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam. Dalam hadits yang shahih Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
pernah bersabda:</span></span></div>
<div class="NoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ascii-font-family: "Traditional Arabic"; mso-hansi-font-family: "Traditional Arabic";">عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ : كُلُّ
أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلاَّ مَنْ أَبَى قَالُوا : يَا رَسُولَ اللهِ ،
وَمَنْ يَأْبَى قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ
أَبَى.</span></b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-size: 16.0pt;"></span></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen"><span lang="IN">(artinya)
: seluruh umatku akan masuk surga kecuali yang enggan. (Para shahabat) bertanya
: wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, siapa yang enggan? Beliau
shallallahu 'alaihi wasallam<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menjawab :
barangsiapa yang mentaatiku, maka dia akan masuk surga dan barangsiapa yang
bermaksiat (tidak mentaati beliau) kepadaku maka dia enggan masuk surga. (HR.
Al Bukhori no. 7280 dari Abu Hurairah).</span></span></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen"><span lang="IN">Dalam
riwayat yang lain, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:</span></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ascii-font-family: "Traditional Arabic"; mso-hansi-font-family: "Traditional Arabic";">عَنْ أَبِى مُوسَى عَنِ النَّبِىِّ
-صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّ مَثَلِى وَمَثَلَ مَا بَعَثَنِىَ اللَّهُ بِهِ
كَمَثَلِ رَجُلٍ أَتَى قَوْمَهُ فَقَالَ يَا قَوْمِ إِنِّى رَأَيْتُ الْجَيْشَ
بِعَيْنَىَّ وَإِنِّى أَنَا النَّذِيرُ الْعُرْيَانُ فَالنَّجَاءَ.</span></b><span dir="LTR"></span><b><span dir="LTR" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ascii-font-family: "Traditional Arabic"; mso-hansi-font-family: "Traditional Arabic";"><span dir="LTR"></span> </span></b><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ascii-font-family: "Traditional Arabic"; mso-hansi-font-family: "Traditional Arabic";">فَأَطَاعَهُ
طَائِفَةٌ مِنْ قَوْمِهِ فَأَدْلَجُوا فَانْطَلَقُوا عَلَى مُهْلَتِهِمْ
وَكَذَّبَتْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ فَأَصْبَحُوا مَكَانَهُمْ فَصَبَّحَهُمُ الْجَيْشُ
فَأَهْلَكَهُمْ وَاجْتَاحَهُمْ فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ أَطَاعَنِى وَاتَّبَعَ مَا
جِئْتُ بِهِ وَمَثَلُ مَنْ عَصَانِى وَكَذَّبَ مَا جِئْتُ بِهِ مِنَ الْحَقِّ ».</span></b><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ascii-font-family: "Traditional Arabic"; mso-hansi-font-family: "Traditional Arabic";"></span></b></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen"><span lang="IN">(artinya)
: sesungguhnya permisalanku dan apa yang Allah subhanahu wata'ala mengutusku
dengannya, seperti seorang yang datang kepada kaumnya. Lalu dia mengatakan :
wahai kaumku, sesungguhnya aku melihat dengan mata kepalaku sendiri ada suatu
pasukan (yang akan datang menyerang), dan sesungguhnya aku adalah seorang
pemberi peringatan, maka selamatkanlah (diri kalian). Sekelompok orang dari
kaumnya pun mentaatinya, sehingga mereka berjalan (di waktu malam) dan pergi
dengan diam-diam (meninggalkan tempat mereka). Dan sekelompok yang lain, mereka
mendustakannya. Sehingga tatkala waktu pagi datang, mereka masih berada di
tempat mereka. Lalu pasukan tersebut pun menyerang dan membinasakan mereka.
Maka yang demikian itu seperti seorang yang mentaatiku dan mengikuti apa yang
aku datang dengannya (sehingga dia pun selamat), dan seperti seorang yang
bermaksiat kepadaku dan mendustakan apa yang aku datang dengannya berupa
kebenaran (sehingga dia pun binasa). (HR. Al bukhori no. 7283 dan Muslim no.
6094 dari Abu Musa).</span></span></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen"><span lang="IN">Maka
barangsiapa yang menginginkan keselamatan, baik di dunia atau di akhirat,
hendaklah dia mencontoh dan mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Baik
itu dalam urusan dunia dan terlebih lagi urusan akhirat. Dan diantara yang
beliau bimbingkan adalah bagaimana sikap yang benar ketika turun hujan dan
hukum-hukum yang terkait dengan turunnya hujan. </span></span></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen"><span lang="IN">Hujan
merupakan salah satu nikmat yang Allah subhanahu wata'ala turunkan kepada
hamba-hambaNya. Namun tidak semua orang mendapatkan nikmat ini. Ada sebagian
mereka yang mendapatkannya, sehingga mereka pun hidup dengan bahagia, dan
demikian pula hewan-hewan yang ada di sekeliling mereka. Dan ada pula sebagian
mereka yang Allah subhanahu wata'ala tidak menurunkan hujan kepada mereka,
sehingga mereka pun hidup dalam kesengsaraan. Mereka berpindah dari satu tempat
ke tempat yang lain, dalam rangka untuk mencarinya.</span></span></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen"><span lang="IN">Sebelum
hujan turun, biasanya muncul dilangit beberapa tanda. Seperti awan hitam, suara
petir, angin yang kencang dan yang lainnya. Bagi sebagian orang, mereka
menganggap hal ini adalah hal yang biasa saja. Namun, sesungguhnya ini
merupakan salah satu dari tanda kekuasaan Allah subhanahu wata'ala yang Allah
subhanahu wata'ala perlihatkan kepada hambaNya. Oleh karena itu Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam tatkala melihat hal yang semacam ini, beliau
merasa takut. Beliau khawatir kalau seandainya itu merupakan adzab dari Allah
subhanahu wata'ala. </span></span></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen"><span lang="IN">Perhatikanlah
keadaan kaum ‘Aad. Tatkala mereka melihat awan yang hitam menuju tempat mereka,
mereka bergembira dengannya. Mereka menyangka bahwa akan turun kepada mereka
hujan sehingga mereka bisa mengambil manfaat darinya. Allah subhanahu wata'ala
kisahkan mereka dalam Al Quran:</span></span></div>
<div class="NoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ascii-font-family: "Traditional Arabic"; mso-fareast-language: IN; mso-hansi-font-family: "Traditional Arabic";">فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ
قَالُوا هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا بَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ رِيحٌ
فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ (24) تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا
فَأَصْبَحُوا لَا يُرَى إِلَّا مَسَاكِنُهُمْ كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ
الْمُجْرِمِينَ (25)</span></b><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ascii-font-family: "Traditional Arabic"; mso-fareast-language: IN; mso-hansi-font-family: "Traditional Arabic";"></span></b></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen"><span lang="IN">(artinya)
: Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah
mereka, berkatalah mereka: "Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada
kami." (Bukan!) bahkan itulah adzab yang kamu minta supaya datang dengan
segera (yaitu) angin yang mengandung adzab yang pedih,</span></span><span lang="IN"> <span class="gen">yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah
Robbnya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali
(bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada
kaum yang berdosa. (Al Ahqof : 24-25)</span></span></div>
<div class="NoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ascii-font-family: "Traditional Arabic"; mso-fareast-language: IN; mso-hansi-font-family: "Traditional Arabic";">عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم-
أَنَّهَا قَالَتْ</span></b><span dir="LTR"></span><b><span dir="LTR" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ascii-font-family: "Traditional Arabic"; mso-fareast-language: IN; mso-hansi-font-family: "Traditional Arabic";"><span dir="LTR"></span> </span></b><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ascii-font-family: "Traditional Arabic"; mso-fareast-language: IN; mso-hansi-font-family: "Traditional Arabic";">وَكَانَ
إِذَا رَأَى غَيْمًا أَوْ رِيحًا عُرِفَ ذَلِكَ فِى وَجْهِهِ. فَقَالَتْ يَا
رَسُولَ اللَّهِ أَرَى النَّاسَ إِذَا رَأَوُا الْغَيْمَ فَرِحُوا. رَجَاءَ أَنْ
يَكُونَ فِيهِ الْمَطَرُ وَأَرَاكَ إِذَا رَأَيْتَهُ عَرَفْتُ فِى وَجْهِكَ
الْكَرَاهِيَةَ قَالَتْ فَقَالَ « يَا عَائِشَةُ مَا يُؤَمِّنُنِى أَنْ يَكُونَ
فِيهِ عَذَابٌ قَدْ عُذِّبَ قَوْمٌ بِالرِّيحِ وَقَدْ رَأَى قَوْمٌ الْعَذَابَ
فَقَالُوا (هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا) ».</span></b><span dir="LTR"></span><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ascii-font-family: "Traditional Arabic"; mso-fareast-language: IN; mso-hansi-font-family: "Traditional Arabic";"><span dir="LTR"></span> </span></b></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen"><span lang="IN">Dalam
riwayat Al Bukhori dan Muslim, Aisyah menceritakan keadaan Nabi shallallahu
'alaihi wasallam<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tatkala melihat kondisi
langit yang berubah. Beliau berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
tatkala melihat mendung atau angin, (terjadi perubahan pada keadaan beliau) hal
itu diketahui dari wajah beliau. Maka Aisyah pun bertanya : wahai Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, aku melihat manusia apabila mereka melihat
mendung, mereka senang. Mereka berharap akan turun hujan. (Namun) aku
melihatmu, jika engkau melihat mendung, aku melihat di wajahmu ada kebencian
(kegelisahan). Beliau shallallahu 'alaihi wasallam<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>bersabda : wahai Aisyah, apa yang bisa
membuatku merasa aman, boleh jadi padanya ada adzab, sungguh telah diadzab
suatu kaum dengan angin, dan sungguh ada suatu kaum yang mereka melihat adzab
mereka justru mengatakan : ini adalah mendung yang akan menurunkan hujan kepada
kami. (HR. Al Bukhori no. 4829 dan Muslim no. 2123 dari Aisyah). <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ascii-font-family: "Traditional Arabic"; mso-fareast-language: IN; mso-hansi-font-family: "Traditional Arabic";">عَنْ
عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهَا قَالَتْ كَانَ
النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا عَصَفَتِ الرِّيحُ قَالَ « اللَّهُمَّ
إِنِّى أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ ».
قَالَتْ وَإِذَا تَخَيَّلَتِ السَّمَاءُ تَغَيَّرَ لَوْنُهُ وَخَرَجَ وَدَخَلَ
وَأَقْبَلَ وَأَدْبَرَ فَإِذَا مَطَرَتْ سُرِّىَ عَنْهُ فَعَرَفْتُ ذَلِكَ فِى
وَجْهِهِ. قَالَتْ عَائِشَةُ فَسَأَلْتُهُ فَقَالَ « لَعَلَّهُ يَا عَائِشَةُ
كَمَا قَالَ قَوْمُ عَادٍ (فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ
أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا) ».</span></b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Simplified Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ascii-font-family: "Simplified Arabic"; mso-fareast-language: IN; mso-hansi-font-family: "Simplified Arabic";"></span></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen"><span lang="IN">Aisyah
istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>juga
pernah mengatakan (yang artinya) : adalah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
apabila bertiup angin yang kencang, beliau berdoa : Allahumma inni as aluka
khoiroha wa khoiro ma fiiha wa khoiro ma ursilat bihi wa Allah subhanahu
wata'ala’udzibuka men syarriha wa syarri ma fiha wa syarri ma ursilat bihi (yang
artinya : wahai Allah, sesungguhnya aku meminta kepadaMu kebaikannya dan
kebaikan yang ada padanya, serta kebaikan yang dia diutus dengannya. Dan aku
berlindung kepadaMu dari kejelekannya dan kejelekan yang ada padanya, serta
kejelekan yang dia diutus dengannya).</span></span></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen"><span lang="IN">Dan
apabila langit berubah keadaannya, berubah warnanya, maka beliau shallallahu
'alaihi wasallam keluar masuk, ke depan dan ke belakang (yakni beliau gelisah).
Dan jika telah turun hujan, maka beliau pun senang. Aku mengetahui hal itu dari
raut muka beliau shallallahu 'alaihi wasallam. Aisyah pun menanyakan hal
tersebut kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau pun menjawab :
barangkali wahai Aisyah, sebagaimana kaum ‘Aad dahulu mereka mengatakan tatkala
mereka melihat mendung menuju tempat mereka, mereka berkata : ini adalah
mendung yang akan menurunkan hujan kepada kami (padahal yang sesungguhnya itu
adalah adzab dari Allah subhanahu wata'ala). (HR. Muslim no. 2122 dari Aisyah).
</span></span></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen"><span lang="IN">Maka
dari sini kita mengetahui bahwa tidaklah setiap hujan itu mengandung manfaat
bagi orang yang diturunkan kepada mereka hujan. Bahkan ada diantara hujan yang
padanya mengandung adzab dari Allah subhanahu wata'ala. Dan kita saksikan di
zaman ini, di berbagai tempat turun padanya hujan, namun hujan tersebut bukan
membawa kebaikan tapi justru keburukan, seperti banjir bandang, tanah longsor,
dan yang lainnya. Oleh karena itu, bagi seorang muslim, tatkala dia melihat
tanda-tanda akan diturunkan hujan, hendaklah dia berdoa kepada Allah subhanahu
wata'ala agar menjadikan pada mendung tersebut ada hujan yang bermanfaat. Dan
semoga air hujan yang turun tersebut, membawa kebaikan bagi penduduk bumi
sehingga dengannya tumbuh berbagai jenis tanaman dan tidak merusak apa yang di
bumi. </span></span></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen"><span lang="IN">Sebagian
ulama, seperti Al ‘Aini, mengatakan : hujan yang turun ke muka bumi padanya ada
dua kenikmatan, yaitu nikmat adanya air sehingga manusia dan hewan bisa
mengambil manfaat darinya, dan (hujan) merupakan sebab tumbuhnya berbagai jenis
tanaman, (yang manusia dan hewan juga mengambil manfaat darinya). </span></span></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen"><span lang="IN">Kemudian,
diantara bimbingan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terkait permasalahan
turunnya hujan adalah meyakini bahwa turunnya hujan merupakan kekhususan ilmu Allah
subhanahu wata'ala. Yakni bahwasanya Dialah Allah subhanahu wata'ala satu-satunya
yang mengetahui kapan turunnya. Sehingga, tidak ada seorang pun yang mampu
mengetahui kapan turunnya hujan. Dalam Al Quran Allah subhanahu wata'ala
berfirman :</span></span></div>
<div class="NoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ascii-font-family: "Traditional Arabic"; mso-fareast-language: IN; mso-hansi-font-family: "Traditional Arabic";">إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ
الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ
غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
(34)</span></b><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ascii-font-family: "Traditional Arabic"; mso-fareast-language: IN; mso-hansi-font-family: "Traditional Arabic";"></span></b></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen"><span lang="IN">(artinya):
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari
Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam
rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana
dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Luqman :
34)</span></span></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen"><span lang="IN">Lalu
bagaimana dengan berita-berita tentang turunnya hujan, baik yang ada di koran,
majalah, radio atau yang lainnya? permasalahan ini telah dijawab oleh para
ulama. Mereka mengatakan : hal ini diperbolehkan dengan dua syarat. Yang
pertama hendaklah berita-berita tersebut dibangun diatas qorinah (tanda-tanda)
yang ada dan dengan menggunakan alat-alat yang sudah diketahui (yakni digunakan
untuk meneliti cuaca). Dan yang kedua, hendaklah berita-berita yang semacam ini
dibangun diatas persangkaan bukan secara yakin, sekalipun telah menggunakan
alat. Karena yang namanya alat, tidak bisa memberikan kepastian, dan kepastian
itu hanya dari sisi Allah subhanahu wata'ala. Terkadang dalam penelitian,
terdapat tanda-tanda akan diturunkannya hujan, namun tatkala Allah subhanahu
wata'ala menghendaki untuk tidak turun hujan, maka hujan pun tidak turun walau
hanya setetes air. Sehingga kita tidak boleh memastikan turunnya hujan. </span></span></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen"><span lang="IN">Dan
diantara bimbingan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang lain ketika
turun hujan adalah menyandarkannya kepada Allah subhanahu wata'ala. Dialah
Allah subhanahu wata'ala satu-satunya yang mampu untuk mendatangkan hujan. Dan
tidak ada seorang pun yang mampu untuk mendatangkannya. Maka jika ada seorang
yang mengaku bisa mendatangkan hujan, maka sungguh dia telah berdusta. Adapun
bila turun hujan dengan sebab dia, maka itu merupakan bentuk pancingan dari
Allah subhanahu wata'ala untuk menguji hamba-hambaNya. Jika ada yang percaya
bahwa dia mampu menurunkan hujan, maka orang tersebut telah kafir kepada Allah
subhanahu wata'ala. Dan orang yang mendustakannya, maka orang tersebut telah
beriman kepada Allah subhanahu wata'ala. </span></span></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="NoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ascii-font-family: "Traditional Arabic"; mso-fareast-language: IN; mso-hansi-font-family: "Traditional Arabic";">عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ أَنَّهُ قَالَ
صَلَّى لَنَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم صَلاَةَ الصُّبْحِ
بِالْحُدَيْبِيَةِ عَلَى إِثْرِ سَمَاءٍ كَانَتْ مِنَ اللَّيْلَةِ فَلَمَّا
انْصَرَفَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ ، فَقَالَ :
هَلْ تَدْرُونَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ
قَالَ أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ فَأَمَّا مَنْ قَالَ
مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِي كَافِرٌ
بِالْكَوْكَبِ وَأَمَّا مَنْ قَالَ بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا فَذَلِكَ كَافِرٌ بِي
مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ.</span></b><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ascii-font-family: "Traditional Arabic"; mso-fareast-language: IN; mso-hansi-font-family: "Traditional Arabic";"></span></b></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen"><span lang="IN">Zaid
bin Kholid, seorang shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang mulia,
beliau pernah mengatakan : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengerjakan
sholat subuh bersama kami di Hudaibiyyah. (Waktu itu) masih ada bekas dilangit
karena (hujan yang turun) tadi malam. Tatkala telah selesai, beliau menghadap
kepada manusia (para jamaah). Beliau shallallahu 'alaihi wasallam<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>bertanya : apakah kalian tahu apa yang
dikatakan oleh Robb kalian? Mereka menjawab : Allah dan RosulNya yang lebih
mengetahui. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>bersabda : (Allah subhanahu wata'ala berfirman (yang artinya) ) di waktu
pagi ini, ada yang beriman kepadaKu dan ada pula yang kafir kepadaKu. Adapun
orang yang mengatakan kami diberi hujan dengan keutamaan dari Allah subhanahu
wata'ala dan rahmatNya, maka dia beriman kepadaKu dan kafir dengan
bintang-bintang. Dan adapun orang yang mengatakan (kami diberi hujan) dengan
sebab bintang ini dan bintang itu, maka dia kafir kepadaKu dan beriman dengan
bintang-bintang. (HR. Al Bukhori no. 1038 dan Muslim no.240 dari Zaid Bin
Kholid).</span></span></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen"><span lang="IN">Adapun
mereka yang menyandarkan hujan kepada selain Allah subhanahu wata'ala, maka
secara terperinci mereka terbagi menjadi tiga bagian : </span></span></div>
<div class="NoSpacing" style="margin-left: .5in; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span class="gen"><span lang="IN" style="mso-bidi-font-family: Calibri;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></span><span dir="LTR"><span class="gen"><span lang="IN">Orang yang menisbatkan turunnya hujan
kepada selain Allah subhanahu wata'ala. Yakni meyakini bahwa selain Allah
subhanahu wata'ala dialah yang menurunkan hujan. Maka orang yang semacam ini,
dia telah terjatuh kedalam syirik besar.</span></span></span></div>
<div class="NoSpacing" style="margin-left: .5in; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span class="gen"><span lang="IN" style="mso-bidi-font-family: Calibri;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></span><span dir="LTR"><span class="gen"><span lang="IN">Orang yang menisbatkan sebab turunnya
hujan kepada selain Allah subhanahu wata'ala. Yakni meyakini bahwa selain Allah
subhanahu wata'ala dia adalah sebagai sebab turunnya hujan, adapun yang
menurunkan hujan adalah Allah subhanahu wata'ala. Maka orang yang semacam ini,
dia telah terjtuh kepada syirik kecil.</span></span></span></div>
<div class="NoSpacing" style="margin-left: .5in; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span class="gen"><span lang="IN" style="mso-bidi-font-family: Calibri;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></span><span dir="LTR"><span class="gen"><span lang="IN">Orang yang menisbatkan turunnya hujan kepada
waktu tertentu. Sebagai contohnya mereka menisbatkan turunnya hujan di waktu
bintang tertentu muncul. Para ulama berselisih dalam menghukumi hal ini, dan
pendapat yang shahih Wallahu a'lam, adalah dilihat kepada orang yang
melakukannya. Jika dia memiliki ketergantungan terhadap bintang tersebut, maka
hendaklah dia dilarang karena bisa menjerumuskan kedalam syirik. </span></span></span></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen"><span lang="IN">Inilah
diantara bimbingan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika hujan turun.
Semoga yang sedikit ini bermanfaat bagi kita semuanya. Wallahu a'lam.</span></span></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="NoSpacing" style="text-align: justify;">
<span class="gen"><span lang="IN">penulis : Abu Ali Banyumas </span></span></div>
<span class="fullpost">
</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-513064875411040775.post-41800740645412103162012-04-27T11:16:00.004+08:002012-04-27T11:16:58.540+08:00Mari, Sholat Berjama'ah!<h1 class="entry-title">
</h1>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyu7TrEZZsAkkTklvRA0AS-t_Bv0IOFsuqBgP2Kdn6Os-dC8JOnLPCM2ncrSBMP8JSg4u2LRbFydpyu30EDC7Mjr5pM0feXgj0TAouyWWtDOZvx5C2FEdZqDSzaFaBFgVsFE0hWd4AQHOT/s1600/subuh1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="138" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyu7TrEZZsAkkTklvRA0AS-t_Bv0IOFsuqBgP2Kdn6Os-dC8JOnLPCM2ncrSBMP8JSg4u2LRbFydpyu30EDC7Mjr5pM0feXgj0TAouyWWtDOZvx5C2FEdZqDSzaFaBFgVsFE0hWd4AQHOT/s200/subuh1.jpg" width="200" /></a>Para pembaca <em>rahimakumulloh</em>, shalat lima waktu merupakan
salah satu syi’ar Islam yang sangat agung lagi mulia. Bahkan termasuk
salah satu rukun dari rukun Islam yang lima. Begitu tinggi kedudukan
shalat dalam Islam sehingga ketika Allah ‘azza wa jalla menurunkan
perintah shalat tidak sebagaimana ibadah-ibadah yang lainnya. Turunnya
perintah shalat lima waktu tidak melalui perantara malaikat Jibril <em>‘alaihis salaam</em>, akan tetapi disampaikan secara langsung kepada Nabi Muhammad <em>Shalallahu ‘alaihi wa sallam</em> di Sidratil Muntaha dalam peristiwa <em>Isra’</em> dan <em>Mi’raj</em>. Semua ini menunjukkan tingginya kedudukan shalat lima waktu dalam Islam.</div>
<br />
<a name='more'></a><br />
<span id="more-625"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
Para pembaca <em>rahimakumulloh</em>, bagi kita kaum lelaki
diperintahkan untuk melaksanakan shalat lima waktu dengan cara
berjama’ah di masjid, bahkan perintah agar melaksanakan shalat lima
waktu secara berjama’ah langsung dari Allah<em> ‘azza wa jalla</em>. Sebagaimana dalam firman-Nya (yang artinya):</div>
<em>“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.” </em>(<strong>Al-Baqarah: 43</strong>)<br />
<div style="text-align: justify;">
Al-Imam Ibnu Katsir <em>rahimahulloh</em> berkata: “Banyak dari kalangan para ulama yang berdalil dengan ayat ini tentang wajibnya shalat berjama’ah.” (<em>Tafsir Ibnu Katsir</em>)</div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Imam Al-Qurthubi <em>rahimahulloh</em> berkata: “Al-Imam
Asy-Syafi’i mengatakan: “Saya tidak memberi keringanan bagi orang yang
mampu untuk melaksanakan shalat secara berjama’ah untuk meninggalkannya
tanpa adanya ‘udzur (alasan yang dibenarkan oleh syari’at). Hal ini
sebagaimana dikisahkan oleh Ibnul Mundzir.” (<em>Tafsir Al-</em>Q<em>urthubi</em>)</div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Imam As-Sa’di <em>rahimahulloh</em> juga mengatakan ketika
menafsirkan ayat di atas: “Maksudnya: Shalatlah bersama orang-orang yang
shalat, maka di dalam ayat ini terkandung perintah shalat dengan
berjama’ah dan wajibnya.” (Lihat <em>Taisirul Karimir Rahman</em>)</div>
<div style="text-align: justify;">
Para pembaca <em>rahimakumulloh</em>, terlepas dari perbedaan
pendapat ulama tentang hukum shalat berjama’ah, yang penting untuk
dipahami adalah bahwa perintah untuk melaksanakan shalat dengan
berjama’ah adalah langsung dari Allah<em> ‘azza wa jalla </em>dan juga telah dipraktekkan oleh Rasulullah <em>Shalallahu ‘alaihi wa sallam</em> dan para shahabatnya serta kaum kaum muslimin yang mengikuti jejak mereka sampai masa kini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Para ulama yang berpendapat bahwa shalat berjama’ah hukumnya <em>sunnah mu’akkadah</em>
(sunnah yang sangat ditekankan) mereka tidak pernah meninggalkannya
tanpa ‘udzur dan tetap melaksanakannya secara berjama’ah, karena mereka
paham bahwa hukum sunnah untuk dilaksanakan bukan untuk ditinggalkan
apalagi <em>sunnah mu’akkadah</em>. Bahkan yang berpendapat <em>sunnah mu’akkadah</em>
juga menyatakan: “Barangsiapa yang terbiasa meninggalkan shalat
berjama’ah tanpa ‘udzur (alasan yang dibenarkan oleh syari’at), maka
wajib baginya untuk dikenai hukuman.” (Lihat <em>Tafsir Qurthubi</em>)</div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh karena itu, mari! kita tingkatkan semangat untuk melaksanakan
shalat lima waktu dengan cara berjama’ah di masjid, karena itu merupakan
perintah Allah <em>‘azza wa jalla</em> dan Rasul-Nya <em>Shalallahu ‘alaihi wa sallam</em>,
agar kita bisa meraih keutamaan-keutamannya dan terhindar dari
ancaman-ancaman bagi yang meninggalkan shalat berjama’ah tanpa ‘udzur.</div>
<strong>Keutamaan Mengerjakan Shalat Berjama’ah Di Masjid</strong><br />
Berikut ini beberapa keutamaan bagi orang yang melaksanakan shalat berjama’ah lima waktu di masjid, diantaranya:<br />
1. <strong>Mendapat naungan dari Allah<em> </em></strong><em>‘azza wa jalla</em><strong><em> </em>pada hari kiamat</strong><br />
Rasulullah <em>Shalallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda:<br />
<blockquote>
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ يَوْمَ لاَظِلَّ إِلاَّ
ظِلُّهُ: الإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ،
وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ …</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<em>“Tujuh orang yang Allah akan menaungi mereka pada suatu hari
(hari kiamat) yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; (diantaranya)
Seorang penguasa yang adil, pemuda yang dibesarkan dalam ketaatan kepada
Rabbnya, <strong>seseorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid</strong>, ….”</em> (<strong>Muttafaqun alaihi</strong>)</div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Imam An-Nawawi <em>rahimahulloh</em> menerangkan bahwa yang
dimaksud dengan ‘seseorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid’
dalam hadits di atas adalah seorang muslim yang sangat cinta terhadap
masjid-masjid dan senantiasa melaksanakan shalat berjama’ah di dalamnya.
(Lihat <em>Al-Minhaj</em>)</div>
2. <strong>Mendapat jaminan dari Allah </strong><em>‘azza wa jalla</em><strong> di dunia dan di akhirat</strong><br />
Rasulullah <em>Shalallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda:<br />
<blockquote>
وَرَجُلٌ رَاحَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَهُوَ ضَامِنٌ عَلَى اللهِ حَتَّى يَتَوَفَّاهُ فَيُدْخِلَهُ الْحَنَّةَ</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<em>“Seseorang yang pergi ke masjid, maka ia mendapat jaminan dari
Allah sampai Allah mewafatkannya dan memasukkannya ke dalam Al-Jannah
(surga).”</em> (<strong>H.R. Abu Dawud </strong>no. 2494)</div>
3. <strong>Terhapusnya dosa-dosa dan terangkatnya beberapa derajat</strong><br />
Rasulullah <em>Shalallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda:<br />
<div style="text-align: justify;">
<em>“Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang dengannya Allah
akan menghapuskan dosa-dosa, dan mengangkat dengannya berapa derajat?
Mereka menjawab: “Ya, wahai Rasulullah”. Beliau bersabda:
“Menyempurnakan wudhu’ dalam keadaan susah (sulit),<strong> memperbanyak langkah menuju masjid</strong>, dan menunggu shalat setelah shalat, karena demikian itulah yang dinamakan Ribath.”</em> (<strong>H.R. Muslim</strong> no. 251)</div>
4. <strong>Mendapat balasan seperti haji</strong><br />
Rasulullah <em>Shalallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda:<br />
<blockquote>
مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ مُتَطَهِّرًا إِلَى صَلاَةٍ مَكْتُوبَةٍ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الحاَجِّ المُحْرِمِ</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<em>“Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan berwudhu’
untuk shalat lima waktu (secara berjama’ah di masjid), maka pahalanya
seperti pahala orang berhaji yang berihram.”</em> (<strong>H.R. Abu Dawud</strong> no. 554)</div>
5. <strong>Mendapat cahaya sempurna pada hari kiamat</strong><br />
Rasulullah <em>Shalallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda:<br />
<div style="text-align: justify;">
<em>“Berilah kabar gembira bagi orang-orang yang banyak berjalan
dalam kegelapan malam menuju masjid, dengan cahaya yang sempurna pada
hari kiamat.”</em> (<strong>H.R. Abu Dawud</strong> no. 561)</div>
6. <strong>Disediakan baginya Al-Jannah</strong><br />
Rasulullah <em>Shalallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda:<br />
<blockquote>
مَنْ غَدَا إِِلَى الْمَسْجِدِ أَوْ رَاحَ أَعَدَّ اللهُ لَهُ فِي اْلجَنَّةِ نُزُلاً كُلَّمَا غَدَا أَوْ رَاحَ</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<em>“Barangsiapa pergi ke masjid di waktu pagi atau petang, Allah ‘azza wa jalla</em><em> akan menyediakan tempat baginya di Al-Jannah (Surga, red) setiap ia pergi di waktu pagi maupun petang.” </em>(<strong>Muttafaqun ‘alaihi</strong>)</div>
7. <strong>Mendapat dua puluh lima/dua puluh tujuh derajat daripada shalat sendirian</strong><br />
Rasulullah <em>Shalallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda:<br />
<blockquote>
صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلاَةَ الْفَذِّ بِخَمْسٍ وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<em>”Shalat berjama’ah lebih utama daripada shalat sendirian dengan memperoleh dua puluh lima derajat</em> (dalam riwayat lain: <em>dua puluh tujuh</em>)”. (<strong>Muttafaqun ‘alaihi</strong>)</div>
<strong>Ancaman Terhadap Orang Yang Meninggalkan Shalat Berjama’ah</strong><br />
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah <em>Shalallahu ‘alaihi wa sallam</em> dalam beberapa
sabdanya mengancam orang-orang yang tidak menghadiri shalat berjama’ah
di masjid tanpa adanya ‘udzur (alasan yang dibenarkan oleh syari’at).
Ancaman-ancaman dari Rasulullah <em>Shalallahu ‘alaihi wa sallam</em> tersebut dijadikan dalil bagi yang berpendapat wajibnya shalat berjama’ah. Diantara ancaman-ancaman dari Rasulullah <em>Shalallahu ‘alaihi wa sallam</em> tersebut adalah:</div>
1. <strong>Hatinya tertutup dari rahmat Allah</strong><em> ‘azza wa jalla</em><br />
Rasulullah <em>Shalallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda:<br />
<div style="text-align: justify;">
<em>“Sungguh hendaklah orang-orang itu berhenti dari meninggalkan shalat berjama’ah atau (jika tidak) pasti Allah </em>‘azza wa jalla<em> benar-benar akan menutup hati-hati mereka, kemudian pasti mereka menjadi golongan orang-orang yang lalai.”</em> (<strong>H.R. Ibnu Majah</strong> no. 794)</div>
2. <strong>Enggan shalat berjama’ah menyerupai perbuatan orang-orang munafik</strong><br />
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah <em>Shalallahu ‘alaihi wa sallam</em> menjelaskan bahwa diantara sifat-sifat orang munafik adalah enggan melaksanakan shalat berjama’ah, sebagaimana dalam sabdanya:</div>
<em>“Tidak ada shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik daripada shalat fajar (shubuh, red) dan isya’.”</em> (<strong>H.R. Al-Bukhari</strong> no. 657)<br />
3. <strong>Rasulullah </strong><em>Shalallahu ‘alaihi wa sallam</em> <strong>mengancam akan membakar rumah-rumah orang yang enggan menghadiri shalat berjama’ah </strong><br />
Rasulullah <em>Shalallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda:<br />
<div style="text-align: justify;">
<em>“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh aku ingin
menyuruh untuk mengumpulkan kayu bakar lalu aku perintahkan untuk
dikumandangkan adzan, lalu aku perintah seseorang untuk menjadi imam,
kemudian aku keluar mendatangi mereka (kaum laki-laki yang tidak
menghadiri shalat berjama’ah) lalu aku bakar rumah-rumah mereka beserta
penghuninya.”</em> (<strong>H.R. Al-Bukhari</strong> no. 644)</div>
Begitu kerasnya ancaman-ancaman Rasulullah <em>Shalallahu ‘alaihi wa sallam</em>
bagi orang-orang yang enggan melaksanakan shalat berjama’ah. Oleh
karena itu, tidak sepantasnya seorang muslim tidak menghadiri shalat
berjama’ah lima waktu di masjid.<br />
<div style="text-align: justify;">
Para pembaca <em>rahimakumulloh</em>, ketahuilah bahwa yang
diperintahkan untuk menghadiri shalat berjama’ah di masjid adalah kaum
laki-laki saja. Sehingga tidak selayaknya bagi seorang muslim laki-laki
yang benar-benar beriman kepada Allah <em>‘azza wa jalla</em> meremehkan perihal shalat berjama’ah di masjid.</div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun wanita muslimah, tidak ada larangan untuk shalat berjama’ah di
masjid, meskipun shalat wanita di rumahnya lebih baik baginya. Hal ini
berdasarkan sabda Rasulullah <em>Shalallahu ‘alaihi wa sallam</em>:</div>
<blockquote>
لاَ تَمْنَعُوا نِسَاءَكُمُ الْمَسَاجِدَ وَبُيُوتُهُنَّ خَيْرٌ لَهُنَّ</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<em>“Janganlah kalian melarang istri-istri kalian untuk mendatangi
masjid-masjid (dalam rangka melaksanakan shalat berjama’ah), akan tetapi
shalat mereka di rumah-rumah mereka itu lebih baik.”</em> (<strong>H.R. Abu Dawud</strong> dan <strong>Ahmad</strong>)</div>
Al-Imam Al-’Azhim Abadi <em>rahimahulloh</em> menjelaskan kalimat<br />
<blockquote>
وَبُيُوْتُهُنَّ خَيْرٌُ لَهُنَّ</blockquote>
<em>“Dan rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka.”</em><br />
<div style="text-align: justify;">
Maksudnya shalat mereka di rumah-rumah mereka itu lebih baik daripada
shalat mereka di masjid jika mereka mengetahuinya. Namun karena mereka
tidak mengetahuinya, maka mereka meminta untuk pergi ke masjid dan
meyakini bahwa pahalanya lebih besar.</div>
Mengapa shalat mereka di rumahnya lebih utama? Karena yang demikian lebih aman dari fitnah. (Lihat <em>‘Aunul Ma’bud</em>)<br />
<div style="text-align: justify;">
Akhir kata, semoga tulisan yang sederhana ini dapat membuka hati
saudara-saudara kita yang selama ini jauh dari masjid, dan semakin
memperkokoh saudara-saudara kita yang selalu rutin shalat berjama’ah di
masjid. <em>Amiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.</em></div>
<em>Wallahu a’lam bish shawab</em>.<br />
sumber : http://www.buletin-alilmu.com/2011/02/03/mari-shalat-berjama%E2%80%99ah/ <br />
<span class="fullpost">
</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-513064875411040775.post-20567711338630940402012-04-20T14:39:00.000+08:002012-04-20T14:39:02.053+08:00Demonstrasi Hanya Menambah Petaka<h1 class="entry-title"></h1><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkRaD2zGrgbFDPmD1iJ83aHGIUinaqNG6YpX-DUcnW0WGsjM7Ts5DNYVaoknUMYvscELkseZuh8isdN2kCx3zg_y4dMuxgj8VMK0uEoUAg4ZzgfW7gOtj78jsLBirmSPMs47ftti-o5Dwl/s1600/pada-malam-kelam-diamku-adalah-api.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkRaD2zGrgbFDPmD1iJ83aHGIUinaqNG6YpX-DUcnW0WGsjM7Ts5DNYVaoknUMYvscELkseZuh8isdN2kCx3zg_y4dMuxgj8VMK0uEoUAg4ZzgfW7gOtj78jsLBirmSPMs47ftti-o5Dwl/s200/pada-malam-kelam-diamku-adalah-api.jpg" width="200" /></a></div><div class="entry-meta"> <span class="meta-date">o</span>leh : Ustadz Muktar</div><div class="entry entry-content"> <div style="text-align: justify;">Siapa pun dengan pasti akan memprediksi,”Pasti akan berakhir rusuh!”.</div><div style="text-align: justify;"> Hati semakin bersedih dan jiwa bertambah sesak melihat kenyataan pada beberapa tempat di negeri ini. Korban luka berjatuhan bahkan ada yang berakhir dengan meregang nyawa. Batu-batu beterbangan diselingi dengan asap dan api bom molotov. Benda-benda tumpul entah kayu, besi atau lainnya. Terlihat jelas berada di tangan-tangan sekelompok anak muda yang menamakan diri mereka sebagai Barisan Mahasiswa.</div><div style="text-align: justify;"></div><a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;"> Pihak aparat keamanan yang berusaha mengikuti prosedur dan protap pengamanan, sesungguhnya telah cukup bersabar. Cacian dan celaan ditujukan kepada mereka. Aparat dilempari dan diludahi bahkan dipukuli, dan mereka pun manusia biasa. Sehingga terjadilah aksi baku balas antara demonstran dan aparat keamanan. <em>Laa haula wa laa quwwata illa billah</em></div><div style="text-align: justify;"> Apa hasilnya? Kerugian dan kerugian lalu kerugian. Harta, nyawa, waktu, tenaga dan segala-segalanya. Tidak ada lagi rasa nyaman karena berganti ketakutan. Ketentraman masyarakat pun berangsur hilang setelah sebelumnya berkurang. Yang lebih menyedihkan lagi, pelaku-pelakunya justru berasal dari lapisan masyarakat yang disebut “kaum terpelajar”.</div><div style="text-align: justify;"> Ilustrasi di atas hanyalah sepenggal kisah dari catatan hitam dari aksi-aksi yang bernama demosntrasi, unjuk rasa, atau apapun nama lainnya. Dengan berbagai alasan yang dibumbui kata-kata menyentuh hati atau demi membela keadilan, aksi-aksi itupun dijalankan.”Melawan Tirani Lalim”,”Membela Hak-Hak Rakyat”,”Jihad Melawan Penguasa”,”Kami Menuntut Keadilan”,”Pemerintah Selalu Menyengsarakan Rakyat” dan masih seabreg slogan dan yel-yel lain kaum demonstran.</div><div style="text-align: justify;"> Sebenarnya bagaimanakah pandangan islam tentang hal ini? Berikut ini kami akan menukilkan fatwa dari beberapa ulama’ besar masa kini tentang hukum aksi demonstrasi atau unjuk rasa.</div><div style="text-align: justify;"><strong>Fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz</strong></div><div style="text-align: justify;">Beliau pernah ditanya,</div><div style="text-align: justify;"> Apakah demonstrasi yang terdiri dari kaum laki-laki dan wanita dalam rangka menentang penguasa dan pemerintah termasuk salah satu sarana dakwah?</div><div style="text-align: justify;"> Apakah orang yang meninggal dunia saat aksi demonstrasi dapat disebut sebagai mati syahid di jalan Allah?</div><div style="text-align: justify;">Beliau menjawab : “Saya berpendapat ;</div><div style="text-align: justify;"> Demontrasi yang terdiri dari kaum laki-laki dan wanita bukanlah sebuah solusi. Akan tetapi, demosntrasi hanya akan menjadi sebab munculnya fitnah, keburukan, kedzoliman dan pelanggaran bagi sebagian orang tanpa hak.</div><div style="text-align: justify;"> Namun,ada cara-cara yang sesuai syari’at Islam yaitu dengan mengirim surat, menasehati dan ajakan kepada kebaikan dengan menempuh langkah-langkah yang baik. Demikianlah yang ditempuh oleh para ulama’dan juga yang dilakukan para sahabat Nabi dan para pengikut mereka dengan baik.</div><div style="text-align: justify;"> Dengan cara mengirimkan surat atau berdialog secara langsung berhadapan dengan pihak pemimpin atau penguasa, tanpa menyebarluaskan di atas mimbar-mimbar atau tempat lain bahwa,”Pemerintah telah berbuat ini!Sehingga menjadi seperti itu!”.Wallahul musta’aan” ___________selesai</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>Fatwa Syaikh Muhammad Nashirudin Al Albani</strong></div><div style="text-align: justify;"> Di dalam Silsilah Hadits Dhaifah pada hadits tentang kisah masuk Islamnya Umar bin Khattab dan keluarnya mereka bersama Nabi dalam dua barisan untuk melawan kaum musyrikin,Syaikh Al Albani menjelaskan,</div><div style="text-align: justify;">“Hadits di atas munkar”. Kemudian beliau menjelaskan ;</div><div style="text-align: justify;"> ”Barangkali itu adalah sebabnya atau menjadi sebab sebagian saudara- saudara kita, para dai, berdalil tentang disyari’atkannya demonstrasi yang dikenal pada masa ini. Bahwa : “ demonstrasi termasuk cara berdakwah Nabi”.</div><div style="text-align: justify;"> Dan beberapa kelompok Islam masih berdalih dengannya. Mereka lupa bahwa demonstrasi termasuk kebiasaan dan metode orang-orang kafir”_______________selesai</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin</strong></div><div style="text-align: justify;"> Beliau pernah ditanya,</div><div style="text-align: justify;"> “Mengenai pemerintah yang berhukum dengan hukum yang tidak diturunkan Allah. Kemudian pemerintah mengizinkan sebagian masyarakat untuk melakukan aksi demonstrasi, yang dinamakan <em>‘ishoomiyyah </em>(memperoleh kedudukan dengan hasil usaha sendiri)!Disertai undang-undang yang ditetapkan oleh pemerintah itu sendiri.Lalu,orang-orang tersebut melakukannya.</div><div style="text-align: justify;"> Apabila aksi mereka diingkari,mereka menjawab,”Kami tidak menentang pemerintah dan kami melakukannya dengan ketetapan pemerintah”.</div><div style="text-align: justify;"> Apakah hal ini diperbolehkan secara syari’at? Padahal ada pertentangan dengan dalil?</div><div style="text-align: justify;">Beliau menjawab,</div><div style="text-align: justify;"> “Wajib bagimu untuk mengikuti Salaf!Apabila hal ini dilakukan oleh Salaf, maka pasti baik. Apabila tidak,pasti jelek. Tidak ada keraguan lagi jika demsontrasi itu jelek. Sebab, demonstrasi akan menghantarkan kepada kekacauan.Yang dilakukan oleh para demonstran maupun pihak lain.</div><div style="text-align: justify;"> Bahkan sering terjadi pelanggaran. Bisa saja pelanggaran terhadap kehormatan, harta maupun fisik orang. Karena dalam keadaan kacau/rusuh, orang seperti mabuk yang tidak mengetahui apa yang dia ucapkan dan apa yang dia lakukan!”___________selesai</div><div style="text-align: justify;"><strong>Pembaca yang terhormat,</strong></div><div style="text-align: justify;"> Demonstrasi seluruhnya buruk, Apakah diizinkan oleh pihak pemerintah maupun tidak? Jika ada sebagian pemerintah mengizinkan terselenggaranya aksi demosntrasi, maka hal itu hanyalah propaganda.</div><div style="text-align: justify;"> Misalnya dipulangkan ke hati, sungguh pemerintah manapun tidak akan menyukai bahkan sangat membenci. Namun, ia hanya berpura-pura saja.</div><div style="text-align: justify;"> Sebagaimana dia mengatakan,”Ini kan demokrasi!” Padahal demokrasi hanya akan membuka pintu kebebasan (tanpa aturan agama) bagi umat manusia. Hal ini bukanlah jalan Salaf!</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>Fatwa Syaikh Muqbil bin Hadi</strong></div><div style="text-align: justify;">Beliau mengatakan,</div><div style="text-align: justify;"> “Segala puji bagi Allah. Sungguh saya sering mengingatkan tentang (dampak negatif) demonstrasi di dalam khutbah hari raya maupun khutbah-khutbah jum’at”___________selesai</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>Fatwa Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan</strong></div><div style="text-align: justify;">Beliau menjelaskan,</div><div style="text-align: justify;"> “Agama kita bukan agama yang kacau tanpa aturan, akan tetapi agama kita adalah agama yang mapan, teratur rap, dan mengajarkan ketenangan. Demonstrasi bukan termasuk amalan umat Islam. Kaum muslimin tidak mengenal demonstrasi!</div><div style="text-align: justify;"> Islam adalah agama yang mengajarkan ketenangan,kasih saying, dan kestabilan. Di dalam Islam tidak ada ajaran kekacauan,kerusuhan maupun menimbulkan fitnah. Inilah agama Islam</div><div style="text-align: justify;"> Hak-hak masyarakat dapat diperoleh dengan permohonan dan cara-cara syar’i.Adapun demonstrasi hanya akan menyebabkan kerusakan harta.Maka,perkara yang demikian tidak boleh” __________selesai</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>Fatwa Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad</strong></div><div style="text-align: justify;">Beliau pernah ditanya,</div><div style="text-align: justify;"> ”Apakah juga termasuk dalam pengertian hadits tersebut ; seseorang yang melakukan demosntrasi untuk menentang kenaikan harga dan urusan dunia semisalnya? Apabila terjadi kedzoliman di sana?”</div><div style="text-align: justify;">Beliau menjawab,</div><div style="text-align: justify;"> “Demonstrasi termasuk tindakan bodoh! Hal ini tidak dikenal (pada masa lalu oleh umat Islam). Demonstrasi adalah perkara yang baru saja muncul yang diadopsi kaum muslimin dari orang-orang kafir”_______selesai</div><div style="text-align: justify;">Disusun oleh Abu Nasim Mukhtar bin Rifa’i</div><div style="text-align: justify;"><strong>Referensi</strong> : Fatawa Al Ulama’ Fii Tahriimi Al Mudhoharaat (sebuah lembaran buletin)</div><div style="text-align: justify;"> Diterbitkan oleh Kementrian Urusan Islam,Wakaf,Dakwah dan Irsyad Kerajaan Arab Saudi</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">sumber : http://www.salafy.or.id/2012/04/13/demonstrasi-hanya-menambah-petaka/ </div></div><span class="fullpost"> </span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-513064875411040775.post-30868050352264511722012-04-19T22:29:00.000+08:002012-04-19T22:29:51.124+08:00Wahai Saudaraku, Jauhilah Sifat Kikir<h1 class="entry-title"></h1><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaHMu-MZCrU8r-z9izWW3MAs5Mz3FuWM6PJ-k2p6hbymgt1SEwhmB6mj3VKpgqYltnzwMzK7ZTkcxp_s86bvDc1ZbB41cUmaVKsJw2d9m5PTqx0ieg3sudFN_BQEFrlp5pYbH76jDbdLpA/s1600/kikir.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="151" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaHMu-MZCrU8r-z9izWW3MAs5Mz3FuWM6PJ-k2p6hbymgt1SEwhmB6mj3VKpgqYltnzwMzK7ZTkcxp_s86bvDc1ZbB41cUmaVKsJw2d9m5PTqx0ieg3sudFN_BQEFrlp5pYbH76jDbdLpA/s200/kikir.jpg" width="200" /></a></div>Hal yang sangat penting untuk diketahui setiap muslim ialah bahwa harta yang dimiliki dalam bentuk apapun yang ada di sekitarnya adalah milik Allah<em> subhanahu wa ta’ala.</em> Tidaklah dia mendapatkan harta dan semua yang menjadi miliknya kecuali dengan izin Allah, manusia tidaklah berkuasa sepenuhnya pada harta tersebut. Status harta itu hanya amanah atau titipan dari Allah saja. <span id="more-950"></span>Sebagaimana dalam hadits:<br />
<div dir="RTL">يَا عِبَادِيْ كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلَّا مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُوْنِيْ أُطْعِمْكُمْ يَا عِبَادِيْ كُلُّكُمْ عَارٍ إِلَّا مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُوْنِيْ أَكْسُكُمْ</div><em>“Wahai para hamba-Ku, kalian semua pada asalnya lapar kecuali orang yang Aku beri makan, maka mohonlah makanan pada-Ku. Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya kalian pada asalnya telanjang, kecuali orang yang Kuberi pakaian, maka mohonlah kepada-Ku pakaian.” </em>(<strong>HR Muslim</strong>)<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Gambaran hadits di atas menguatkan bahwa manusia tidaklah memiliki apa-apa semua kebutuhan hidupnya dicukupi oleh Allah<em> subhanahu wa ta’ala.</em> Dan perlu diingat, manakala lahir di dunia manusia tidaklah membawa apapun walau sehelai benang, lalu Allah berikan rizki kepadanya berupa pakaian dengan berbagai aneka ragam jenis dan jumlahnya.<br />
Lalu dengan hikmah-Nya yang mulia, Allah telah memerintahkan kepada kita selaku penerima nikmat untuk menunaikan hak harta tersebut dengan zakat, infaq dan shadaqah sehingga kita menjadi orang yang dermawan karena kedermawanan adalah salah satu jalan menuju surga. Dan Allah melarang dari sifat <em>bakhil</em> (kikir atau pelit) yang merupakan lawan dari sifat dermawan.<br />
Bakhil adalah sifat yang tercela karena sifat ini terlahir dari godaan syaithan. Bakhil dijadikan oleh syaithan sebagai jalan untuk menuju jalan ke neraka. Definisi bakhil adalah perbuatan seorang hamba untuk menahan harta yang ada pada kepemilikannya tanpa menunaikan hak dan kewajiban yang terkait dengan harta tersebut. Dalil yang melarang dari perbuatan bakhil di antaranya adalah:<br />
<div dir="RTL">عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ» قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا هِيَ؟ قَالَ: «الشِّرْكُ بِاللَّهِ، وَالشُّحُّ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ، وَأَكْلُ الرِّبَا، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ، وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ»</div><em>“Dari sahabat Abu Hurairah</em><em> radhiyallahu ‘anhu </em><em>beliau berkata, Rasullullah</em><em> shallallahu ‘alaihi wa sallam </em><em>telah bersabda, ‘Jauhillah tujuh kehancuran yang dapat menimpa kalian.’ Lalu (shahabat) bertanya, ‘Apakah itu wahai Rasulullah?’ Lalu beliau menjawab, ‘Menyekutukan Allah, kikir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari dari peperangan, menuduh zina wanita mukminat yang suci.” </em>(<strong>HR. an-Nasa`i</strong>)<br />
Banyak contoh tentang kehancuran orang-orang yang bakhil. Salah satunya adalah Qarun sebagai raja kebakhilan yang pernah muncul di muka bumi ini. Di mana Allah akhirnya menenggelamkannya beserta pengikut dan hartanya. Kisah detailnya bisa dibaca dalam Al-Qur`an pada surah Al-Qashash. Hal ini perlu kita cermati sebagai pelajaran bahwa bakhil dapat membawa kehancuran di dunia dan di akhirat.<br />
Sifat bakhil muncul diakibatkan kecintaan yang berlebihan terhadap dunia, tidak adanya keyakinan tentang kemuliaan yang ada di sisi Allah, tamak dan kagum kepada diri sendiri serta sebab-sebab lainnya.<br />
Sudah sepantasnya bagi hamba-hamba yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya untuk menjauhi sifat yang tercela ini, agar tidak menyesal kelak di kemudian hari.<br />
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah <em>rahimahullah</em> berkata, “Seorang muslim yang terpuji adalah muslim yang mempunyai sifat pemberani dan dermawan. Sebaliknya, seorang muslim yang tercela adalah muslim yang mempunyai sifat kikir dan pengecut.”<br />
Sebagian pihak beranggapan bahwa <em>bakhil</em> ada bagian dari sifat penghematan atau menghindari <em>tabdzir</em>(terbuangnya harta dengan sia-sia). Sebenarnya sangat berbeda antara <em>bakhil </em>dengan <em>tabdzir</em>.<br />
<em>Tabdzir</em> adalah perilaku membuang harta dengan sia-sia tiada guna seperti makanan berlebihan yang akhirnya sisanya dibuang atau membeli barang yang tidak dibutuhkan. Hal ini memang dilarang dalam agama, sebagaimana firman Allah<em> subhanahu wa ta’ala </em>(yang artinya):<br />
<em>“… janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaithan dan syaithan itu adalah sangat ingkar kepada Rabb-nya.” </em>(<strong>Al-Isra: 26-27</strong>)<em></em><br />
Al-Imam as-Sa’dy <em>rahimahullah</em> dalam tafsirnya berkata, “Karena sesungguhnya syaithan tidak mengajak kecuali kepada perangai yang tercela. Maka dia mengajak manusia kepada perbuatan kikir dan menahan harta. Apabila manusia tidak mengikutinya, maka syaithan mengajaknya untuk berbuat boros dan menghamburkan harta.” (Lihat <strong>Taisir al-Karim ar-Rahman</strong>)<br />
Adapun <em>bakhil </em>ialah<em> </em>menahan harta yang seharusnya dia keluarkan. Sebagai contoh, dia mempunyai kemampuan untuk membayar zakat tapi dia tahan (tidak menunaikannya), atau dia seorang yang memiliki banyak harta tapi manakala datang fakir miskin untuk meminta haknya justru tidak dia beri.<br />
Apapun posisi dan kedudukan kita, janganlah berbuat <em>bakhil</em>, bila kita sebagai suami janganlah bakhil pada istri dan anak-anak tentu dengan tidak mengajari sifat boros kepada mereka. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:<br />
<div dir="RTL">وَعَنْ أَبِيْ عَبْدِ اللهِ، وَيُقَالُ لَهُ : أَبُوْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ثَوْبَانَ، قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَفْضَلُ دِيْنَارٍ يُنْفِقُهُ الرَّجُلُ، دِيْنَارٌ يُنْفِقُهُ عَلَى عِيَالِهِ، وَدِيْنَارٌ يُنْفِقُهُ الرَّجُلُ عَلَى دَابَّتِهِ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ، وَدِيْنَارٌ يُنْفِقُهُ عَلَى أَصْحَابِهِ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ»</div><em>“Dari sahabat Abu Abdillah atau terkadang dipanggil Abu Abdirrahman Tsauban berkata, Rasulullah</em><em> shallallahu ‘alaihi wa sallam </em><em>bersabda, “Sebaik-baik dinar yang diinfakkan seseorang adalah dinar yang dia infakkan kepada keluarganya dan dinar yang diinfakkan untuk membeli kendaraan perang di jalan Allah, serta dinar yang diinfakkan untuk saudaranya untuk perang di jalan Allah.” </em>(<strong>HR. Muslim</strong>)<br />
Atau jika kita seorang pejabat janganlah kita <em>bakhil</em> pada bawahan. Bila menjadi seorang pedagang janganlah bakhil pada karyawannya, karena bila bakhil maka ada hadits Rasulullah<em> shallallahu ‘alaihi wa sallam </em>yang memperingatkannya yaitu:<br />
<div dir="RTL">لَا يَسْأَلُ رَجُلٌ مَوْلَاهُ مِنْ فَضْلٍ هُوَ عِنْدَهُ، فَيَمْنَعُهُ إِيَّاهُ، إِلَّا دُعِيَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَضْلُهُ الَّذِيْ مَنَعَهُ شُجَاعًا أَقْرَعَ</div><em>“Tidaklah seseorang meminta kelebihan harta yang dimiliki tuannya lalu dia tidak memberinya kecuali akan didatangkan ketika hari kiamat kelebihan harta itu berupa ular gundul.”</em>(<strong>HR. Abu Dawud</strong>)<br />
Agar kita terhindar dari sifat kikir para ulama telah memberikan solusi. Di antaranya dengan banyak bersedekah dan berinfak, memikirkan tentang kehinaan dan kerendahan harta di sisi Allah, memikirkan balasan yang besar di sisi Allah, memahami hakekat keberadaan harta yang ada di sekitarnya,banyak bergaul dengan orang-orang shaleh dan menjauhi orang-orang yang mempunyai sifat bakhil.<br />
<br />
<strong>Anjuran untuk Bersedekah</strong><br />
Allah<em> subhanahu wa ta’ala </em>berfirman (yang artinya):<br />
<em>“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”</em> (<strong>Al-Baqarah: 271</strong>)<br />
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin <em>rahimahullah</em> ketika menafsirkan ayat ini beliau menyebutkan beberapa pelajaran yang bisa diambil. Di antaranya:<br />
1. Anjuran dan dorongan untuk bersedekah, baik dengan menampakkannya atau dengan menyembunyikannya.<br />
2. Bahwasanya menyembunyikan sedekah itu lebih utama daripada menampakkannya karena lebih mendekati keikhlasan dan menyembunyikan orang yang menerima sedekah tersebut.<br />
3. Bahwasanya sedekah tidak teranggap sampai sedekah itu diterima oleh orang-orang fakir.<br />
Rasulullah<em> shallallahu ‘alaihi wa sallam </em>bersabda:<br />
<div dir="RTL">اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ</div><em>“Bentengilah diri kalian dari siksa api neraka meskipun dengan separuh buah kurma.” </em><strong>Muttafaqun ‘alaih</strong><br />
Hadits ini mengandung anjuran untuk bersedekah karena sedekah dapat membentengi diri orang yang bersedekah dari api neraka.<br />
Rasulullah<em> shallallahu ‘alaihi wa sallam </em>juga menyatakan bahwa harta tidak akan berkurang karena disedekahkan. Sebagaimana sabda dalam beliau <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>:<br />
<div dir="RTL">مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ</div>“Sedekah itu tidak akan mengurangi harta sedikit pun.” (<strong>HR. Muslim </strong>dan <strong>at-Tirmidzi</strong>)<br />
Tentang hadits ini, al-Imam an-Nawawi <em>rahimahullah</em> menjelaskan bahwa tidak berkurangnya harta dengan sedekah ditinjau dari dua sisi:<br />
1. Hartanya akan diberkahi dan berbagai <em>mudharat </em>(bahaya) akan tercegah dari pelakunya. Maka tertutuplah berkurangnya harta itu dengan berkah yang tersembunyi. Hal ini bisa diketahui dengan indera dan kebiasaan.<br />
2. Walaupun harta tersebut nampaknya berkurang, akan tetapi tertutupi dengan pahala yang dipersiapkan untuknya, bahkan berlipat ganda.<br />
<em>Wallahu a’lamu bish shawab.</em><br />
Penulis: Al-Ustadz Hasan bin Harun <em>hafizhahullahu ta’ala</em><br />
<br />
<em>sumber : http://www.buletin-alilmu.com/2012/04/19/wahai-saudaraku-jauhilah-sifat-kikir/ </em><br />
<span class="fullpost"> </span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-513064875411040775.post-66338139915161871392012-04-15T07:46:00.000+08:002012-04-15T07:46:23.105+08:00Jauhilah Obat-Obat Berbahaya<!--[if gte mso 9]><xml> <o:OfficeDocumentSettings> <o:AllowPNG/> </o:OfficeDocumentSettings> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>AR-SA</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:EnableOpenTypeKerning/> <w:DontFlipMirrorIndents/> <w:OverrideTableStyleHps/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-bidi-font-family:Arial;}
</style> <![endif]--> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQ58-RG9i3jksuwgm2aYveOF_bl5fV1KD4n6rz00_xTf8NXqgA_JECLYh9agSVLX_dWHffqHMKisEs5wLKcGEBnEheI-9-AB6iue_jQSaUeDM0F_defbfEZ_HQq2lUE1Zy9Uqrf2kY4W_w/s1600/Gudang_obat_kadaluarsa.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQ58-RG9i3jksuwgm2aYveOF_bl5fV1KD4n6rz00_xTf8NXqgA_JECLYh9agSVLX_dWHffqHMKisEs5wLKcGEBnEheI-9-AB6iue_jQSaUeDM0F_defbfEZ_HQq2lUE1Zy9Uqrf2kY4W_w/s200/Gudang_obat_kadaluarsa.jpg" width="200" /></a></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Kehidupan masyarakat yang aman dan tentram merupakan dambaan setiap orang. Tak ayal jika mereka berusaha bantu membantu satu<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dengan yang lainnya untuk mewujudkannya. Namun tentunya hal tersebut tidak mudah untuk diwujudkan, karena disana ada musuh yang siap untuk menghalangi dan merusak tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada. Dan musuh terbesar bagi manusia adalah iblis la’natullah ‘alaihi. Dialah otak dari segala macam keburukan yang ada. Dia memiliki pengikut baik dari kalangan jin atau pun dari kalangan manusia. Mereka saling bantu membantu untuk menjerumuskan manusia ke dalam jurang kebinasaan, baik di dunia atau pun di akhirat kelak. </div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"></div><a name='more'></a><br />
<br />
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Allah subhanahu wata'ala telah menyebutkan dalam Al Quran tentang sumpah dari iblis la’natullah ‘alaihi untuk menyesatkan manusia. Bahkan iblis la’natullah ‘alaihi meminta kepada Allah subhanahu wata'ala untuk ditangguhkan kematiannya sampai hari kiamat. Hal ini dikarenakan dia ingin untuk menyesatkan manusia sebanyak-banyaknya, sehingga dia akan membawa pengikut yang banyak ke dalam api neraka. Allah subhanahu wata'ala berfirman:</div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b style="color: cyan;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16pt;">قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (79) قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ (80) إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ (81) قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (82) إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (83)</span></b><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt;"></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">(artinya) : <span class="gen">Iblis berkata: "Wahai Roobku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan." Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh,</span> <span class="gen">sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat)." Iblis menjawab: "Demi kemulyaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya,</span> <span class="gen">kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis (ikhlas) di antara mereka. (shood : 79-83)</span> </div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Oleh karena itu, berbagai upaya pun akan dilakukan oleh iblis la’natullah ‘alaihi dan bala tentaranya untuk tujuan buruknya. Ada diantara mereka yang seolah berwujud kyai atau ustadz, namun mereka menyeru kepada kesesatan. Sehingga akhirnya banyak manusia yang mereka tertipu dengan penampilan mereka. Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam pun jauh-jauh hari sudah mengingatkan umatnya, bahwasanya akan muncul dai-dai yang menyeru kepada pintu jahannam. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam riwayat Al Bukhori dan Muslim, dari Hudzaifah Ibnul Yaman. Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda:</div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b style="color: cyan;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16.0pt; mso-fareast-language: IN;">قَالَ « نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا ».</span></b><span dir="LTR"></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">(artinya) : ya, (akan muncul) dai-dai di pintu jahannam, barangsiapa yang mengikuti seruan mereka, maka mereka akan melemparkannya ke dalamnya. (HR. Al Bukhori no.7084 dan Muslim no. 4890 dari Hudzifah Ibnul Yaman).</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Dan diantara upaya yang mereka lakukan pula untuk memalingkan manusia dari jalan Allah adalah dengan menyebarkan obat-obat terlarang di tengah masyarakat. Mereka menginginkan dengannya untuk merusak fisik mereka sekaligus hati mereka. Mereka tahu bahwa dengan obat tersebut, seorang akan kehilangan akalnya (mabuk). Dan tatkala dia sedang mabuk atau fly<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menurut istilah mereka, maka dia tidak sadar terhadap apa yang diperbuatnya. Sehingga berbagai tindak kejahatan pun berani dia lakukan. </div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Obat-obat terlarang yang sudah menyebar sangat beraneka ragam. Ada yang berupa pil, ada yang serbuk, ada yang cair dan yang lainnya. Begitu pula namanya, bermacam-macam pula, ada yang disebut extasi, ganja, sabu, dan yang semisalnya. Tidak sedikit pula dari mereka yang memberinya nama dengan nama-nama yang bagus. Namun nama tidaklah merubah hakekat dari sesuatu tersebut. Jika dia termasuk dari jenis obat-obatan yang terlarang maka dia tetap dilarang, sekalipun namanya berubah. Dan terkadang sebagian mereka memasukkan obat-obatan tersebut ke dalam makanan sehingga tidak terlihat namun masih memberi efek negatif. Dan jenis yang semacam ini jauh lebih berbahaya karena seorang tidak tahu keberadaannya. </div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Pada hakekatnya, obat-obatan yang semacam ini adalah termasuk dari jenis khomr. Hal ini dikarenakan pengaruh dari obat-obatan tersebut sama dengan pengaruh khomr yaitu menghilangkan akal. Bahkan dia pada hakekatnya lebih berbahaya daripada khomr. Sehingga walaupun bentuknya berbeda-beda, tapi sama fungsinya (pengaruhnya), maka dia dihukumi dengan yang semisalnya. Oleh karena itu dalam hukum pun sama, yakni diharamkan. </div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Allah subhanahu wata'ala berfirman:</div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b style="color: cyan;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16.0pt; mso-fareast-language: IN;">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (90)</span></b><span class="gen"><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt;"></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">(artinya) : <span class="gen">Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>khomr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (al maidah : 90)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Berkata asy syaikh as sa’di : maka sesungguhnya keberuntungan itu tidak sempurna kecuali dengan meninggalkan apa yang diharamkan oleh Allah subhanahu wata'ala. Terlebih khusus lagi fahisyah (hal-hal yang dilarang) yang disebutkan dalam ayat ini.</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam juga bersabda:</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="color: cyan; direction: rtl; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16.0pt; mso-fareast-language: IN;">ابْنَ عُمَرَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَعَنَ اللَّهُ الْخَمْرَ وَشَارِبَهَا وَسَاقِيَهَا وَبَائِعَهَا وَمُبْتَاعَهَا وَعَاصِرَهَا وَمُعْتَصِرَهَا وَحَامِلَهَا وَالْمَحْمُولَةَ إِلَيْهِ ».</span></b></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>(artinya): Allah subhanahu wata'ala melaknat khomr, peminumnya, yang memberi minum, yang menjualnya, yang membelinya, yang membuatnya, yang minta untuk dibuatkan, yang membawanya dan yang dibawakan. (HR. Abu Dawud<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>no.3676 dari ibnu umar)</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Dari ayat dan hadits diatas, jelas sekali menunjukan bahwa khomr merupakan hal yang diharamkan. Didalam ayat Allah subhanahu wata'ala memerintahkan untuk menjauhinya. Dan perintah untuk menjauhi itu lebih tegas daripada sekedar larangan. Terlebih lagi dalam hadits disebutkan laknat terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan khomr. </div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Kemudian,mereka dalam mempromosikan obat-obat tersebut dengan menggunakan berbagai cara dan kepada berbagai kalangan. Dari yang muda sampai yang tua bahkan anak-anak, mereka jadikan korban obat-obat terlarang tersebut. Mereka juga tidak memandang apakah orang tersebut orang kaya ataukah orang yang miskin. Apabila dia orang kaya, maka bisa mereka jadikan dia sebagai konsumen atau pun sebagai agen. Dan apabila dia orang yang miskin maka bisa mereka jadikan dia sebagai pengedar atau yang lainnya. </div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Pada umumnya, orang yang mengkonsumsi obat-obatan terlarang ini dikarenakan ada masalah yang sedang dia hadapi. Dia bingung mencari jalan keluarnya, sehingga dia pun mencoba mencari ketenangan. Sehingga akhirnya dia pun memakai obat-obatan terlarang tersebut. Namun, sebenarnya dia telah salah langkah. Ketenangan yang dia dapatkan darinya, hanya bersifat sementara. Bahkan akibat yang setelahnya akan lebih berbahaya bagi dirinya sendiri.</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Diantara faktor yang lain, yang menyebabkan seorang memakai obat-obatan terlarang tersebut adalah teman yang buruk. Tidak sedikit dari mereka yang terbawa oleh temannya sehingga akhirnya mereka menjadi pecandu obat-obatan terlarang. Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam sebagai pembimbing umatnya, telah menjelaskan bahaya dari teman yang buruk. Dan beliau shollallahu 'alaihi wasallam menganjurkan untuk berteman dengan teman yang baik. </div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:</div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b style="color: cyan;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16.0pt; mso-fareast-language: IN;">عَنْ أَبِي مُوسَى ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً.</span></b><span class="gen"><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt;"></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">(artinya) : sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk, seperti pembawa (penjual) minyak wangi dan tukang las. Adapun pembawa minyak wangi, adakalanya dia akan memberi (minyak wangi) kepadamu, adakalanya kamu bisa membeli (minyak wangi) darinya, atau kamu bisa mendapati darinya bau yang harum. Adapun tukang las, bisa jadi dia akan membakar bajumu, atau engkau akan mendapati darinya bau yang busuk. (HR. Al bukhori no. 5534 dan muslim no. 6860 dari abu musa)</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Kurangnya perhatian orang tua kepada anaknya, juga merupakan salah satu faktor penyebab sang anak berani memakai obat-obatan terlarang. Banyak diantara orang tua yang menyangka bahwa dengan memberikan uang kepada sang anak itu sudah cukup. Sehingga pada akhirnya mereka hanya sibuk mencari uang dan tidak memperhatikan anaknya. Padahal sang anak butuh perhatian dan juga kasih sayang dari orang tuanya. Bahkan hal ini lebih mereka butuhkan daripada sekedar uang. Allah subhanahu wata'ala berfirman:</div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b style="color: cyan;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16pt;">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (6)</span></b><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt;"></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">(artinya) : <span class="gen">Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At Tahrim : 6)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Dan perlu diketahui pula bahwa efek negatif dari obat-obatan terlarang ini sangatlah banyak. Bagi pemakainya sendiri, dia akan terjangkiti berbagai macam penyakit. Seperti depresi, gangguan liver, sulit tidur, kerusakan saraf otak, tulang keropos, kejang-kejang, dan yang lainnya. bahkan tidak sedikit dari mereka yang meninggal dikarenakan obat-obatan terlarang tersebut.</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Dan dari pengaruhnya pula, akan muncul berbagai macam tidak kriminal. Tidak sedikit dari mereka yang mengkonsumsi obat-obatan tersebut, mereka menjadi berani untuk melakukan pelanggaran-pelanggaran syariat. Sebagai contohnya adalah zina. Sudah terlalu banyak kasus perzinaan atau pemerkosaan dilakukan oleh orang-orang yang mengkonsumsi obat-obatan tersebut. Padahal Allah subhanahu wata'ala telah melarang dari perbuatan tersebut, sebagaimana dalam firmanNya:</div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b style="color: cyan;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16.0pt; mso-fareast-language: IN;">وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا (32)</span></b><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt;"></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">(artinya) :<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span class="gen">Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (Al Isro’ : 32)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Diantara tindak kriminal yang lainnya pula, ketika seorang menggunakan obat terlarang tersebut adalah terjadinya pembunuhan, baik karena ada niat dari pelakunya atau pun tidak. Hal ini disebabkan karena orang yang memakai obat-obatan tersebut, pada hakekatnya mereka telah kehilangan kendali dirinya. Sehingga berbagai tindakan dia lakukan tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Dan membunuh jiwa merupakan hal yang dilarang oleh Allah subhanahu wata'ala, sebagaimana dalam firmanNya:</span></div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b style="color: cyan;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16.0pt; mso-fareast-language: IN;">وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَمَنْ قُتِلَ مَظْلُومًا فَقَدْ جَعَلْنَا لِوَلِيِّهِ سُلْطَانًا فَلَا يُسْرِفْ فِي الْقَتْلِ إِنَّهُ كَانَ مَنْصُورًا (33)</span></b><span class="gen"><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt;"></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">(artinya) : Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar.(Al isro’ :33)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Inilah diantara efek negatif yang timbul disebabkan obat-obatan terlarang tersebut. Dan disana tentunya masih banyak lagi yang lainnya. Seorang yang sudah mengetahui akan bahaya sesuatu, maka tentunya dia akan menjauhi sesuatu tersebut. Seorang penyair mengatakan (yang artinya) : aku mengetahui keburukan bukan karena aku ingin mengamalkannya, akan tetapi untuk menjauhkan diri darinya. Barangsiapa yang tidak mengetahui keburukan dari kebaikan, maka dia akan terjatuh kedalamnya.</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Kemudian, diantara upaya yang bisa dilakukan untuk menjauhkan diri dari obat-obatan tersebut adalah dengan mempelajari agama. Dengan agama, seorang akan terbimbing langkahnya dalam mengarungi kehidupan dunia ini. Berbagai masalah yang dia hadapi, akan dia temukan jalan keluarnya. Demikian pula ketenangan hidup, akan dia temukan. </span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Peranan orang tua dalam membimbing putra-putri mereka juga sangat dibutuhkan. Terlebih lagi di waktu sekarang ini, yang mana fitnah dan godaan serta tantangan hidup sangat banyak. Apabila para orang tua mampu untuk menjaga dan membimbing anak-anak mereka, maka akan muncul keluarga-keluarga yang baik. Dan pada akhirnya, akan terbentuk suatu masyarakat yang baik pula. Oleh karena itu dibutuhkan adanya saling tolong menolong dalam mewujudkan hal ini. Allah subhanahu wata'ala berfirman:</span></div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b style="color: cyan;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16.0pt; mso-fareast-language: IN;">وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (2)</span></b><span class="gen"><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt;"></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">(artinya) : Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Al maidah :2)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Maka hendaklah seseorang itu saling memberikan nasehat dan peringatan untuk menjauhi obat-obatan terlarang tersebut. Mulailah dari kerabat yang paling dekat, seperti anak, saudara, dan yang lainnya. Dan bagi yang mengetahui ada yang menyimpan atau memakai obat-obatan tersebut, hendaklah dia melaporkannya kepada pihak yang berwajib. Semoga dengan adanya tolong menolong antara satu dengan yang lainnya, akan terwujud nantinya masyarakat yang baik yang bebas dari obat-obatan terlarang. Sehingga ketenangan dan kedamaian akan dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Dan bagi siapa saja yang pernah terjerumus dalam obat-obatan terlarang tersebut, hendaklah dia bertaubat kepada Allah subhanahu wata'ala dan berusaha untuk memperbaiki dirinya. Janganlah dia berputus asa, dan menganggap tidak ada gunanya lagi taubat. Allah subhanahu wata'ala telah berfirman dalam Al Quran:</span></div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b style="color: cyan;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16.0pt; mso-fareast-language: IN;">قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (53)</span></b><span class="gen"><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt;"></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">(artinya) : Katakanlah: "Wahai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az zumar : 53)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Sebagai penutup, kita ingatkan dengan firman Allah subhanahu wata'ala:</span></div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b style="color: cyan;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16.0pt; mso-fareast-language: IN;">وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ</span></b><span class="gen"><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt;"></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">(artinya): Dan Robbmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kukabulkan bagimu. (ghofir : 60)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Maka hendaklah kita senantiasa berdoa kepada Allah subhanahu wata'ala untuk dijaga dari segala macam perbuatan yang menyelisihi syariat. Dan semoga Allah subhanahu wata'ala memberikan kepada kita keistiqomahan (ketetapan) di jalanNya yang lurus. Wallahu a'lam. </span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">penulis: Abu Ali Banyumas </span></div><span class="fullpost"> </span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-513064875411040775.post-34411327600905298952012-04-05T09:56:00.002+08:002012-04-05T10:01:10.040+08:00Donasi Melawan Kristenisasi di Nusakambangan<h1 class="entry-title"></h1><div class="entry entry-content"><div align="right" style="line-height: 350%; text-align: center;"><span style="font-family: Traditional Arabic; font-size: 26px;">بسم الله الرحمن الرحيم</span></div><h2 align="center" style="text-align: center;"><b>Dakwah Salafiyah di Daerah Rawan Kristenisasi, </b></h2><h2 align="center" style="text-align: center;"><b>Kesyirikan, Bid’ah dan Premanisme</b></h2><div style="text-align: justify;"><i>Alhamdulillah,</i> segala puji bagi Allah tabaraka wa ta’ala, dengan taufiq dari-Nya semata-mata, para Asatidzah dan Ikhwan Salafiyin dari Ma’had An-Nur Al-Atsari Banjarsari Ciamis, dibantu oleh Ma’had Al-Ihsan Sindangkasih Ciamis, Ma’had Al-Manshuroh Kroya Cilacap, Masjid Al-Jihad Gumilir Cilacap dan dari berbagai daerah serta lembaga lainnya, masih terus berdakwah di daerah rawan Kristenisasi, kesyirikan dan bid’ah. Tepatnya di desa-desa miskin yang terletak di Nusakambangan Barat, perbatasan antara Kabupaten Ciamis Jawa Barat dan Cilacap Jawa Tengah.<br />
<br />
<a name='more'></a></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://www.salafy.or.id/2012/03/31/kristenisasi-nusakambangan/desa-ujunggagak/" rel="attachment wp-att-5134"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-5134" height="240" src="http://www.salafy.or.id/wp-content/uploads/2012/03/desa-ujunggagak.jpg" title="desa-ujunggagak" width="320" /></a></div><h6 style="text-align: center;"><i><b>Daerah Kristenisasi LSM Asing, Desa Ujung Gagak Kampung Laut Cilacap</b></i></h6><div style="text-align: justify;">Sampai saat ini <i>alhamdulillah</i> kurang lebih ada 100 KK kaum muslimin yang tadinya murtad ataupun yang memang beragama Kristen telah kembali memeluk Islam, termasuk beberapa orang yang tadinya bertugas sebagai misionaris Kristen dan telah berhasil memurtadkan ratusan kaum muslimin dan membangun sejumlah gereja. Akan tetapi, walaupun telah banyak yang kembali masuk Islam, kami telah mendata masih ada ratusan kaum muslimin yang murtad dan tersebar di beberapa desa, sebagian desa telah berhasil kami jangkau dan sebagian lagi belum terjangkau.</div><div style="text-align: justify;">Dan juga <i>alhamdulillah</i>, dengan adanya dakwah salafiyah di daerah ini Allah ta’ala memberikan hidayah kepada puluhan Preman dan ahli-ahli ibadah Sufiyah untuk bertaubat kepada Allah ta’ala dan mulai mempelajari ajaran Islam yang benar.</div><div style="text-align: justify;"><a href="http://www.salafy.or.id/2012/03/31/kristenisasi-nusakambangan/masjid-al-barokah-kampung-laut/" rel="attachment wp-att-5135"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-5135" height="240" src="http://www.salafy.or.id/wp-content/uploads/2012/03/masjid-al-barokah-kampung-laut.jpg" title="masjid-al-barokah-kampung-laut" width="320" /></a></div><h6 style="text-align: center;"><i><b>Masjid Al-Barokah Kampung Laut, Lokasi Kegiatan Dakwah dan Sosial</b></i></h6><div style="text-align: justify;">Demikian pula, Ma’had An-Nur Al-Atsari telah menempatkan seorang da’i di desa Selok Jero untuk terus membina para mu’allaf dan anak-anak mereka, dan insya Allah ta’ala dalam waktu dekat juga akan ditempatkan seorang da’i di desa Ujung Gagak.</div><div style="text-align: justify;">Gelombang masuk Islam yang terus bergulir akhirnya mengusik para misionaris hingga ke Jakarta dan Eropa, sampai beberapa hari lalu ada kunjungan dua orang Misionaris Kristen Eropa bersama Misionaris lokal, disusul dengan telepon dari para pendeta Jakarta kepada umat nasrani Nusakambangan Barat yang dibocorkan oleh mereka sendiri, <i>“Tetaplah dalam agama kalian, kami akan memberikan bantuan-bantuan, kami juga mampu membelikan sapi dan kambing untuk kalian, dan tidak lama lagi “anak-anak tuhan” akan datang kepada kalian,”</i> kurang lebih seperti itu pesan dari Jakarta, dan ucapannya, “anak-anak tuhan” adalah ucapan kekufuran. Maha suci Allah dari ucapan mereka yang sangat buruk, dan sesungguhnya Allah ta’ala akan menyempurnakan cahaya-Nya meskipun mereka tidak suka.</div><div style="text-align: justify;">Inilah salah satu tantangan dakwah yang terbesar, yaitu usaha para Pendeta dan Misionaris Kristen untuk memurtadkan umat Islam dan mengajak kembali masuk Kristen dengan mengandalkan kekuatan finansial mereka.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>MOHON DO’A DAN DUKUNGAN KAUM MUSLIMIN</b></div><div style="text-align: justify;">Maka dengan semakin banyaknya orang-orang Kristen yang masuk Islam dan <i>alhamdulillah </i>terus bertambah hari demi hari sampai kami pun merasakan beban semakin berat untuk membina mereka dalam keadaan kekurangan SDM dan sumber dana, padahal para mu’allaf masih sangat membutuhkan bimbingan, pengawasan langsung di lapangan secara terus menerus dan bantuan finansial, baik untuk mencukupi kebutuhan mereka, terutama di saat-saat paceklik, ataupun untuk mengikat hati mereka agar lebih mencintai Islam dan kaum muslimin, dan juga untuk membangun dan mengembangkan sarana-sarana belajar dan ibadah mereka.</div><div style="text-align: justify;">Oleh karena itu kami mohon do’a dan dukungan kaum muslimin agar para mu’allaf, mantan preman dan sufi yang telah bertaubat dan masuk Islam tetap istiqomah di atas Islam dan Sunnah sampai akhir hayat. Dan tidak kalah penting untuk mendo’akan para Asatidzah dan Ikhwan Salafiyin yang membina mereka senantiasa dalam lindungan Allah ta’ala dan tetap istiqomah membina mereka di atas Islam dan Sunnah.</div><div style="text-align: justify;">Adapun yang sangat diperlukan oleh para mu’allaf saat ini:</div><ol style="text-align: justify;"><li>Bantuan buku-buku agama. Mohon kepada Ikhwan untuk mengirimkan buku-buku agama ataupun majalah-majalah yang sesuai dengan manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah.</li>
<li>Pakaian muslim dan muslimah.</li>
<li>Pembangunan masjid atau musholla kecil (saat ini sangat mendesak dibutuhkan 5 masjid untuk beberapa desa, masjid ini sangat penting untuk sarana ibadah dan pembinaan para mu’allaf).</li>
<li>Pembangunan Pondok Pesantren atau Sekolah Islam (saat ini banyak sekali anak-anak kaum muslimin yang belajar di sekolah-sekolah Kristen).</li>
<li>Pembukaan lapangan kerja.</li>
<li>Bantuan dana.</li>
</ol><div style="text-align: justify;">Bagi kaum muslimin yang mau menyalurkan bantuannya dalam bentuk hadiah, sedekah maupun zakat bisa melalui rekening:</div><ol style="text-align: justify;"><li><b><span style="color: blue;">BRI: 3153-0100-2706-507 an. Ojan Paojan.</span></b></li>
<li><b><span style="color: blue;">BNI: 002654-2376 an. Agus Iskandar.</span></b></li>
</ol><div style="text-align: justify;">Setelah transfer mohon konfirmasi ke nomor <span style="color: red;"><b>0852-5684-2111</b></span>, dengan menyebutkan tanggal transfer, nama dan jumlahnya, dan jika diniatkan utk zakat mohon diberitahukan.</div><div style="text-align: justify;">Bagi yang mau mengirim buku-buku, pakaian maupun material untuk pembangunan masjid dapat dikirimkan ke: Pondok Pesantren Salafi AN-NUR AL-ATSARI, Dusun Kedung Kendal RT.13/04, Desa Sindangsari, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat Indonesia, HP. 0852 5684 2111.</div><div style="text-align: justify;">Bagi kaum muslimin yang ingin mendapatkan keterangan-keterangan lain tentang dakwah Ahlus Sunnah wal Jama’ah di daerah-daerah rawan pemurtadan, kesyirikan dan bid’ah dapat melihat pada link-link berikut:</div><div style="text-align: justify;"><a href="http://nasihatonline.wordpress.com/2011/10/27/download-kajian-dan-foto-foto-daerah-kristenisasi/">http://nasihatonline.wordpress.com/2011/10/27/download-kajian-dan-foto-foto-daerah-kristenisasi/</a></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://nasihatonline.wordpress.com/2011/11/18/dakwah-salafiyah-di-daerah-rawan-pemurtadan-dan-kesyirikan/">http://nasihatonline.wordpress.com/2011/11/18/dakwah-salafiyah-di-daerah-rawan-pemurtadan-dan-kesyirikan/</a></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://nasihatonline.wordpress.com/2011/11/23/download-rekaman-kaum-muslimin-yang-murtad-satu-persatu-kembali-memeluk-islam/">http://nasihatonline.wordpress.com/2011/11/23/download-rekaman-kaum-muslimin-yang-murtad-satu-persatu-kembali-memeluk-islam/</a></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://nasihatonline.wordpress.com/2011/11/29/download-nasihat-dan-dialog-masuk-islamnya-mantan-penginjil-dan-anaknya/">http://nasihatonline.wordpress.com/2011/11/29/download-nasihat-dan-dialog-masuk-islamnya-mantan-penginjil-dan-anaknya/</a></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://nasihatonline.wordpress.com/2012/03/31/peluang-usaha-dan-bisnis-halal-untuk-membantuk-dakwah/">http://nasihatonline.wordpress.com/2012/03/31/peluang-usaha-dan-bisnis-halal-untuk-membantuk-dakwah/</a></div><div align="right" style="line-height: 350%; text-align: right;"><span style="font-family: Traditional Arabic; font-size: 26px;">وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم</span><br />
<div style="text-align: left;"><span style="font-family: Traditional Arabic; font-size: 26px;"><span style="font-size: small;">sumber : http://www.salafy.or.id/2012/03/31/kristenisasi-nusakambangan/ </span></span></div></div></div><span class="fullpost"> </span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-513064875411040775.post-42554217399675188992012-03-31T10:32:00.000+08:002012-03-31T10:32:49.234+08:00TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN ANAK<h1 class="entry-title"></h1><div class="entry-meta"> <span class="meta-date"></span> </div><div class="entry entry-content"> <div style="text-align: justify;">Oleh : Ustadz Ayib</div><div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaawClVFGPdnjXFL8TlTaA1_VivUXQlynAJS-dApKggE4eU8J-Li_UcJ1_9GeyoECGQGUNgNOhdRqqTEJmzuAbQoYlOr4u2LLZPb7YA0OGbuSYsNOtxMQQeir4b4YwD_mJrJmwseTf06di/s1600/child-toy.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaawClVFGPdnjXFL8TlTaA1_VivUXQlynAJS-dApKggE4eU8J-Li_UcJ1_9GeyoECGQGUNgNOhdRqqTEJmzuAbQoYlOr4u2LLZPb7YA0OGbuSYsNOtxMQQeir4b4YwD_mJrJmwseTf06di/s200/child-toy.jpg" width="190" /></a>Pendidikan anak menurut Islam merupakan tanggung jawab orang tua. Ini sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:</div><div dir="rtl" style="direction: rtl; font-family: Traditional Arabic; font-size: 28px; line-height: 50px; text-align: justify;">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ {التحريم:٦}</div><div style="text-align: justify;">“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (Tahrim:6)</div><div style="text-align: justify;"></div><a name='more'></a><br />
Nabi Muhammad bersabda:<br />
<div dir="rtl" style="direction: rtl; font-family: Traditional Arabic; font-size: 28px; line-height: 50px; text-align: justify;">يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ كُلُّ مَوْلُوْدٍ</div><div style="text-align: justify;">“setiap anak dilahirkan dalam kedaan diatas fitrah (Islam). Maka, kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut menjadin Yahudi, Nasrani dan Majusi (HR. Al-Bukhari, no.1384 dan Muslim, no.2658. Hadits dari Abu Hurairah J”<br />
Karenanya, peranan orang tua sangat besar dalam member arah bagi pendidikan seorang anak.<br />
Para Nabi Alloh Ta’ala pun sangat memperhatikan terhadap pendidikan anak-anaknya . Mereka khawatir bila anak-anaknya terjatuh pada perilaku menyimpang. Seperti menyekutukan Alloh (berbuat syirik) perilaku tercela lainnya. Ini tergambar dalam firman Allah :</div><div dir="rtl" style="direction: rtl; font-family: Traditional Arabic; font-size: 28px; line-height: 50px; text-align: justify;"> أَمْ كُنتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِن بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَٰهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ{البقرة: ١٣٣ }</div><div style="text-align: justify;">“Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”. (Al-Baqarah:133)</div><div dir="rtl" style="direction: rtl; font-family: Traditional Arabic; font-size: 28px; line-height: 50px; text-align: justify;">وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ وَنَادَىٰ نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَا بُنَيَّ ارْكَب مَّعَنَا وَلَا تَكُن مَّعَ الْكَافِرِينَ{هود: ٤٢}</div><div style="text-align: justify;">“Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.” (Hud:42)</div><div dir="rtl" style="direction: rtl; font-family: Traditional Arabic; font-size: 28px; line-height: 50px; text-align: justify;">وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الْأَصْنَامَ{ إبراهيم:٣٥}</div><div style="text-align: justify;">“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala” (Ibrohim:35)<br />
Jadi, pendidikan anak merupakan tanggung jawab orang tua.</div><div dir="rtl" style="direction: rtl; font-family: Traditional Arabic; font-size: 28px; line-height: 50px; text-align: justify;">كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ</div><div style="text-align: justify;">“Setiap diri kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertannggung jawabannya tentang yang dipimpinnya. (mutafaqun ‘alaih Hadits dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhum).”<br />
Semoga tulisan singkat ini menyadarkan para orang tua terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya.<br />
Wallahu ‘a’lam.</div><div style="text-align: justify;">sumber : http://www.salafy.or.id/2012/03/21/tanggung-jawab-pendidikan-anak/ </div></div><span class="fullpost"> </span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-513064875411040775.post-8112755048614975572012-03-20T18:23:00.000+08:002012-03-20T18:23:16.414+08:00Prahara Alam Kubur<!--[if gte mso 9]><xml> <o:OfficeDocumentSettings> <o:AllowPNG/> </o:OfficeDocumentSettings> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>AR-SA</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:EnableOpenTypeKerning/> <w:DontFlipMirrorIndents/> <w:OverrideTableStyleHps/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"> Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">:</span></div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi22kzSyA7Q4y7x4ptcH7c2qUK6MYYRORWhZ0u_fYjhl2NsCHRc4tX5c7tTGbQT5hgh2yHLDuhNNVYHnGRQKkVIG4RtxL_UXDk7R3HzHw3XuXWIgjMhB9eUJTBihIHSGckfdk5XpxvDvT7I/s1600/darkness1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi22kzSyA7Q4y7x4ptcH7c2qUK6MYYRORWhZ0u_fYjhl2NsCHRc4tX5c7tTGbQT5hgh2yHLDuhNNVYHnGRQKkVIG4RtxL_UXDk7R3HzHw3XuXWIgjMhB9eUJTBihIHSGckfdk5XpxvDvT7I/s200/darkness1.jpg" width="148" /></a><span dir="LTR" lang="EN-US" style="color: blue; font-size: 14pt;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span><b style="color: blue;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14pt;">أَبَي سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ : إِذَا وُضِعَتِ الْجِنَازَةُ وَاحْتَمَلَهَا الرِّجَالُ عَلَى أَعْنَاقِهِمْ فَإِنْ كَانَتْ صَالِحَةً قَالَتْ قَدِّمُونِي وَإِنْ كَانَتْ غَيْرَ صَالِحَةٍ قَالَتْ يَا وَيْلَهَا أَيْنَ يَذْهَبُونَ بِهَا </span></b><b style="color: blue;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14.0pt; mso-fareast-language: IN;">يَسْمَعُ صَوْتَهَا كُلُّ شَيْءٍ إِلاَّ الإِنْسَانَ وَلَوْ سَمِعَهُ صَعِقَ.</span></b><b><span dir="LTR" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14.0pt; mso-fareast-language: IN;"></span></b></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">(artinya) : apabila jenazah telah diletakan, lalu dibawa oleh manusia diatas pundak-pundak mereka, maka apabila (jenazah itu) sholih dia berkata: bersegeralah kalian (mengantarkan aku), bersegeralah kalian (mengantarkan aku). Namun apabila (jenazah itu) tidak sholih, dia mengatakan: aduh celaka, kemana kalian akan pergi membawanya?. (hal ini) didengar oleh segala sesuatu kecuali manusia, kalau seandainya (manusia) mendengar, maka dia akan pingsan. (HR, Al Bukhori no. 1314 dari Abu Sa’id Al Khudri).</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"></div><a name='more'></a><br />
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Termasuk imam kepada hari akhir adalah beriman dengan seluruh apa yang akan terjadi setelah kematian. Dan diantaranya adalah apa yang terjadi di alam kubur. Seorang yang telah meninggalkan dunia ini, dia akan masuk ke alam kubur. Bagaimanapun kondisi dia saat meninggal, baik di kuburkan atau pun tidak, dia tetap masuk ke alam kubur. Dan disini seorang itu akan diuji lagi keimanannya. Apabila di dunia dia jujur dengan keimanannya, maka dia akan lulus ujian. Namun apabila tidak, maka dia tidak bisa lulus ujian. Dan ujian ini dikenal oleh para ulama sebagai fitnah kubur. Yang mana hal tersebut merupakan pertanyaan malaikat kepada mayyit tentang Robbnya, Nabinya, dan juga tentang agamanya. </div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam telah menjelaskan hal tersebut dalam hadits-hadits beliau yang mulia. Diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Al Barro’ Bin ‘Azib. Beliau menceritakan<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">:</span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="color: blue; direction: rtl; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14pt;">عن البراء بن عازب قال : خرجنا مع النبي صلى الله عليه و سلم في جنازة رجل من الأنصار فانتهينا إلى القبر ولما يلحد فجلس رسول الله صلى الله عليه و سلم وجلسنا حوله وكأن على رءوسنا الطير وفي يده عود ينكت في الأرض فرفع رأسه فقال استعيذوا بالله من عذاب القبر مرتين أو ثلاثا</span></b><b><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14pt;"></span></b></div><span style="color: blue;"> </span><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="color: blue; direction: rtl; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14pt;">ثم قال ان العبد المؤمن إذا كان في انقطاع من الدنيا وإقبال من الآخرة نزل إليه ملائكة من السماء بيض الوجوه كأن وجوههم الشمس معهم كفن من أكفان الجنة وحنوط من حنوط الجنة حتى يجلسوا منه مد البصر ثم يجئ ملك الموت عليه السلام حتى يجلس عند رأسه فيقول أيتها النفس الطيبة أخرجي إلى مغفرة من الله ورضوان</span></b><b><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14pt;"></span></b></div><span style="color: blue;"> </span><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="color: blue; direction: rtl; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14pt;">قال فتخرج تسيل كما تسيل القطرة من في السقاء فيأخذها فإذا أخذها لم يدعوها في يده طرفة عين حتى يأخذوها فيجعلوها في ذلك الكفن وفي ذلك الحنوط ويخرج منها كأطيب نفحة مسك وجدت على وجه الأرض</span></b><b><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14pt;"></span></b></div><span style="color: blue;"> </span><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="color: blue; direction: rtl; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14pt;">قال فيصعدون بها فلا يمرون يعنى بها على ملأ من الملائكة الا قالوا ما هذا الروح الطيب فيقولون فلان بن فلان بأحسن أسمائه التي كانوا يسمونه بها في الدنيا حتى ينتهوا بها إلى السماء الدنيا فيستفتحون له فيفتح لهم فيشيعه من كل سماء مقربوها إلى السماء التي تليها حتى ينتهى به إلى السماء السابعة فيقول الله عز و جل اكتبوا كتاب عبدي في عليين وأعيدوه إلى الأرض فإني منها خلقتهم وفيها أعيدهم ومنها أخرجهم تارة أخرى </span></b><b><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14pt;"></span></b></div><span style="color: blue;"> </span><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="color: blue; direction: rtl; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14pt;">قال فتعاد روحه في جسده فيأتيه ملكان فيجلسانه فيقولان له من ربك فيقول ربي الله فيقولان له ما دينك فيقول ديني الإسلام فيقولان له ما هذا الرجل الذي بعث فيكم فيقول هو رسول الله صلى الله عليه و سلم فيقولان له وما علمك فيقول قرأت كتاب الله فآمنت به وصدقت فينادى مناد في السماء ان صدق عبدي فافرشوه من الجنة وألبسوه من الجنة وافتحوا له بابا إلى الجنة </span></b><b><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14pt;"></span></b></div><span style="color: blue;"> </span><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="color: blue; direction: rtl; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14pt;">قال فيأتيه من روحها وطيبها ويفسح له في قبره مد بصره قال ويأتيه رجل حسن الوجه حسن الثياب طيب الريح فيقول أبشر بالذي يسرك هذا يومك الذي كنت توعد فيقول له من أنت فوجهك الوجه يجئ بالخير فيقول أنا عملك الصالح فيقول رب أقم الساعة حتى أرجع إلى أهلي وما لي </span></b><b><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14pt;"></span></b></div><span style="color: blue;"> </span><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="color: blue; direction: rtl; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14pt;">قال وان العبد الكافر إذا كان في انقطاع من الدنيا وإقبال من الآخرة نزل إليه من السماء ملائكة سود الوجوه معهم المسوح فيجلسون منه مد البصر ثم يجئ ملك الموت حتى يجلس عند رأسه فيقول أيتها النفس الخبيثة أخرجي إلى سخط من الله وغضب </span></b><b><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14pt;"></span></b></div><span style="color: blue;"> </span><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="color: blue; direction: rtl; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14pt;">قال فتفرق في جسده فينتزعها كما ينتزع السفود من الصوف المبلول فيأخذها فإذا أخذها لم يدعوها في يده طرفة عين حتى يجعلوها في تلك المسوح ويخرج منها كأنتن ريح جيفة وجدت على وجه الأرض فيصعدون بها فلا يمرون بها على ملأ من الملائكة الا قالوا ما هذا الروح الخبيث فيقولون فلان بن فلان بأقبح أسمائه التي كان يسمى بها في الدنيا حتى ينتهى به إلى السماء الدنيا فيستفتح له فلا يفتح له ثم قرأ رسول الله صلى الله عليه و سلم { لا تفتح لهم أبواب السماء ولا يدخلون الجنة حتى يلج الجمل في سم الخياط } فيقول الله عز و جل اكتبوا كتابه في سجين في الأرض السفلى فتطرح روحه طرحا </span></b><b><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14pt;"></span></b></div><span style="color: blue;"> </span><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="color: blue; direction: rtl; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14pt;">ثم قرأ { ومن يشرك بالله فكأنما خر من السماء فتخطفه الطير أو تهوي به الريح في مكان سحيق } فتعاد روحه في جسده ويأتيه ملكان فيجلسانه فيقولان له من ربك فيقول هاه هاه لا أدري فيقولان له ما دينك فيقول هاه هاه لا أدري فيقولان له ما هذا الرجل الذي بعث فيكم فيقول هاه هاه لا أدري فينادى مناد من السماء ان كذب فافرشوا له من النار وافتحوا له بابا إلى النار فيأتيه من حرها وسمومها ويضيق عليه قبره حتى تختلف فيه أضلاعه ويأتيه رجل قبيح الوجه </span></b><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14.0pt; mso-fareast-language: IN;">قبيح الثياب منتن الريح فيقول أبشر بالذي يسوءك هذا يومك الذي كنت توعد فيقول من أنت فوجهك الوجه يجئ بالشر فيقول أنا عملك الخبيث فيقول رب لا تقم الساعة </span></b></div><span style="color: blue;"> </span><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b style="color: blue;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14pt;">تعليق شعيب الأرنؤوط : إسناده صحيح رجاله رجال الصحيح</span></b><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">(artinya) : kami keluar bersama Nabi shollallahu 'alaihi wasallam mengantar jenazah seorang dari anshor. Maka kami pun sampai di pekuburan.(dan waktu itu) sedang dibuatkan liang lahat. Lalu Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam duduk, dan kami pun duduk di sekitarnya. (suasana tenang sekali) sehingga seakan-akan di atas kepala kami ada burung. Dan ditangan beliau ada kayu yang beliau pukul-pukulkan ke tanah. Lalu beliau mengangkat kepalanya seraya mengatakan : berlindunglah kalian kepada Allah dari adzab kubur (dua atau tiga kali. </div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Kemudian beliau bersabda : sesungguhnya seorang hamba yang beriman, apabila dia berada di akhir kehidupan dunianya, dan hendak menuju akhirat (yakni saat sakaratul maut), maka turunlah kepadanya malaikat dari langit. Yang mana wajah mereka putih seolah-olah wajah mereka adalah matahari. Dan mereka membawa kafan dari kafan-kafan surga dan kapur barus dari kapur barus surga. Dan mereka duduk sejauh mata memandang darinya.Kemudian datanglah malaikat maut kepadanya. Lalu dia duduk di sisi kepalanya. Maka dia pun mengatakan : wahai jiwa yang baik, keluarlah engkau menuju ampunan dari Allah dan juga keridhoan dariNya.</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Beliau shollallahu 'alaihi wasallam melanjutkan : maka mengalirlah (keluar) jiwanya seperti mengalirnya air dari tempat minum. Lalu malaikat maut pun mengambilnya. Tatkala dia mengambilnya, para malaikat yang sudah menantinya tidak membiarkan ada di tangannya sekejap matapun, sehingga mereka pun mengambilnya dan meletakannya di kafan dan kapur barus yang telah mereka siapkan. Dan keluarlah darinya bau harum seperti harumnya misik yang paling bagus yang ada di muka bumi. </div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Lalu beliau shollallahu 'alaihi wasallam teruskan : maka mereka pun membawanya naik (ke langit). Dan tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat, melainkan mereka (malaikat yang melihatnya) mengatakan: siapa ruh yang bagus ini? Mereka (yang membawanya) pun menjawab : fulan bin fulan yakni dengan namanya yang paling bagus yang dahulu dia dinamakan dengannya di dunia. Sehingga mereka pun sampai ke langit dunia. Lalu mereka pun minta agar dibukakan (pintu) untuknya. Maka dibukalah untuk mereka.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Maka mengikutinya pula dari setiap langit para malaikat yang dekat hingga sampai ke langit yang setelahnya. Hingga akhirnya sampai ke langit yang ke tujuh. Lalu Allah subhanahu wata'ala berfirman : tulislah kitab (catatan amalan) hambaKu di ‘illiyyin dan kembalikanlah dia ke bumi. Sesungguhnya darinyalah Aku menciptakan mereka, dan padanyalah Aku mengembalikan mereka, serta darinyalah Aku akan mengeluarkan mereka pada kali yang lain.</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Beliau shollallahu 'alaihi wasallam berkata : maka dikembalikanlah ruhnya<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pada jasadnya. Lalu datanglah kepadanya dua malaikat dan mendudukkannya. Mereka berdua pun mengatakan : siapa Robbmu? Dia menjawab : Robbku adalah Allah. Lalu mereka bertanya lagi : apa agamamu? Agamaku adalah islam, jawabnya. Mereka kembali bertanya : siapa orang ini yang diutus pada kalian? Dia mengatakan : dia adalah Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam. Dari mana kamu tahu? Tanya mereka. Dia pun menjelaskan: aku membaca kitabullah (Al Quran), lalu aku beriman dengannya dan aku membenarkannya. Setelah itu, menyerulah sebuah seruan di langit bahwasanya telah benar hambaKu, maka bentangkanlah untuknya (bentangan) dari surga, dan pakaikanlah (pakaian) dari surga, serta bukakanlah untuknya pintu menuju surga. </div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Bersabda beliau shollallahu 'alaihi wasallam : maka datanglah kepadanya baunya dan kebagusannya, dan diluaskan untuknya di kuburannya sejauh mata memandang. Lalu datanglah kepadanya seorang yang bagus wajahnya, bagus bajunya, serta wangi baunya. Lantas dia pun berkata: bergembiralah dengan hal yang akan menyenangkanmu, ini adalah hari yang kamu dijanjikan dengannya. Dia (ruh) bertanya: siapa kamu? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan kebaikan. Dia (orang yang datang kepadanya) menjawab: saya adalah amalanmu yang sholih. Lalu dia (ruh) itu pun mengatakan: wahai Robbku tegakkanlah hari kiamat, hingga aku bisa kembali kepada keluargaku dan hartaku.</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Lalu beliau shollallahu 'alaihi wasallam lanjutkan: dan seorang hamba yang kafir, apabila dia akan meninggalkan dunia dan menuju akhirat (mendekati ajalnya), maka turun kepadanya malaikat yang hitam wajahnya dan bersama mereka kain yang kasar. Lalu mereka duduk darinya sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut, hingga dia duduk di sisi kepalanya. Dia pun berkata: wahai jiwa yang buruk, keluarlah menuju kemurkaan dari Allah dan kemarahanNya. </div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Beliau shollallahu 'alaihi wasallam mengatakan: maka (ruhnya) tercerai berai di dalam jasadnya. Lalu dia (malaikat maut) menariknya dengan kuat sebagaimana ditariknya besi yang bercabang dari kain wol yang basah. Akhirnya dia pun mengambilnya. Dan tatkala dia (malaikat maut) telah mengambilnya, maka mereka (para malaikat yang hitam wajahnya) tidak membiarkan ruh itu ada ditangannya sekejap mata pun, sehingga mereka menjadikannya di kain yang kasar itu. Dan keluarlah bau busuk seperti bau yang paling busuk yang ada di muka bumi. Lalu mereka pun membawanya naik ke langit. Dan tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat, melainkan mereka bertanya : siapa ruh yang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>busuk ini? Maka mereka (malaikat yang membawanya) menjawab: ruhnya fulan bin fulan yakni dengan menyebutkan namanya yang paling jelek yang dahulu dia dinamakan dengannya di dunia. Akhirnya mereka pun sampai di langit dunia. Lalu mereka meminta untuk dibukakan baginya pintu, namun tidak dibukakan untuknya. </div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Kemudian Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam membaca firman Allah subhanahu wata'ala (yang artinya) : <span class="gen">Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. (Al A’rof : 40). Lalu Allah subhanahu wata'ala mengatakan: tulislah kitabnya (catatan amalannya) di sijjin di bumi yang paling bawah. Maka ruhnya pun dilempar dengan keras, kemudian beliau shollallahu 'alaihi wasallam membaca ayat (yang artinya) :<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka dia seperti jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. (Al Hajj: 31). </span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Maka kembalilah ruhnya kedalam jasadnya. Dan datanglah dua malaikat, lalu mendudukannya. Mereka berdua mengatakan padanya: siapa Robbmu? Dia menjawab: hah hah, aku tidak tahu. Mereka bertanya lagi : apa agamamu? Hah hah aku tidak tahu, jawabnya. Mereka kembali bertanya padanya : <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>siapa orang ini yang diutus kepada kalian? Maka dia pun mengatakan: hah hah, aku tidak tahu. Lalu menyerulah sebuah seruan dari langit : telah dusta dia, maka bentangkanlah baginya hamparan dari neraka, dan bukakanlah baginya pintu menuju neraka. Sehingga datanglah kepadanya panas darinya, dan </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>juga racunnya. Dan disempitkan baginya kuburannya sehingga saling berhimpitan tulang-tulangnya. </div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Lalu datang kepadanya seorang yang buruk wajahnya dan bajunya, serta busuk baunya. Dia mengatakan : bergembiralah dengan hal yang akan menyusahkanmu, ini adalah hari yang dulu engkau dijanjikan dengannya. Maka dia (ruh) bertanya: siapa kamu? Wajahmu seperti wajah orang yang datang dengan keburukan. Dia pun menjawab: aku adalah amalanmu yang buruk. Lalu dia (ruh) mengatakan : wahai Robbku, jangan engkau tegakkan hari kiamat. (HR. Ahmad no. 18557 dari Al Barro’ Bin ‘Azib)</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Dari hadits yang panjang ini kita bisa mengambil faidah, diantaranya adalah bahwa di alam kubur ada adzab dan juga ada nikmat. Adapun adzab kubur, maka ini diperuntukan bagi orang-orang kafir atau pun para pelaku maksiat dari kaum muslimin. Dan nikmat kubur, ini dirasakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah subhanahu wata'ala dan dia menjalankan konsekuensi dari keimanannya. </div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Dalam riwayat yang lain Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam juga menjelaskan tentang adanya adzab kubur. Seperti dalam hadits Ibnu Abbas beliau mengatakan : <span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"></span></div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b style="color: blue;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14.0pt; mso-fareast-language: IN;">مَرَّ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ الْبَوْلِ ، وَأَمَّا الآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا : يَا رَسُولَ اللهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا.</span></b><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Nabi shollallahu 'alaihi wasallam pernah melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda: sesungguhnya keduanya benar-benar sedang diadzab. Dan keduanya tidaklah diadzab karena sesuatu yang besar (menurut mereka). Adapun salah satunya, (dia diadzab) karena dahulu dia tidak menutup diri ketika buang air kecil. Dan yang satunya lagi, (dia diadzab) karena dia dahulu senang namimah (mengadu domba). Kemudian beliau shollallahu 'alaihi wasallam mengambil pelepah kurma yang basah. Lalu beliau membelahnya menjadi dua bagian. Beliau pun menancapkannya pada masing-masing kuburan. Para shahabat bertanya: wahai Rosulullah, untuk apa engkau melakukan hal ini? Beliau menjawab: mudah-mudahan (hal ini) bisa meringankan adzab keduanya selama (pelepah ini) belum kering. (HR. Al Bukhori no. 218 dari Ibnu Abbas).</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Adzab kubur atau pun nikmat kubur merupakan hal yang ghoib sehingga kita tidak bisa menyaksikan atau mendengarnya. Oleh karena itu, yang wajib bagi kita adalah mengimaninya, dan tidak perlu kita tanyakan bagaimananya atau shifatnya, karena hal itu tidak bisa dijangkau oleh akal manusia. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Adapun Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam, terkadang beliau diberi kemampuan oleh Allah subhanahu wata'ala untuk mendengarnya dan mengetahuinya. Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"></span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="color: blue; direction: rtl; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14.0pt; mso-fareast-language: IN;">عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لَوْلاَ أَنْ لاَ تَدَافَنُوا لَدَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُسْمِعَكُمْ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ».</span></b></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">(artinya) : kalau seandainya kalian tidak saling mengubur, aku akan berdoa agar Allah subhanahu wata'ala memperdengarkan kepada kalian adzab kubur.(HR. Muslim no. 7393 dari Anas).</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Namun demikian, tidak dipungkiri, disana ada sebagian orang yang mereka mengingkari adanya adzab kubur. mereka adalah orang yang selalu mengedepankan akal mereka dibandingkan dengan dalil-dalil dari Al Quran atau As Sunnah. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak bisa mengetahuinya (dengan akal mereka), dan mereka juga tidak melihat mayyit sedang diadzab atau sedang ditanya. </div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Maka kita katakan kepada mereka bahwa tidak tahunya kita atau tidak melihatnya kita terhadap sesuatu, tidak menunjukan bahwa sesuatu itu tidak ada. Betapa banyak hal-hal yang kita tidak bisa melihatnya namun hal tersebut ada. (Sebagai contoh malaikat, jin, dan yang lainnya). Dan diantaranya pula adalah adzab kubur atau nikmat kubur. Allah subhanahu wata'ala menjadikan perkara akhirat dan yang berhubungan dengannya, sebagai perkara yang ghoib dan menghalanginya untuk dijangkau oleh akal-akal manusia. Dan ini merupakan ujian tersendiri bagi seorang hamba sehingga dapat dibedakan antara orang-orang yang beriman dengan hal-hal yang ghoib dengan orang-orang yang tidak beriman.</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Oleh karena itu, Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam mengajarkan umatnya untuk berdoa kepada Allah subhanahu wata'ala meminta perlindungan dari adzab kubur. Beliau bersabda<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">:</span></div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b style="color: blue;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14.0pt; mso-fareast-language: IN;">عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ ».</span></b><span dir="LTR" style="font-size: 14.0pt;"></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">(artinya) : apabila seorang kalian duduk tasyahud (akhir) maka berlindunglah kepada Allah dari empat perkara. (hendaklah dia) mengucapkan : wahai Allah, aku berlindung kepadaMu dari adzab jahannam, dan dari adzab kubur, dan dari fitnah kehidupan dan kematian, dan juga dari buruknya fitnah dajjal. (HR. Al Bukhori no. 1352 dari Abu Hurairoh).</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Semoga Allah subhanahu wata'ala menjadikan kita termasuk hamba-hambaNya yang mendapatkan nikmat kubur, dan melindungi kita dari adzab kubur. Wallahu a'lam.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">penulis : Abu Ali Banyumas </div><span class="fullpost"> </span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-513064875411040775.post-81337274707649229572012-03-15T13:28:00.000+08:002012-03-15T13:28:28.231+08:00Saudaraku, Jauhilah Cara yang Haram dalam Mencari Rizki<div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3C9mdl4Lic1Jo368Czm-bSllZhpZIpf6v7C1G-cMG2hAcSkcqRtjdUcqIeeW5-nRPbgeDZQ2_yeU5jaEwMgU8S60l1sY2CIbR1n5oaqh92_jvxg4krtcyQ3SFeZayOI3fQmJy_eCSgoln/s1600/cara-mencari-rizki-di-jalan-Allah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3C9mdl4Lic1Jo368Czm-bSllZhpZIpf6v7C1G-cMG2hAcSkcqRtjdUcqIeeW5-nRPbgeDZQ2_yeU5jaEwMgU8S60l1sY2CIbR1n5oaqh92_jvxg4krtcyQ3SFeZayOI3fQmJy_eCSgoln/s200/cara-mencari-rizki-di-jalan-Allah.jpg" width="200" /></a>Saudaraku seiman -semoga rahmat Allah subhaanahu wa ta’alaa selalu mengiringi kita-, ketahuilah bahwa mencari rizki yang halal diperintahkan oleh Allah subhaanahu wa ta’alaa, sedangkan mencari rizki dengan cara yang haram dilarang oleh Allah subhaanahu wa ta’alaa. Semua itu tentunya demi kebaikan dan keberkahan hidup para hamba-Nya baik di dunia maupun di akhirat. Namun, ketidaksabaran seseorang atas tempaan dan ujian yang menimpanya seringkali menjerumuskannya ke dalam murka Allah subhaanahu wa ta’alaa. <span id="more-868"></span></div><div style="text-align: justify;"></div><a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;"><br />
Dalam hal mencari rizki misalnya; di kala seseorang sudah maksimal dalam mencari rizki dan hasilnya ternyata belum mencukupi, langkah-langkah setan lah yang akhirnya menjadi pilihan, bahkan sambil bergumam: “Mencari yang halal itu susah banget!” Atau “Mencari yang haram saja susah, apalagi yang halal!”<br />
Wallahul musta’an.<br />
Dengan rahmat-Nya yang luas, Allah subhaanahu wa ta’alaa mengingatkan mereka dalam firman-Nya (yang artinya):<br />
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan; karena setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian.” (Al-Baqarah: 168)<br />
Demikian pula Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana dalam sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam:<br />
أَيُّهَا النَّاسُ! إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا. وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ. فَقَالَ: {يَآ أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ}. فَقَالَ: {يَآ أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ}. ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ، أَشْعَثَ أَغْبَرَ، يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ: يَا رَبِّ! يَا رَبِّ! وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذلِكَ؟<br />
“Hai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu Maha Baik (Suci) tidaklah menerima kecuali sesuatu yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan orang-orang yang beriman dengan apa yang telah Allah subhaanahu wa ta’alaa perintahkan kepada para Rasul. Allah subhaanahu wa ta’alaa berfirman: ‘Hai para Rasul makanlah dari segala sesuatu yang baik dan beramal shalihlah, sesungguhnya Aku Maha Mengetahui segala apa yang kalian kerjakan.’ (Al-Mukminun: 51) Dia juga berfirman: ‘Hai orang-orang yang beriman makanlah dari segala sesuatu yang baik, yang telah kami rizkikan kepada kalian.’ (Al-Baqarah: 172) Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tentang seorang laki-laki yang sedang melakukan perjalanan jauh (safar), dalam kondisi rambutnya acak-acakan dan tubuhnya dipenuhi debu, lalu menengadahkan tangannya ke langit (seraya) berdoa: ‘Ya Rabbi! Yaa Rabbi!’ sementara makanannya dari hasil yang haram, minumannya dari hasil yang haram, pakaiannya pun dari hasil yang haram, dan (badannya) tumbuh berkembang dari hasil yang haram. Maka mana mungkin doanya akan dikabulkan oleh Allah subhaanahu wa ta’alaa?” (HR. Muslim no. 1015, dari sahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu)<br />
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullaah berkata: “Seorang laki-laki (yang disebutkan dalam hadits di atas, pen) mempunyai empat kriteria:<br />
Pertama, bahwa dia sedang melakukan perjalanan (safar) yang jauh, dan safar merupakan salah satu momen dikabulkannya sebuah doa.<br />
Kedua, rambutnya acak-acakan dan tubuhnya dipenuhi oleh debu…, ini juga merupakan salah satu sebab dikabulkannya sebuah doa.<br />
Ketiga, menengadahkan tangannya ke langit, dan ini pun merupakan salah satu sebab dikabulkannya sebuah doa.<br />
Keempat, dia berdoa dengan menyeru: ‘Ya Rabbi! Ya Rabbi!’ yang merupakan tawassul dengan kekuasaan (rububiyyah) Allah subhaanahu wa ta’alaa Ini pun salah satu sebab dikabulkannya sebuah doa. Namun ternyata doanya tak dikabulkan oleh Allah subhaanahu wa ta’alaa, karena makanannya dari hasil yang haram, pakaiannya dari hasil yang haram, dan (badannya) tumbuh berkembang dari hasil yang haram.” (Diringkas dari kitab Syarh al-Arba’in an-Nawawiyyah, karya asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin rahimahullaah)<br />
Subhanallah…<br />
Betapa besar pengaruh makanan, minuman, dan pakaian yang diperoleh dari cara haram bagi kehidupan seseorang. Doa dan permohonannya tak lagi didengar oleh Allah subhaanahu wa ta’alaa. Lalu, ke manakah dia akan mengadukan berbagai problematikanya?!<br />
Kepada siapakah dia akan meminta perlindungan dan pertolongan?! Betapa meruginya dia…<br />
Betapa sengsaranya dia, manakala Allah subhaanahu wa ta’alaa Rabb semesta alam ini telah berlepas diri darinya.<br />
Saudaraku seiman -semoga rahmat Allah subhaanahu wa ta’alaa selalu mengiringi kita-, ketahuilah bahwa standar haram dalam mencari rizki itu adalah manakala cara tersebut diharamkan oleh Allah subhaanahu wa ta’alaa dan Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Di antaranya adalah;<br />
- Mencari rizki dengan cara riba seperti; praktek renten yang pelakunya di tengah masyarakat di kenal dengan rentenir atau lintah darat, deposito bank, dan lain sebagainya:<br />
Allah subhaanahu wa ta’alaa berfirman (yang artinya):<br />
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri (ketika dibangkitkan dari kuburnya, pen.) melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, disebabkan mereka (berpendapat), sesungguhnya jual-beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Allah, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan), urusannya (terserah) Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni An-Nar; mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan shadaqah. Dan Allah tidak suka terhadap orang yang tetap di atas kekafiran dan selalu berbuat dosa. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shalih, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, merekalah orang-orang yang mendapat pahala di sisi Rabb mereka. Tiada kekhawatiran pada diri mereka dan tiada (pula) mereka bersedih hati. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kalian benar-benar orang yang beriman. Jika kalian masih keberatan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangi kalian. Dan jika kalian bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagi kalian pokok (modal) harta; kalian tidaklah menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (Al-Baqarah: 275-279)<br />
- Memakan harta orang lain dengan cara yang batil seperti; menipu, mencopet, mencuri, merampok, korupsi dan lain sebagainya.<br />
Allah subhaanahu wa ta’alaa berfirman (yang artinya):<br />
“Dan janganlah sebagian kalian memakan harta sebagian yang lain dengan jalan yang batil dan (janganlah) kalian membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kalian dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” (Al-Baqarah: 188)<br />
- Perjudian dengan segala modelnya.<br />
Allah subhaanahu wa ta’alaa berfirman (yang artinya):<br />
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkurban) untuk berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kalian mendapat keberuntungan. Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kalian lantaran (meminum) khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kalian dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kalian (dari perbuatan itu).” (Al-Ma`idah: 90-91)<br />
Saudaraku seiman -semoga rahmat Allah subhaanahu wa ta’alaa selalu mengiringi kita-, di tengah hiruk pikuknya kehidupan mencari rizki ini, ada satu prinsip yang harus kita yakini bahwa rizki itu datangnya dari Allah subhaanahu wa ta’alaa Dzat Yang Maha Pemberi Rizki (Ar-Razzaq) dan kepunyaan-Nya lah seluruh perbendaharaan langit dan bumi.<br />
Allah subhaanahu wa ta’alaa berfirman (yang artinya):<br />
“Kepunyaan-Nya lah perbendaharaan langit dan bumi; Dia melapangkan rizki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan(nya). Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Asy-Syura: 12)<br />
Dia lah Allah subhaanahu wa ta’alaa, yang keluasan kasih sayang-Nya membentangkan segala kemudahan bagi para hamba-Nya untuk mencari rizki dan karunia-Nya.<br />
Allah subhaanahu wa ta’alaa berfirman (yang artinya):<br />
“Dan Kami jadikan siang untuk mencari sumber penghidupan.” (An-Naba`: 11)<br />
“Apabila telah ditunaikan shalat (Jum’at), maka bertebaranlah kalian di muka bumi; dan carilah karunia (rizki) Allah, dan ingatlah selalu kepada Allah agar kalian beruntung.” (Al-Jumu’ah: 10)<br />
Dia-lah Allah subhaanahu wa ta’alaa, Dzat Yang Maha Menentukan rizki tersebut (dengan segala hikmah dan keilmuan-Nya) kepada segenap makhluk-Nya, sesuai dengan jatah dan porsinya masing-masing.<br />
Allah subhaanahu wa ta’alaa berfirman (yang artinya):<br />
“Dan Allah melebihkan sebagian kalian atas sebagian yang lain dalam hal rizki.” (An-Nahl: 71)<br />
Demikianlah keagungan dan kekuasaan Allah subhaanahu wa ta’alaa Ar-Razzaq. Maka dari itu, sudah seyogyanya bagi kita untuk bersabar dalam mencari rizki yang halal dan berupaya meninggalkan cara-cara yang haram di tengah krisis ekonomi dan keterpurukan moral dewasa ini. Sebagaimana pula kita harus bersyukur kepada Allah subhaanahu wa ta’alaa manakala usaha (yang halal) itu membuahkan hasil sesuai apa yang diharapkan. Karena semua itu tak lepas dari kebijaksanaan dan keadilan Allah subhaanahu wa ta’alaa Dzat Yang Maha Adil lagi Maha Bijaksana.<br />
Wallahu a’lamu bish shawab…</div>Penulis: Al-Ustadz Ruwaifi’ Lc, hafizhahullaahu ta’aalaa<br />
sumber: http://www.buletin-alilmu.com/saudaraku-jauhilah-cara-yang-haram-dalam-mencari-rizki <br />
<span class="fullpost"> </span>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-513064875411040775.post-24470901891888849322012-03-11T15:31:00.000+08:002012-03-11T15:31:42.966+08:00Mengingat hakekat kehidupan dunia<!--[if gte mso 9]><xml> <o:OfficeDocumentSettings> <o:AllowPNG/> </o:OfficeDocumentSettings> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>AR-SA</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:EnableOpenTypeKerning/> <w:DontFlipMirrorIndents/> <w:OverrideTableStyleHps/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-bidi-font-family:Arial;}
</style> <![endif]--><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBS161JvdI_PCufAzrSQ3fK9En8eRL-DokmS-V9CntQx-iUUJsKvuAXvZqvccDcrpJtJOOpWZxhvkAocTpJE-JVJXYHqp3QgMm4lb3GZpdfEj-24mW8A4mxKlGGW5fk5eRMF2NWAApmTvo/s1600/DuniaUnik.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBS161JvdI_PCufAzrSQ3fK9En8eRL-DokmS-V9CntQx-iUUJsKvuAXvZqvccDcrpJtJOOpWZxhvkAocTpJE-JVJXYHqp3QgMm4lb3GZpdfEj-24mW8A4mxKlGGW5fk5eRMF2NWAApmTvo/s200/DuniaUnik.jpg" width="200" /></a></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam telah menjelaskan dalam hadits-hadits beliau tentang dunia ini, diantaranya adalah sabda beliau: </div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14.0pt; mso-fareast-language: IN;">عن سهل بن سعد قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم لو كانت الدنيا تعدل عند الله جناح بعوضة ما سقى كافرا من شربة ماء</span></b><span dir="LTR" style="font-size: 14.0pt;"></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">(artinya) : kalau seandainya dunia ini bernilai seberat sayap nyamuk disisi Allah subhanahu wata'ala, niscaya orang kafir tidak akan diberi minum seteguk airpun. (HR. At tirmidzi no. 2320 dari sah bin sa’d)</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><a name='more'></a><br />
<div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14.0pt; mso-fareast-language: IN;">عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَرَّ بِالسُّوقِ دَاخِلاً مِنْ بَعْضِ الْعَالِيَةِ وَالنَّاسُ كَنَفَتَهُ فَمَرَّ بِجَدْىٍ أَسَكَّ مَيِّتٍ فَتَنَاوَلَهُ فَأَخَذَ بِأُذُنِهِ ثُمَّ قَالَ « أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ ». فَقَالُوا مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَىْءٍ وَمَا نَصْنَعُ بِهِ قَالَ « أَتُحِبُّونَ أَنَّهُ لَكُمْ ». قَالُوا وَاللَّهِ لَوْ كَانَ حَيًّا كَانَ عَيْبًا فِيهِ لأَنَّهُ أَسَكُّ فَكَيْفَ وَهُوَ مَيِّتٌ فَقَالَ « فَوَاللَّهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ ».</span></b><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Dalam riwayat yang lain, beliau shollallahu 'alaihi wasallam pernah melewati suatu pasar. Lalu beliau mendapati bangkai anak kambing. Lalu beliau mengatakan : siapa diantara kalian yang ingin memiliki anak kambing ini dengan membayar seharga satu dirham? Mereka menjawab: kami tidak ingin memilikinya dengan harga semurah apapun. Apa yang bisa kami perbuat dengan bangkai ini? Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam lalu berkata : apakah kalian suka jika bangkai anak kambing ini menjadi milik kalian? “Demi Allah, kalau seandainya anak kambing ini masih hidup, tetaplah dia cacat, apalagi dia telah menjadi bangkai, jawab mereka. Lalu beliau shollallahu 'alaihi wasallam bersabda : demi Allah, sungguh dunia ini lebih rendah dan hina bagi <span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Allah daripada hinanya bangkai ini bagi kalian. (HR. muslim no.7</span>607 dari jabir bin abdillah).</div><div class="MsoNoSpacing"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Waktu pun berjalan tiada henti. Umur seorang semakin bertambah. Kehidupan dunia yang sedang dia jalani, cepat atau lambat akan dia tinggalkan. Itulah sebenarnya hakekat kehidupan dunia. Dunia yang kita pijak ini, merupakan tempat tinggal sementara. </div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: right; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14.0pt; line-height: 115%;">عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ، قَالَ : أَخَذَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بِمَنْكِبِي فَقَالَ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ ، أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ ، وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ.</span></b><span dir="LTR" style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%;"></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam pernah memegang pundak abdullah bin umar, lalu beliau mengatakan (artinya) : jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau orang yang sedang lewat (di suatu tempat). Dan abdullah bin umar beliau mengatakan : apabila engkau berada di waktu sore, maka janganlah engkau menunggu waktu pagi. Dan jika engkau berada di waktu pagi maka jangan engkau menunggu waktu sore. Gunakanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, dan manfaatkanlah kehidupanmu sebelum datang kematianmu. (HR. Al Bukhori no. 6416 dari abdullah bin umar)</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Berkata ibnu hajar dalam fathul bari’ (11/234) : dan berkata An Nawawi makna hadits ini adalah jangan engaku condong kepada dunia, dan jangan engkau menjadikannya sebagai tanah air, dan jangan terbetik dalam jiwamu untuk kamu tinggal (selamanya) padanya. Dan janganlah engkau memiliki ketergantungan padanya, sebagaimana orang yang asing tidak memiliki ketergantungan kepada selain tanah airnya. </div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Dan berkata selainnya : (makna) orang yang melewati jalan adalah orang yang sedang melintas pada suatu jalan karena sedang mencari tanah airnya. Maka manusia di dunia ini seperti seorang budak yang diutus oleh tuannya untuk suatu keperluan ke selain negaranya. Maka hendaklah dia bersegera melakukan atau menyelesaikan keperluannya yang mana dia diperintah dengannya, kemudian dia kembali ke tanah airnya. Dan dia tidak memiliki ketergantungan dengan sesuatu selain yang dia diperintahkan dengannya. </div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Ada juga yang menjelaskan : yang dimaksud (dalam hadits) adalah hendaklah seorang mukmin mendudukkan dirinya di dunia ini seperti kedudukan seorang yang asing. Maka janganlah dia menggantungkan hatinya dengan sesuatu dari negaranya yang asing bahkan denganlah dia menggantungkan hatinya dengan tanah airnya yang dia akan kembali kepadanya. Dan dia menjadikan tinggalnya dia di dunia adalah dalam rangka untuk menyelesaikan kebutuhannya dan mempersiapkan untuk kembali ke tanah airnya. Dan inilah keadaannya orang yang asing atau seperti seorang musafir yang dia tidak tetap di suatu tempat tertentu, sehingga dia senantiasa berjalan menuju tempat tinggalnya (yang sebenarnya).</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Apabila seorang memahami makna hadits ini, maka tentunya dia tidak akan terlalu berambisi terhadap dunia. Dia akan memperbanyak amalan-amalan ibadah untuk dia persiapkan sebagai bekal menghadap Allah subhanahu wata'ala. Jika Nabi shollallahu 'alaihi wasallam menasehatkan kepada abdullah bin umar agar dia menjadi orang asing, atau orang yang sedang lewat dalam kehidupan dunia ini, maka tentunya selainnya lebih pantas untuk menerapkan nasehat ini. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Seorang yang menyadari bahwa dirinya asing, tentunya dia akan mempersiapkan bekal untuk menuju tempat tinggalnya yang sebenarnya. Adapun keberadaannya di dunia ini hanya sebatas untuk mencari bekal saja. Maka demikian pula manusia, mereka diciptakan oleh Allah subhanahu wata'ala di dunia ini adalah untuk beribadah kepadaNya. Allah subhanahu wata'ala berfirman:</div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14.0pt;">وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (56)</span></b><span dir="LTR" style="font-size: 14.0pt;"></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">(artinya) : dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepadaKu. (Adz dzariayt : 56)</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Ibadah yang seorang lakukan, pada hakekatnya merupakan bekal baginya tatkala dia telah meninggalkan dunia ini. Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi kita semua untuk memperbanyak ibadah kepada Allah subhanahu wata'ala. Adapun harta benda yang seorang miliki, itu akan dia tinggalkan. Tidak ada yang ikut bersamanya melainkan hanya amalannya. Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda:</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: right; text-autospace: none; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14.0pt; mso-fareast-language: IN;">عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِى بَكْرٍ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ ».</span></b></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">(artinya) : yang mengikuti mayit ada tiga, yang dua kembali dan yang satu tinggal bersamanya. Yang mengikutinya adalah keluarganya, hartanya, dan amalannya. Maka kembalilah keluarganya dan hartanya. Adapun amalannya tetap tinggal bersamanya. (HR. Al bukhori no. 6514 dan Muslim no. 7613 dari Anas bin Malik)</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Namun sungguh sangat disayangkan, banyak dari kaum muslimin yang mereka terlena dengan kehidupan dunia ini. Tidak sedikit dari mereka yang berlomba-lomba untuk mendapatkan dunia sebanyak-banyaknya. Mereka lalai dari beribadah kepada Allah subhanahu wata'ala. Sehingga kita dapati sebagai contoh, tatkala adzan telah dikumandangkan mereka masih sibuk bekerja. Mereka lebih memilih tempat kerja mereka daripada masjid-masjid Allah subhanahu wata'ala. Padahal dalam Al Quran Allah subhanahu wata'ala telah mengingatkan:</div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14.0pt;">بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (16) وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى (17)</span></b><span dir="LTR" style="font-size: 14.0pt;"></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">(artinya) : <span class="gen">Bahkan kalian lebih memilih kehidupan duniawi.</span> <span class="gen">Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (Al A’la : 16-17)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Dalam ayat yang lain Allah subhanahu wata'ala berfirman:</span></div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14.0pt; mso-fareast-language: IN;">اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ (20)</span></b><span dir="LTR" style="font-size: 14.0pt;"></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">(artinya) : Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (al hadid :20)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Berkata Asy syaikh As sa’di dalam tafsirnya : Allah subhanahu wata'ala dalam ayat ini mengkhabarkan tentang hakekat kehidupan dunia dan apa yang ada di atasnya. Dan Allah subhanahu wata'ala menjelaskan pula tentang puncak dari kehidupan dunia dan penduduknya, yaitu merupakan permainan dan suatu yang melalaikan. Yang mana badan itu bermain-main dengannya dan hatipun terlalaikan dengannya. Dan bukti dari hal ini adalah kenyataan yang ada dari ahlu (pecinta) dunia. Sesungguhnya engkau dapati mereka menghabiskan waktu mereka untuk hal-hal yang melalaikan hati mereka, melupakan dari dzikir kepada Allah subhanahu wata'ala, dan juga lalai dari mengingat apa yang akan mereka dapatkan (di hari kiamat) dari janji (surga) dan ancaman (neraka). Sehingga engkau dapati mereka menjadikan agama mereka sebagai permainan dan hal-hal yang melalaikan.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Hal ini berbeda keadaannya dengan orang yang sadar (akan hakekat dunia ini) dan orang yang beramal untuk akhirat. Maka sesungguhnya hati-hati mereka dimakmurkan (dipenuhi) dengan dzikir kepada Allah subhanahu wata'ala, mengenalNya, mencintaiNya. Dan mereka menyibukkan waktu-waktu mereka dengan amalan yang akan mendekatkan diri mereka kepada Allah subhanahu wata'ala, baik dengan melakukan amalan yang manfaatnya menyangkut diri sendiri ataupun amalan yang manfaatnya menyangkut orang lain. (taisir al karim ar rahman : 540)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Seorang yang telah merasakan nikmatnya kehidupan dunia, akan muncul pada dirinya keinginan untuk hidup lebih lama lagi di dunia ini. Dan begitu pula sebaliknya, seorang yang mengalami berbagai kesulitan hidup di dunia ini, dia berkeinginan untuk segera lepas dari dunia ini. Sehingga tak jarang kita dapati seorang itu mengakhiri hidupnya karena masalah yang dia hadapi. Oleh karena itu hendaklah seorang itu memahami hakekat kehidupan dunia ini, agar dia tidak salah melangkah.</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Dunia ini, memang merupakan tempat ujian. Dimana seorang diuji keimanannya kepada Allah subhanahu wata'ala. Sehingga tidak ada seorang pun yang lepas dari ujian tersebut. Orang yang kaya dan hidup nikmat, dia diuji dengan kekayaannya dan kenikmatannya. Apabila dia bersyukur dan mengakui kenikmatan itu dari Allah subhanahu wata'ala, niscaya Allah subhanahu wata'ala akan tambahkan kenikmatannya. Namun apabila dia kufur (mengingkari nikmat) maka sesungguhnya adzab Allah subhanahu wata'ala sangatlah pedih. </span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Dan betapa banyak, seorang yang diuji dengan kenikmatan lalu akhirnya dia mengkufuri nikmat tersebut, sehingga dia pun binasa. Sebagai contohnya adalah Qarun. Allah subhanahu wata'ala telah memberikan kenikmatan yang sangat banyak kepadanya. Akan tetapi dia mengkufuri nikmat tersebut, sehingga Allah subhanahu wata'ala pun membinasakannya. Hal ini sebagaimana Allah subhanahu wata'ala kisahkan dalam Al Quran:</span></div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14.0pt; mso-fareast-language: IN;">إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَى فَبَغَى عَلَيْهِمْ وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ (76) وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ (77) قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا وَلَا يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ (78) فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (79) وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ (80) فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ (81)</span></b><span class="gen"><span dir="LTR" style="font-size: 14.0pt;"></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">(artinya) : Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku." Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.</span> <span class="gen">Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar." Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar." Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). (Al qoshosh : 76-81)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Adapun orang yang miskin dan juga menderita, dia juga diuji dengan kemiskinannya dan penderitaannya. Apabila dia bersabar dan mengharapkan pahala dari Allah subhanahu wata'ala niscaya dia akan beruntung. Bahkan Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam sendiri, beliau diuji dengan kemiskinan oleh Allah subhanahu wata'ala. Dan demikian pula banyak dari kalangan shahabat yang mereka diuji dengan kemiskinan. Namun, mereka semua bersabar dalam menjalaninya. Mereka paham bahwa dunia ini bukanlah tempat mereka selamanya. Mereka akan kembali kepada Allah subhanahu wata'ala nantinya. Sehingga Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam pun tidak mengkhawatirkan kemiskinan menimpa para shahabatnya, bahkan yang beliau khawatirkan adalah dibentangkannya dunia ini sehingga nantinya mereka tersibukkan dengannya. Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda:</span></div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14.0pt; mso-fareast-language: IN;">فَوَاللَّهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنِّي أَخْشَى أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُم.</span></b><b><span dir="LTR" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14.0pt; mso-fareast-language: IN;"></span></b></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">(artinya) : demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan menimpa kalian. Akan tetapi aku khawatir jika dibentangkan dunia kepada kalian sebagaimana telah dibentangkan kepada orang-orang sebelum kalian. Sehingga kalian pun berlomba-lomba (untuk mendapatkannya) sebagaimana mereka dahulu berlomba-lomba. Lalu dunia itu pun membinasakan kalian sebagaimana dahulu telah membinasakan mereka. (HR. Al bukhori no.6425 dan Muslim no. 7614 dari ‘Amr bin ‘Auf)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Kalau saja seorang itu memahaminya, tentunya dia tidak akan mendahulukan kehidupan dunia dibandingkan dengan kehidupan akhirat. Dia akan giat melakukan amalan-amalan untuk <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dijadikan sebagai bekal di akhirat nanti. Oleh karena itu penting bagi kita untuk senantiasa memupuk keimanan kita agar tidak terlalaikan dengan kehidupan dunia. </div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam menasehatkan:</div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 14.0pt; mso-fareast-language: IN;">عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَليْهِ وسَلَّمَ : أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَادِمِ اللَّذَّاتِ ، يَعْنِي الْمَوْتَ.</span></b><span dir="LTR" style="font-size: 14.0pt;"></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">(artinya) : perbanyaklah oleh kalian mengingat penghancur segala kenikmatan, yakni al maut (kematian). (HR. Ibnu Majah no. 4258 dari Abu Hurairoh). Dan cukuplah apa yang disampaikan oleh Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam ini sebagai pendorong untuk seorang banyak-banyak beramal kebaikan. Wallahu a'lam. </div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal"> penulis : Abu Ali Banyumas</div><span class="fullpost"> </span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-513064875411040775.post-80025826649368470742012-03-09T09:50:00.002+08:002012-03-11T12:19:55.482+08:00Melindungi Diri Dari Virus Masyarakat<div align="center" class="MsoNoSpacing" style="text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipWtc0SDs14kj4mEtbZP13azgH9KXCJLz-nAwlU4C-LhpEAcpsMc669XLwAKGdaE-cULY1mQidq6T-EJ9q0Os3HPzQGzETthEGnS7z5EdQ73RK2iLhRXaZTVoxJ-0wLM1dPUB5OVPb_MdC/s1600/virus+komputer.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipWtc0SDs14kj4mEtbZP13azgH9KXCJLz-nAwlU4C-LhpEAcpsMc669XLwAKGdaE-cULY1mQidq6T-EJ9q0Os3HPzQGzETthEGnS7z5EdQ73RK2iLhRXaZTVoxJ-0wLM1dPUB5OVPb_MdC/s200/virus+komputer.jpg" width="199" /></a></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"> Allah subhanahu wata'ala telah berfirman dalam kitabNya:</div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="color: yellow; direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16pt;">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا </span></b><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16pt;">قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ</span></b></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">(artinya) : <span class="gen"><i>Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan</i>. (at tahrim : 6)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
<a name='more'></a><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Manusia adalah makhluk sosial, yang mana dia membutuhkan interaksi dengan yang lainnya. Di tengah kehidupan bermasyarakatnya, tentunya dia akan menjumpai berbagai macam tipe manusia. Ada yang baik sifatnya dan ada pula yang jelek. Jika dia mendapati teman yang baik, maka dia telah beruntung. Namun jika dia mendapatkan teman yang buruk, maka sungguh merupakan kerugian baginya. Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda:</span></div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b style="color: yellow;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16pt;">عَنْ أَبِى مُوسَى عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً ».</span></b><span dir="LTR" style="font-size: 16pt;"></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">(artinya) : <i>permisalan teman yang baik dan teman yang jelek seperti pembawa minyak wangi dan tukang las. Adapun pembawa minyak wangi, mungkin dia akan memberimu, dan mungkin kamu bisa membeli darinya, dan mungkin kamu akan mendapati darinya bau yang harum. Adapun tukang las, ada kalanya dia akan membakar bajumu, dan mungkin juga kamu akan mendapati darinya bau yang busuk.</i> (HR. Al bukhori no.5534 dan Muslim no. 6860 dari abu musa)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Teman yang baik tentunya akan membawa kepada kebaikan pula, sedangkan teman yang jelek akan membawa kepada kejelekan. Sehingga penting bagi kita untuk memilah milih dalam berteman. Tidak setiap orang yang temui kita jadikan dia sebagai teman. Dan sebaik-baik teman adalah yang bisa membawa kita untuk semakin mendekatkan diri kita kepada Allah subhanahu wata'ala. </span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Dalam kehidupan bersama masyarakat, peranan teman yang baik sangat dibutuhkan. Terlebih lagi di zaman sekarang ini, yang mana keburukan sudah tersebar diberbagai pelosok. Seorang yang memiliki teman yang baik, dia akan lebih terjaga dirinya dan juga keluarganya dari virus yang ada di masyarakat. </span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Virus masyarakat yang dimaksudkan disini adalah hal-hal yang bertentangan dengan syariat islam apapun bentuknya. Dan semakin hari, semakin bertambah pula virus yang ada di masyarakat. Mulai dari hal yang kecil saja seperti tata cara berpakaian,makan, dan yang lainnya, sudah terkena virus. Maka terlebih lagi hal-hal yang lebih besar dari pada itu. </span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Virus-virus yang ada dalam masyarakat sumbernya adalah dari iblis la’natullah ‘alaihi. Dimana dia telah bersumpah di hadapan Allah subhanahu wata'ala untuk menyesatkan anak keturunan Adam ‘alahis salam. Allah subhanahu wata'ala berfirman:</span></div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b style="color: yellow;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16pt;">قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (82) إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (83)</span></b><span class="gen"><span dir="LTR" style="font-size: 16pt;"></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">(artinya) : <i>Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya,</i></span><i> <span class="gen">kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka.</span></i><span class="gen"> (shod : 82-83)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Dan di dalam ayat yang lain Allah subhanahu wata'ala berfirman:</span></div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b style="color: yellow;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16pt;">قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ (16) ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ (17)</span></b><span class="gen"><span dir="LTR" style="font-size: 16pt;"></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">(artinya) : <i>Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya dengan kesesatan, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,</i></span><i> <span class="gen">kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).</span></i><span class="gen"> (Al A’rof : 16-17)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Shahabat yang mulia Ibnu Abbas, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan iblis akan mendatangi dari depan mereka yakni dengan menjadikan mereka ragu terhadap akhiratnya. Adapun yang dimaksud bahwa iblis akan mendatangi mereka dari belakang mereka yakni dengan menjadikan mereka senang terhadap dunia. Dan yang dimaksud dengan mendatangi mereka dari arah kanan mereka yakni dengan membuat syubhat terhadap agama mereka. Dan yang dimaksud dengan mendatangi mereka dari arah kiri yakni dengan membuat mereka senang terhadap kemaksiatan. </span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Maka dari sini kita mengetahui bahwa iblis la’natullah ‘alaihi benar-benar akan berusaha untuk menyesatkan manusia dari berbagai jalan. Sehingga kita dapati berbagai macam virus menyebar di masyarakat, baik itu kemaksiatan, kebid’ahan, kesyirikan serta kekufuran. Dan tidak sedikit pula orang yang sudah terjatuh kedalamnya. Bahkan ada diantara mereka yang keluar dari agama islam karena virus tersebut. Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:</span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="color: yellow; direction: rtl; line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16pt;">عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا ».</span></b></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">(artinya) : <i>bersegeralah kalian untuk beramal, sebelum datang fitnah-fitnah yang seperti potongan gelapnya malam. (karena dahsyatnya fitnah tersebut) sehingga di pagi hari seorang itu mukmin, dan di sore harinya sudah kafir. Dan (adapula) yang di sore hari dia mukmin, lalu di pagi harinya dia kafir. (hal ini disebabkan) karena dia menjual agamanya dengan segelintir dari dunia.</i> (HR. Muslim no. 328 dari abu hurairoh)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Kemudian, ada diantara mereka pula yang akalnya sudah dirusak oleh virus yang ditebarkan oleh iblis la’natullah ‘alahi dan bala tentaranya. Sehingga kita dapati mereka melakukan hal-hal yang aneh yang tidak masuk akal. Diantara contohnya adalah ada diantara mereka yang berdoa dan meminta sesuatu kepada kuburan, pohon, batu atau yang semisalnya. Padahal akal yang sehat tentunya mengetahui bahwa kuburan, batu, pohon atau yang semisalnya tidaklah mungkin bisa mengabulkan apa yang mereka minta. Allah subhanahu wata'ala berfirman:</span></div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b style="color: yellow;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16pt;">إِنْ تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ (14)</span></b><span class="gen"><span dir="LTR" style="font-size: 16pt;"></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">(artinya) : <i>Jika kamu (berdoa) menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat mengabulkan permintaanmu.</i> (Fathir :14)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Dan diantara virus yang sering menyebar dimasyarakat adalah adanya sebagian orang yang menyangka bahwa orang yang sudah bersyahadat la ilaha illallah wa anna muhammadan rosulullah, dia telah mendapat jaminan untuk masuk kedalam surga. Sehingga dia tidak lagi melakukan amalan-amalan ibadah, seperti sholat, puasa, dan yang lainnya. Bahkan ada sebagian mereka yang terang-terangan melakukan kemaksiatan dengan berbagai jenisnya. Ini jelas merupakan kekeliruan. La ilaha illallah memang merupakan kunci surga, akan tetapi bukankah setiap kunci ada geriginya? Maka konsekuensi dari la ilaha illallah adalah geriginya. Sehingga tidak cukup bagi seorang hanya mengucapkannya saja, tapi perlu baginya mengamalkan kandungannya. </span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Dan disana ada pula yang sebaliknya, mereka beranggapan bahwa pelaku dosa besar (yang dibawah syirik dan kufur) dia telah batal syahadatnya (kufur/keluar dari islam), sehingga berhak untuk diperangi. Sehingga tidak heran jika mereka melakukan berbagai upaya untuk memerangi orang muslim yang telah batal syahadatnya menurut mereka. Mereka melakukan aksi pengeboman di berbagai tempat, bahkan ada yang mengebom masjid. Tidak sedikit pula mereka yang merampas harta kaum muslimin dengan anggapan halal harta mereka untuk diambil. Sungguh telah rusak akal dan pikiran mereka disebabkan virus yang ditebarkan oleh iblis la’natullah ‘alaihi dan bala tentaranya. Kita berlindung kepada Allah subhanahu wata'ala dari hal yang demikian. </span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Yang benar dalam hal ini adalah bahwasanya pelaku dosa besar (yang dibawah syirik dan kufur) tidak dihukumi dengan kekufuran hanya karena semata-mata dia melakukan dosa besar. Allah subhanahu wata'ala berfirman:</span></div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b style="color: yellow;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16pt;">وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (9) إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (10)</span></b><span class="gen"><span dir="LTR" style="font-size: 16pt;"></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">(artinya) : <i>Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai mau kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah mau, damaikanlah antara keduanya dengan keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. </i>(al hujurot : 9-10) perhatikanlah, memerangi kaum mukminin termasuk dari dosa besar. Namun dalam ayat ini Allah subhanahu wata'ala tidak menghukuminya dengan kekufuran, bahkan masih menyebutnya sebagai saudara kaum mukminin. Ini menunjukan bahwa pelaku dosa besar tidak dihukumi dengan kekufuran dengan sebab dosa besar yang dilakukannya. </span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Adapun hukum diakhirat nanti, pelaku dosa besar berada dibawah kehendak Allah subhanahu wata'ala. Jika Allah subhanahu wata'ala menghendaki untuk mengampuninya, maka dia akan diampuni dan dimasukan kedalam surga. Dan jika Allah subhanahu wata'ala menghendaki untuk mengadzabnya, maka dia akan dimasukan kedalam neraka, baru kemudian nantinya dia dimasukan kedalam surga. </span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Di sisi lain, virus yang menyebar di tengah masyarakat justru berupa hal yang dianggap baik. Sebagai contohnya adalah berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan mahram. Bagi sebagian orang hal tersebut adalah suatu kebaikan, bahkan kalau tidak dilakukan justru merupakan hal yang tercela. Namun hal ini pada hakekatnya merupakan hal yang bertentangan dengan syariat islam. Dan Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam sama sekali tidak pernah berjabat tangan dengan lawan jenisnya yang bukan mahramnya. Aisyah pernah berkata:</span></div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b style="color: yellow;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16pt;">وَاللَّهِ مَا مَسَّتْ يَدُ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَدَ امْرَأَةٍ قَطُّ</span></b><span class="gen"><span dir="LTR" style="font-size: 16pt;"></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">(artinya) : demi Allah, <i>tidaklah pernah tangan Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam menyentuh tangan seorang wanita (yang bukan mahram)</i>(HR. Al Bukhori no. 5288 dan Muslim no.4941 dari Aisyah)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Contoh yang lainnya adalah mendengarkan musik. Sebagian orang menganggap bahwa mendengarkan musik hukumnya boleh-boleh saja. Sehingga ada diantara mereka yang memutar musik di rumah-rumah mereka, di jalan-jalan, di angkutan umum, bahkan di masjid-masjid. Dan juga ada sebagian mereka yang menjadikannya sebagai sarana dakwah, sehingga mereka sebut sebagai musik islami. Mereka menganggap memutar musik adalah merupakan suatu kebaikan. Oleh karena itu, tidak sedikit dari kaum muslimin yang mereka gemar mendengarkan musik. Inilah virus yang telah menyerang hati-hati kaum muslimin. Mereka lebih senang dengan musik daripada Al Quran. Hari-hari mereka diliputi dengan musik, baik ketika di rumah, di jalan, di kantor, dan yang lainnya. </span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Allah subhanahu wata'ala telah berfirman menjelaskan haramnya musik, sebagaimana dalam firmanNya:</span></div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b style="color: yellow;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16pt;">وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي </span></b><b style="color: yellow;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16pt;">لَهْوَ الْحَدِيث</span></b><b style="color: yellow;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16pt;">ِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ (6)</span></b><span class="gen"><span dir="LTR" style="font-size: 16pt;"></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">(artinya) : <i>Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna (musik) untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.</i> (luqman:6)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam juga bersabda:</span></div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b style="color: yellow;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16pt;">أَبُو عَامِرٍ ، أَوْ أَبُو مَالِكٍ - الأَشْعَرِيُّ وَاللَّهِ مَا كَذَبَنِي سَمِعَ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ</span></b><span class="gen"><span dir="LTR" style="font-size: 16pt;"></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">(artinya) : <i>akan ada diantara umatku suatu kaum yang mereka menghalalkan perzinaan, dan sutera, dan khomr, dan juga alat-alat musik.</i> (HR. Al Bukhori no. 5590 dari Abu ‘Amir atau Abu Malik Al Asy’ary)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Dan disana masih banyak lagi tentunya virus yang menyebar ditengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu hendaklah kita senantiasa waspada dan berhati-hati dari virus yang disebarkan oleh iblis la’natullah ‘alaihi dan bala tentaranya. Allah subhanahu wata'ala berfirman:</span></div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b style="color: yellow;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16pt;">وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ (112)</span></b><span class="gen"><span dir="LTR" style="font-size: 16pt;"></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">(artinya) : <i>Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Robbmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.</i> (Al An’am :112)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Semakin hari, semakin bertambah pula virus yang menyebar. Bukan hanya orang dewasa saja yang terkena bahkan anak-anak kecil juga terkena dampaknya. Disadari ataupun tidak, seorang terkadang terkena dari virus tersebut. Sehingga nampak darinya sesuatu yang menyelisihi syariat. Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi kita untuk selalu membentengi diri-diri kita dan juga keluarga kita dari virus masyarakat tersebut. Dan diantara jalannya adalah dengan kembali kepada bimbingan agama yang shohih, yang bersumber dari Al Quran dan As Sunnah dengan pemahaman salafus sholih. </span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Dan sebagai penutup, kita ingatkan dengan firman Allah subhanahu wata'ala:</span></div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b style="color: yellow;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16pt;">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (8)</span></b><b><span dir="LTR" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16pt;"></span></b></div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">(artinya) : <i>Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu</i>. (At Tahrim :8)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Maka hendaklah kita senantiasa mengoreksi diri-diri kita. Dan kita bertaubat kepada Allah subhanahu wata'ala dari kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan. Mudah-mudahan Allah subhanahu wata'ala menjadikan kita termasuk hamba-hambaNya yang diridhoiNya. Wallahu a’lam.</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div>penulis : Abu Ali Banyumas<br />
<span class="fullpost"> </span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-513064875411040775.post-84603678469147331172012-02-24T08:26:00.000+08:002012-02-24T08:26:57.835+08:00Adab Bertetangga<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmRrjxqZqwxBa1k0khbOF7Beb9D6cNJccPtmC_H-l0vy0pok4ArM0zxqNwWTfC3dix09lBvoyNnd7MT2Rw047ifngqqCYBtXb3rQA86lw-wNgFhDpMDtCkiauaoGzrSggm52kn0-_YULGM/s1600/brangkat.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="140" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmRrjxqZqwxBa1k0khbOF7Beb9D6cNJccPtmC_H-l0vy0pok4ArM0zxqNwWTfC3dix09lBvoyNnd7MT2Rw047ifngqqCYBtXb3rQA86lw-wNgFhDpMDtCkiauaoGzrSggm52kn0-_YULGM/s200/brangkat.JPG" width="200" /></a>Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk Jannah orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya.” (HR. Muslim no. 73)<span id="more-872"></span><br />
Derajat Hadits<br />
Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh al-Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya pada Kitabul Iman bab Penjelasan tentang dilarangnya mengganggu tetangga.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Kedudukan Tetangga<br />
Para pembaca yang semoga dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala, sesungguhnya jeleknya hubungan bertetangga merupakan salah satu tanda dekatnya hari kiamat sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, “Tidak akan tegak hari kiamat hingga tampak perzinaan, perbuatan-perbuatan keji, pemutusan silaturahmi, dan jeleknya hubungan bertetangga.”(HR. Ahmad, al-Hakim, dari sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu).<br />
Siapakah yang dimaksud dengan tetangga? Tetangga adalah orang yang terdekat dalam kehidupan, tidaklah seseorang keluar dari rumah melainkan dia melewati rumah tetangganya. Di saat dirinya membutuhkan bantuan baik moril maupun materiil, tetangga lah orang pertama yang dia ketuk pintunya. Bahkan di saat dia meninggal bukan kerabat jauh yang diharapkan mengurus dirinya, tetapi tetangga lah yang dengan tulus bersegera menyelenggarakan pengurusan jenazahnya.<br />
Sehingga dengan begitu mulia dan besar kedudukan tetangga, Allah subhanahu wa ta’ala memasukkannya di dalam 10 hak yang harus dipenuhi oleh seorang hamba sebagaimana firman-Nya subhanahu wa ta’ala (artinya): “Beribadahlah hanya kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (An-Nisa`: 36)<br />
Demikian pula hadits-hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang menghasung kita untuk senantiasa memperhatikan hak-hak tetangga, di antaranya sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:<br />
“Jibril senantiasa mewasiatkan kepadaku untuk berbuat baik kepada tetangga sampai aku beranggapan bahwa tetangga akan mewarisi.”(HR. al-Bukhari no. 6014, dari Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha)<br />
Bahkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengaitkan kesempurnaan keimanan seseorang kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan hari akhir dengan sikap memuliakan tetangga, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia memuliakan tetangganya.” (HR. al-Bukhari no. 6019, dari sahabat Abu Syuraih radhiyallahu ‘anhu)<br />
Batasan Tetangga<br />
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan, “Yang benar dalam permasalahan ini adalah bahwa tetangga itu semua yang teranggap sebagai tetangga secara adat kebiasaan di suatu tempat atau kondisi terkini, tidak dibatasi dengan jumlah atau batasan tertentu dalam syariat”(Fathu Dzil Jalali Wal Ikram syarh Bulughil Maram)<br />
Makna Hadits<br />
Para pembaca yang semoga dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala, hadits di atas berisi ancaman tidak akan masuk Jannah bagi seorang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguan-gangguannya. Mungkin ada yang bertanya, apa maksud dari “Tidak akan masuk Jannah…” pada hadits di atas? Al-Imam an-Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa maknanya ada dua:<br />
Yang pertama, bila meyakini halalnya perbuatan mengganggu tetangga dalam kondisi dia mengetahui larangannya, maka pelakunya tidak akan masuk Jannah selama-lamanya.<br />
Yang kedua, tidak akan masuk pada awal kali dibukanya pintu Jannah, bahkan diakhirkan, kemudian dibalas setimpal dengan perbuatannya atau bisa jadi Allah memberikan ampunan baginya sehingga termasuk yang memasuki Jannah secara langsung tanpa disiksa terlebih dahulu. (Syarh Shahih Muslim 2/17)<br />
Sehingga dipahami dari hadits ini bahwa perbuatan mengganggu tetangga masuk dalam kategori dosa besar yang pelakunya berada di bawah kehendak Allah subhanahu wa ta’ala. Kalau Allah subhanahu wa ta’ala berkehendak maka akan diadzab terlebih dahulu atau jika Allah subhanahu wa ta’ala berkehendak pula dia bisa diampuni, akan tetapi tidak mengeluarkan dia dari keislaman.<br />
Para pembaca yang semoga dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala. Islam sangat memperhatikan adab dan aturan hidup bertetangga. Tidak ada adab atau aturan hidup bertetangga yang lebih sempurna dari apa yang terdapat dalam agama Islam. Dengan mengikuti adab atau aturan bertetangga ala Islam pasti akan terwujud lingkungan yang tenang, tidak ada gangguan, sejahtera, dan penuh kebahagiaan.<br />
Di antara bentuk pengaturan Islam dalam kehidupan bertetangga adalah hak masing-masing tetangga sesuai dengan kedudukannya, sebagaimana berikut:<br />
1. Tetangga muslim dan sekaligus saudara kerabatnya, maka dia mendapatkan tiga hak, yaitu hak seorang muslim, hak saudara, dan hak tetangga.<br />
2. Tetangga muslim dan tidak mempunyai ikatan kekerabatan, maka dia mempunyai dua hak, yaitu hak muslim dan hak tetangga.<br />
3. Tetangga non muslim, maka dia hanya mendapatkan satu hak, yaitu hak tetangga.<br />
Mengenali Hak-hak Tetangga<br />
Di antara hak tetangga yang harus diperhatikan adalah:<br />
1. Tidak mengganggunya dengan lisan dan anggota badan. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah dia mengganggu tetangganya.”(HR. al-Bukhari dan Muslim, dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)<br />
Suatu hari disampaikan kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam seorang wanita yang dia sering berpuasa, bersedekah, banyak beribadah, shalat malam dan berbagai kebaikan yang lain, akan tetapi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Dia di neraka,” karena tetangganya tidak selamat dari gangguan lisannya. (HR. Ahmad dalam al-Musnad 2/440, al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 119)<br />
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin rahimahullah berkata, “Di dalam hadits ini terdapat dalil akan haramnya berbuat zalim kepada tetangga, baik dalam bentuk perkataan atau perbuatan. Di antara kezaliman dalam bentuk perkataan adalah memperdengarkan kepada tetangga suara yang mengganggu, seperti radio, televisi, atau suara lain yang mengganggu. Hal semacam ini sungguh tidak halal, meskipun yang diperdengarkan adalah bacaan Al-Qur`an, (selama itu) mengganggu tetangga berarti dia telah berbuat zalim. Maka tidak halal baginya untuk melakukannya. Adapun (kezaliman dalam bentuk) perbuatan, seperti membuang sampah di sekitar pintu tetangga, mempersempit pintu masuknya, atau perbuatan semisalnya yang merugikan tetangga. Termasuk dalam hal ini, jika seseorang memiliki pohon kurma atau pohon lain di sekitar tembok tetangga ketika dia menyirami, (airnya berlebih hingga) melampaui tetangganya. Ini pun sesungguhnya termasuk kezaliman yang tidak halal baginya.” (Syarh Riyadhis Shalihin, 2/178)<br />
2. Mudah dalam memberikan bantuan, menziarahinya, menjenguknya di kala sakit, dan berbagai bentuk kebaikan walaupun hanya sekedar menampakkan wajah yang berseri-seri kepadanya, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
“Janganlah engkau meremehkan sedikit pun dari kebaikan, walaupun sekedar menampakkan wajah yang berseri-seri ketika bertemu saudaramu.”(HR. Muslim no. 2626, dari sahabat Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu)<br />
3. Memberikan hadiah, karena hal ini dapat menumbuhkan kecintaan. Rasulullah n bersabda:<br />
“Saling menghadiahilah kalian niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 594, dihasankan oleh al-Imam al-Albani rahimahullah dalam Irwa`ul Ghalil no. 1601, dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)<br />
Dalam riwayat yang lain Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
“Wahai wanita-wanita muslimah, jangan sekali-kali seorang tetangga menganggap remeh untuk memberikan hadiah kepada tetangganya walaupun hanya sepotong kaki kambing.” (HR. al-Bukhari no. 2566 dan Muslim no. 2376, dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)<br />
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani rahimahullah menyatakan bahwa hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu di atas memberikan isyarat ditekankannya memberikan hadiah walaupun dengan sesuatu yang sedikit/kecil, dan ditekankannya menerima pemberian/hadiah walaupun sedikit/tidak berarti. (Fathul Bari 5/244, 245)<br />
Hadiah dapat memberikan pengaruh secara maknawi, bukan materi semata. Sungguh yang namanya hadiah walaupun kecil/sedikit akan dapat menumbuhkan cinta dan menghilangkan kedengkian.<br />
Penutup<br />
Para pembaca yang semoga dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala, menjalani kehidupan bertetangga dengan baik dan saling menunaikan hak masing-masing merupakan suatu kebahagiaan dan tanda kebaikan sebuah masyarakat. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada empat perkara yang termasuk dari kebahagiaan: istri yang shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang shalih dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan ada empat perkara yang termasuk dari kesengsaraan; tetangga yang jelek, istri yang jahat (tidak shalihah), tunggangan yang jelek, dan tempat tinggal yang sempit.” (HR. Ibnu Hibban, hadits ini dishahihkan asy-Syaikh Muqbil rahimahullah dalam kitab beliau ash-Shahihul Musnad Mimma Laysa fish- Shahihain 1/277)<br />
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:<br />
“Sebaik-baik sahabat di sisi Allah adalah mereka yang terbaik kepada sahabatnya, dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah yang terbaik kepada tetangganya.”(HR. at-Tirmidzi, Ahmad dan ad-Darimi, dari sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-’Ash radhiyallahu ‘anhuma)<br />
Demikianlah kajian tentang adab bertetangga, semoga bermanfaat bagi kita semua.<br />
Amin ya Rabbal ‘alamin.<br />
Penulis: Al-Ustadz Abu Ahmad Kediri hafizhahullah<br />
sumber: http://www.buletin-alilmu.com/adab-bertetangga <br />
<span class="fullpost"> </span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-513064875411040775.post-28941420306538057422012-02-19T20:31:00.000+08:002012-02-19T20:31:01.383+08:00Pentingnya Mempelajari Bahasa Arab<!--[if gte mso 9]><xml> <o:OfficeDocumentSettings> <o:AllowPNG/> </o:OfficeDocumentSettings> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>AR-SA</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:EnableOpenTypeKerning/> <w:DontFlipMirrorIndents/> <w:OverrideTableStyleHps/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-bidi-font-family:Arial;}
</style> <![endif]--> <div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZfyjHjSs3uwydVeG8ofro4tA_MERstBjeTszCczWLKKbzwwyN17l5u2T3M0o_YzsHRQ4dXMwt0Xv4vghAoRa6qf0de2GAENvcBTJ0dhB7xoEa9MIW0yievETGk34jzG3sijV83Hfyi5NL/s1600/lattar.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="153" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZfyjHjSs3uwydVeG8ofro4tA_MERstBjeTszCczWLKKbzwwyN17l5u2T3M0o_YzsHRQ4dXMwt0Xv4vghAoRa6qf0de2GAENvcBTJ0dhB7xoEa9MIW0yievETGk34jzG3sijV83Hfyi5NL/s200/lattar.jpg" width="200" /></a><span class="gen">Al Quran merupakan salah satu dari mu’jizat yang Allah subhanahu wata’ala turunkan kepada Rosulullah shollallahu ‘alahi wa sallam. Didalamnya terkandung berbagai macam hukum yang akan senantiasa berlaku hingga akhir zaman. Dan tidak ada padanya<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>hal-hal yang saling berbenturan antara yang satu dengan yang lainnya. Allah subhanahu wata’ala berfirman:</span></div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16.0pt;">أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا (82)</span></b><span class="gen"><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt;"></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">(artinya): Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat perselisihan yang banyak di dalamnya. (an nisa’ :82)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen"></span></div><a name='more'></a><br />
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Dan Allah subhanahu wata'ala menurunkan Al Quran dengan menggunakan bahasa arab yang paling fasih, sehingga tak ada seorang pun yang mampu untuk membuat yang semisalnya. Bahkan Allah subhanahu wata'ala telah menantang para cendekiawan arab dan juga orang-orang fasih diantara mereka untuk membuat yang semisalnya, sebagaimana Allah subhanahu wata'ala hikayatkan dalam Al Quran:</span></div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16.0pt;">أَمْ يَقُولُونَ تَقَوَّلَهُ بَلْ لَا يُؤْمِنُونَ (33) فَلْيَأْتُوا بِحَدِيثٍ مِثْلِهِ إِنْ كَانُوا صَادِقِينَ (34)</span></b><span class="gen"><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt;"></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">(artinya) : Ataukah mereka mengatakan: "Dia (Muhammad) membuat-buatnya." Sebenarnya mereka tidak beriman. Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu jika mereka orang-orang yang benar. (Ath thur:33-34)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Dan Allah subhanahu wata'ala juga menantang mereka untuk membuat sepuluh surat saja jika mereka mampu, Allah subhanahu wata'ala berfirman:</div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16.0pt;">أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (13) فَإِلَّمْ يَسْتَجِيبُوا لَكُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّمَا أُنْزِلَ بِعِلْمِ اللَّهِ وَأَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (14)</span></b><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt;"></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">(artinya) : <span class="gen">Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar.</span> <span class="gen">Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka ketahuilah, sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada sesembahan yang haq selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)? (hud :13-14)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Bahkan Allah subhanahu wata'ala menantang untuk membuat satu surat yang semisalnya, seperti dalam firmanNya :</div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16.0pt;">وَمَا كَانَ هَذَا الْقُرْآنُ أَنْ يُفْتَرَى مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (37) أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (38)</span></b><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt;"></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">(yang artinya) : <span class="gen">Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Robb semesta alam. Atau (patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat yang semisalnya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar." (yunus :37-38)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Maka dari ayat-ayat ini kita mengetahui bahwa Al Quran itu diturunkan dari sisi Allah subhanahu wata'ala dan bukanlah bikinan manusia. Bahkan orang arab yang paling fasih dan paling mengerti bahasa arab saja tidak mampu untuk membuatnya, maka terlebih lagi selain mereka. </span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Lalu kenapa Allah subhanahu wata'ala menurunkan Al Quran dengan bahasa arab? Jawabannya adalah seperti dalam firman Allah subhanahu wata'ala:</div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16.0pt;">إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (3)</span></b><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt;"></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">(artinya) : <span class="gen">Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya). (Az Zuhruf :3)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Dan Allah subhanahu wata'ala juga mengutus Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam dikalangan bangsa arab, sehingga bahasa yang beliau gunakan adalah bahasa arab. Oleh karena itu, hadits-hadits yang datang dari beliau, semuanya menggunakan bahasa arab. </span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Itulah bahasa arab, bahasa yang digunakan oleh Al Quran dan juga As Sunnah. Sebuah bahasa yang agung yang sepantasnya untuk dipelajari oleh setiap muslim. Namun sangat disayangkan, banyak dari kaum muslimin yang mereka justru lebih condong untuk mempelajari bahasa-bahasa yang lainnya. Mereka lebih senang belajar bahasa inggris atau yang lainnya daripada belajar bahasa arab. Bahkan ada sebagian mereka yang sama sekali tidak bisa membaca tulisan arab, lalu bagaimana dia mau membaca dan mempelajari Al Quran? Padahal bahasa arab merupakan bahasa Al Quran dan juga bahasa As Sunnah. Dan dengan mempelajari bahasa arab tentunya seorang itu lebih mudah untuk memahami kandungan dari Al Quran dan As Sunnah.</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Para ulama semenjak dahulu kala, mereka telah sibuk untuk memperhatikan bahasa arab. Tatkala bahasa arab mulai tercemari kemurniannya dengan bahasa-bahasa asing, maka mereka pun membuat kaidah-kaidah bahasa untuk menjaga kemurniannya. Sehingga muncullah berbagai macam kitab yang menjelaskan hal tersebut. Ada diantara mereka yang membuatnya secara ringkas, ada yang sedang, dan ada juga yang membuatnya secara panjang lebar dan terperinci. Mereka melakukan hal ini agar kaum muslimin mudah dalam mempelajari bahasa arab yang murni, yang sesuai dengan bahasa Al Quran dan As Sunnah. Maka dari sini kita mengetahui bahwa betapa besar jasa para ulama, yang mana mereka telah berjuang untuk menjaga kemurnian bahasa arab ini. Oleh karena itu sudah sepantasnya bagi kita untuk memulyakan dan menghormati para ulama. </span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam kitab beliu Iqtdho Shirotuil Mustaqim (1/464): dan berkata Asy Syafi’i, sebagaimana diriwayatkan oleh As Salafy dengan sanad yang ma’ruf (dikenal) sampai kepada Muhammad Bin Abdillah Bin Abdil Hakam beliau berkata : aku mendengar Muhammad Bin Idris Asy Syafi’i mengatakan : ..... lisan (bahasa) yang dipilih oleh Allah subhanahu wata'ala adalah lisan arab, maka Allah subhanahu wata'ala turunkan kitabNya dengannya. Dan Allah subhanahu wata'ala juga menjadikannya sebagai lisannya penutup para nabi yaitu muhammad Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam. Oleh karena itu kita menyatakan : <b>sepantasnya bagi setiap orang yang mampu untuk mempelajari bahasa arab, hendaklah dia mempelajarinya, karena itu merupakan bahasa yang paling utama.</b> </span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Syaikhul islam juga menyebutkan : sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala tatkala menurunkan kitabNya dengan menggunakan bahasa arab, dan juga menjadikan RosulNya yang menyampaikan risalah Al kitab dan Al hikmah dariNya dengan bahasa arab, dan menjadikan pula orang-orang yang terdahulu masuk kedalam agama ini<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>berbica dengannya, maka tidak ada jalan untuk mempelajari dan mengenal agama ini kecuali dengan mempelajari bahasa. Sehingga mempelajari bahasa arab menjadi bagian dari agama. Dan jadilah berbicara dengannya sebagai jalan yang mudah bagi pemeluk agama ini untuk lebih mengenal agama Allah subhanahu wata'ala. Dan juga merupakan jalan yang lebih dekat untuk menegakkan syiar-syiar agama, dan lebih dekat pula untuk menyerupai mereka orang-orang yang terdahulu masuk kedalam islam dari kalangan muhajirin dan anshor pada seluruh perkara mereka. (Iqtdho Shirotuil Mustaqim (1/402)</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><span class="gen">Mempelajari bahasa arab tentunya sesuai dengan kadar yang dibutuhkan. Tidak boleh terlalu berlebihan sehingga dia tidak mempelajari ilmu-ilmu lain yang lebih penting, seperti ilmu aqidah. Dan juga tidak boleh terlalu meremehkan sehingga dia sama sekali tidak bisa mengetahuinya. Namun yang diinginkan dari mempelajari bahasa arab adalah untuk digunakan sebagai sarana memahami dan mempelajari Al Quran dan As Sunnah, yang sesuai dengan pemahaman salafush sholih. </span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Secara garis besar, manusia itu terbagi menjadi tiga kelompok dalam mempelajari bahasa arab. Ada diantara mereka yang terlalu berlebihan dalam mempelajarinya, ada yang terlalu meremehkan dan ada pula yang pertengahan. </div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Adapun yang terlalu berlebihan, mereka adalah orang-orang yang menjadikannya sebagai ilmu ghoyah (puncaknya ilmu), dan bukan sebagai ilmu wasilah (perantara untuk mempelajari ilmu yang lainnya). Hal ini sebagaimana dilakukan oleh orang-orang syiah, shufi, dan yang semisal dengan mereka. Siang dan malam mereka sibuk mempelajari ilmu bahasa arab. Mereka tidak lagi memperhatikan ilmu-ilmu aqidah yang merupakan ilmu yang utama. Sehingga engkau dapati mereka adalah muharrifin (orang-orang yang menyimpangkan makna-makna yang benar dari Al Quran dan As Sunnah), mu’aththilin (orang-orang yang menolak sifat-sifat Allah subhanahu wata'ala) dan juga hululiyyin (orang-orang yang mereka meyakini bahwa Allah subhanahu wata'ala merasuk kedalam hamba-hambaNya). Mereka sungguh telah jauh dari jalannya salaf (pendahulu) kita yang sholih. </div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16.0pt;">عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ ». قَالَهَا ثَلاَثًا</span></b><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><b><span dir="LTR" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16.0pt;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> </span></b><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16.0pt;"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(رواه مسلم)</span></b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 16.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda (yang artinya) : telah binasa orang-orang yang berlebih-lebihan. (beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali) (HR. Muslim dari ibnu mas’ud no. 6955). <span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Arial","sans-serif"; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16.0pt;">عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم </span></b><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16.0pt;">إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ <span style="color: black;">فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالْغُلُوِّ فِي الدِّينِ</span></span></b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 16.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Dan beliau Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam juga pernah menuturkan (yang artinya) : wahai sekalian manusia, hati-hatilah kalian dari sikap berlebih-lebihan dalam agama, karena sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah karena sikap berlebih-lebihan dalam beragama. (HR. Ibnu Majah <span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">dan selainnya </span>dari Ibnu Abbas no. 3029)</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Dan jika mereka mempelajari fiqh, maka pelajaran mereka terbatasi dalam masalah satu madzhab saja. Mereka membaca matan-matan (tulisan-tulisan) yang kosong dari dalil, dan mereka menerimanya sekalipun bertentangan dengan dalil. Mereka menganggapnya sebagai ayat Al Quran atau hadits Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam yang shohih. Inilah keadaan mereka, orang-orang yang terbelenggu dengan taklid (sikap mengikut tanpa memperhatikan dalil-dali yang ada). Kita memohon kepada Allah subhanahu wata'ala agar memberikan hidayah kepada mereka, dan semoga mereka dikembalikan lagi kejalan kebenaran dengan cara yang baik. </div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Kemudian kelompok kedua, yakni mereka yang terlalu meremehkan dalam mempelajari bahasa arab. Mereka adalah orang-orang yang tidak peduli dengan bahasa arab. Mereka lebih cenderung untuk mempelajari bahasa-bahasa yang selainnya. Tidak sedikit dari mereka yang mendatangkan guru privat untuk belajar bahasa inggris atau yang lainnya. Bahkan ada sebagian mereka yang menganggap bahwa mempelajari bahasa arab merupakan kemunduran. Sehingga ada sebagian mereka yang melarang anak-anaknya untuk belajar bahasa arab. Mereka lebih bangga menggunakan bahasa inggris atau yang lainnya daripada bahasa arab. Oleh karena itu bahasa arab ini pun terasa sangat asing ditelinga-telinga mereka. Orang-orang yang semacam ini tentunya dia akan jauh dari Al Quran dan juga As Sunnah. Makanya kita dapati kebanyakan mereka tidak mau atau jarang sekali membaca Al Quran. Mereka lebih senang membaca koran atau majalah-majalah. Padahal Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam telah bersabda menjelaskan keutamaan membaca Al Quran<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">:</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 16.0pt;">عبد الله بن مسعود يقول : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم من قرأ حرفا من كتاب الله فله به حسنة والحسنة بعشر أمثالها لا أقول آلم حرف ولكن ألف حرف ولام حرف وميم حرف</span></b><span dir="LTR" lang="EN-US" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">(artinya) : barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka dia mendapatkan satu kebaikan, dan satu kebaikan akan dilipat gandakan menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan ali lam miim itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan miim satu huruf. (HR. At Tirmidzi dari ibnu mas’ud no.2910)</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Adapun kelompok ketiga, mereka adalah yang pertengahan dalam mempelajarinya. Mereka menjadikan bahasa arab sebagai ilmu wasilah (perantara untuk mempelajari ilmu yang lainnya) dan bukan sebagai ilmu ghoyah (puncaknya ilmu). Maka mereka mempelajarinya sebatas untuk bisa membantu mereka dalam memahami Al Quran dan As Sunnah. Mereka tidak terlalu berlebihan sehingga melupakan ilmu-ilmu lainnya yang lebih utama, dan tidak pula terlalu meremehkan sehingga menelantarkannya. Sehingga mereka pertengahan diantara dua kelompok tersebut. Dan mereka adalah ahlus sunnah wal jama’ah. Mereka senantiasa mengambil sikap pertengahan diantara seluruh kelompok yang ada dalam berbagai perkara.</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Namun dari sini, tidaklah dipahami bahwa ahlus sunnah mereka mengingkari perbuatan para penuntut ilmu yang sampai mendalam ketika mempelajari bahasa arab, sehingga mereka menjadi imam dalam hal tersebut. Apabila mereka mempelajarinya sampai mendalam namun mereka tidak melalaikan ilmu-ilmu lainnya yang lebih utama, maka perbuatan mereka tidaklah tercela. Namun yang diingkari oleh ahlus sunnah adalah perbuatan orang-orang yang mana mereka berlebihan dalam mempelajarinya, sebagaimana telah disebutkan pada kelompok pertama, sehingga mereka hanya sibuk mempelajari ilmu bahasa arab saja sampai mereka tidak mengetahui tentang agama mereka sedikit pun. Lihatlah sebagai contoh syaikul islam ibnu taimiyyah dan muridnya ibnul qoyyim. Mereka berdua adalah imam dalam ilmu bahasa arab. Akan tetapi apakah mereka hanya mencukupkan dengan ilmu itu saja? Sama sekali tidak, bahkan mereka berdua mengambil dari setiap cabang ilmu bagian yang besar, terlebih lagi dalam masalah aqidah. </div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">Maka kesimpulannya, mempelajari bahasa arab merupakan hal yang disyariatkan, karena itu merupakan sarana untuk mempelajari Al Quran dan As Sunnah. Dan minimalnya adalah agar seorang itu bisa membaca dan menulis Al Quran dan As Sunnah. Namun dalam mempelajarinya, tentunya harus dengan bimbingan syariat pula sehingga dia berada dijalan yang benar. Semoga Allah subhanahu wata'ala memudahkan bagi kita semua untuk mempelajarinya. <i>Wallahu a’lam.</i><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></div><div class="MsoNoSpacing"><br />
</div><div class="MsoNormal">penulis : Abu Ali Banyumas</div><span class="fullpost"> </span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-513064875411040775.post-64471447880823926242012-02-12T22:21:00.002+08:002012-02-12T22:25:25.238+08:00Merenungi Surat Al-`Ashr<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgg_213A3Kp5SVDCqGNDGq5TlfInWZ_l46zOQ9kRZgd_AcHPdnIYgniSFAF41HSmuTgUb2nmpPsDVub0mlqeWqnsdIvrXF70K5o7-eh4mblLlFRtZQaWSqDE6TMsff6tQi6CgVUFmh9rBO0/s1600/quran-lampu--jam.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="230" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgg_213A3Kp5SVDCqGNDGq5TlfInWZ_l46zOQ9kRZgd_AcHPdnIYgniSFAF41HSmuTgUb2nmpPsDVub0mlqeWqnsdIvrXF70K5o7-eh4mblLlFRtZQaWSqDE6TMsff6tQi6CgVUFmh9rBO0/s320/quran-lampu--jam.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"></div><i><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"></span></i><br />
<div class="img_caption left" style="float: left; width: 132px;"><i></i></div><div style="text-align: center;"><i>“Demi masa.Sesungguhnya manusia itu benar - benar dalam kerugian.Kecuali orang - orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, serta nasehat menasehati dalam kebenaran dan nasihat menasehati dalam kesabaran.” </i><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">(Qs. Al -`Ashr 1- 3 )</span></b></div><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> </span></b><br />
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><b> </b>Surat Al -`Ashr ini adalah surat pendek yang terdiri dari tiga ayat, akan tetapi merupakan surat yang agung disebabkan kandungan makna yang sangat mendalam di dalamnya.</span><br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Oleh karena itu Imam Asy Syafi`i Rahimahullahu Ta`aala pernah mengatakan berkaitan dengan surat ini ; “ <i>Kalau seandainya manusia mentadaburi surat ini niscaya surat ini cukup bagi mereka.“</i> Maksud ucapan beliau adalah bahwa surat Al -`Ashr ini, cukup untuk mendorong manusia agar berpegang teguh kepada agama Allah . Bukan berarti mencukupi bagi mereka terhadap seluruh syariat-Nya akan tetapi dengan surat ini akan cukup menjadikan orang yang berakal ketika mendengar atau membacanya, akan berusaha untuk menyelamatkan dirinya dari golongan yang merugi dengan cara menghiasai dirinya dengan sifat-sifatnya seperti yang tersebut didalamnya. </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Lebih daripada itu, s</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">urat ini </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">juga </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">merangkum sebab-sebab kebahagia</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">a</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">n secara menyeluruh dan </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">mengandung</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> pula peringatan dari Allah Ta`aala.</span><b> </b><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> </span></b></b></div><b></b><br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Peringatan Allah </span></b><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">D</span></b><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">alam </span></b><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">S</span></b><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">urat Al -`Ashr</span></b></b></div><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Dalam surat ini, Allah Ta`aala bersumpah dengan masa.Masa yang merupakan tempat suatu kejadian,baik berupa kebaikan ataukah keburukan. Demikianlah Allah bersumpah dengan makhluknya sesuai dengan yang Allah inginkan, sedangkan makhluk tidak diperkenankan bersumpah kepada selain nama Allah, karena bersumpah kepada selain Allah adalah kesyirikan. Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wa Sallam bersabda ; </span></div><div class="MsoNormal" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 2.15pt; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 13pt; line-height: 115%;">مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ الله فَقَدْ أَشْرَكَ </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">“ <i>Barangsiapa bersumpah dengan selain Allah, maka sungguh ia telah berbuat kesyirikan.”</i> ( HR. Abu Dawud dan Tirmidzi dishahihkan Al Albani Rahimahullah) </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Tidaklah Allah bersumpah dengan menyebut makhluknya melainkan di dalamnya ada hikmah dan pelajaran .Diantara hikmahnya - Wallahu a`lam – ialah bahwa surat ini menunjukkan pentingnya waktu. </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">S</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">eorang hamba akan dihisab terhadap waktunya yang ia habiskan dalam kehidupan dunia ini,sejak dirinya mencapai usia baligh hingga kematian menjemputnya</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">.</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Rasullullah Shallallahu `Alaihi Wa Sallam bersabda ;</span></div><div class="MsoNormal" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 2.15pt; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 13pt; line-height: 115%;">لا تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ حَتّى يُسْأَلُ عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَ عَنْ عِلْمِهِ فِيْمَا فَعَلَ وَ عَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَ فِيْمَا أَنْفَقَهُ وَ عَنْ جِسْمِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> “ <i>Tidaklah bergeser kedua kaki hamba pada hari kiamat sampai ditanya tentang empat perkara, tentang umurnya untuk apa ia habiskan,tentang ilmunya apa yang ia amalkan,tentang hartanya dari mana ia mendapatkan dan kemana ia belanjakan dan tentang badannya untuk apa ia rusakkan ( habiskan ). “</i> ( HR. Tirmidzi dari Abu Barzah Radhiyallahu `anhu dishahihkan Al Albani Rahimahullah)</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Didalam ayat ini Allah mengingatkan hambaNya akan pentingnya waktu,dimana kebanyakan manusia tertipu dengannya,tidak memanfaatkannya dalam perkara yang mendatangkan keridhaan Allah Ta`aala.Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wa Sallam bersabda ; </span></div><div class="MsoNormal" style="direction: rtl; text-align: right; text-indent: 2.15pt; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 13pt; line-height: 115%;">نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ الصِّحَةُ وَ اْلفَرَاغِ</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">“ <i>Dua perkara yang kebanyakan manusia tertipu dengannya,nikmat kesehatan dan waktu longgar.</i> “ ( HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu `Abbas Radhiyallahu `Anhu )</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Ibnu Jauzi Rahimahullahu Ta`aala menjelaskan ; “ Kadang – kadang manusia dalam kondisi sehat akan tetapi tidak memiliki waktu luang karena sibuk mencari ma`isyah. Kadang – kadang ia berkecukupan ( sehingga punya waktu luang ) akan tetapi tidak memiliki kesehatan. Ketika berkumpul keduanya ( kesehatan dan waktu luang ) maka rasa malas untuk melakukan keta`atan menguasai dirinya, sehingga ia menjadi orang yang tertipu. Padahal, dunia adalah ladang dan tempat perniagaan yang akan nampak keberuntungannya di kehidupan akhirat. Barangsiapa yang menggunakan waktu luang dan kesehatannya untuk ta`at kepada Allah maka ia akan berbahagia.Dan barangsiapa yang menggunakan keduanya untuk maksiat kepada Allah maka ia orang yang tertipu,karena waktu luang itu akan digantikan dengan kesibukan dan sehat akan digantikan dengan sakit.” ( Fathul Baari )</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> Demikianlah keadaan manusia,mereka terbagi menjadi dua </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">golongan </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">dan tidak ada yang ketiga,diantaranya ada yang ta`at dan yang lainnya bermaksiat . Asy syaikh Ubaid Al Jaabiri Hafidhahullahu Ta`aala menjelaskan sabda Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wa Sallam ; </span></div><div class="MsoNormal" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 13pt; line-height: 115%;">اْلقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ</span><i><span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> </span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">“ Al Qur’an itu akan menjadi hujah bagimu ( membelamu ) ataukah akan menjadi hujah atasmu ( membinasakanmu). “ </span></i><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Waktumu yang engkau habiskan di dunia, tidaklah terlepas dari dua perkara,apakah engkau orang yang mengamalkan Al Qur’an, beriman dengannya, beramal terhadap ayat – ayatnya yang muhkam ( jelas ),mengimani ayat yang mutasyabih (samar ),dan engkau menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, maka dengan ini semua Al Quran akan menjadi hujah yang akan membelamu, ataukah sebaliknya dari itu semua, maka Al Quran akan menjadi hujah yang akan membinasakanmu.” ( Ahamiyatul Wakti Fi Hayatil Muslim )</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Sebab-sebab Kebahagiaan</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Allah bersumpah bahwa seluruh manusia dalam kerugian siapapun dia,kaya maupun miskin,pandai maupun jahil,mulia ataukah rendah,laki-laki maupun perempuan,bangsawan ataukah bukan. Semuanya merugi dunia dan akhiratnya kecuali orang yang mengisi waktunya dengan empat perkara yang disebutkan dalam ayat tersebut,yang dengannya akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">1.Beriman </span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Iman adalah yang mencakup setiap perkara yang akan mendekatkan seseorang kepada Allah Ta`aala, baik berupa keyakinan yang benar atau ilmu yang bermanfaat.Iman yang tidak bercampur dengan keraguan.Tidak ragu dengan perkara yang dijelaskan Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wa Sallam ketika ditanya malaikat Jibril tentang iman,yaitu mengimani tentang Allah, malaikat – malaikat-Nya,kitab - kitab-Nya,rasul – rasul-Nya,hari akhir dan beriman kepada taqdir yang baik dan buruk.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Manusia dalam iman terbagi menjadi tiga, pertama ; orang yang beriman yang murni imannya,kedua ; orang yang kufur yang mengingkari dan menentangnya,ketiga; orang yang ragu.Yang selamat adalah golongan yang pertama, orang yang beriman yang murni imannya.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Anjuran beriman dalam hal ini terkandung didalamnya perintah untuk menuntut Ilmu.Karena tidak akan terwujud keimanan yang benar kecuali mengilmui terhadap perkara yang harus diimaninya.Asy Syaikh Abdurrahman As Sa`di Rahimahullah Ta`aala mengatakan; “ Tidaklah terwujud iman tanpa ilmu, maka ilmu adalah cabang dari iman, tidaklah sempurna iman tanpa ilmu. “ ( Tafsir As Sa`di )</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">2. Beramal Shaleh</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> Yang dimaksud dengan amalan shaleh adalah setiap amalan yang terkumpul padanya dua perkara yaitu ; ikhlas karena Allah dan mencocoki tuntunan Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wa Sallam, sebagaimana perkataan Fudhail bin `Iyyad Rahimahullah ketika menafsirkan firman Allah Ta`aala yang artinya ; <i>“ Dialah yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian siapa yang paling baik amalannya.”</i> ( Qs. Al Mulk : 2 ) beliau mengatakan ; “ yang paling ikhlas dan paling benar,sesungguhnya amalan apabila ikhlas akan tetapi tidak benar tidak diterima dan apabila benar akan tetapi tidak ikhlas tidak diterima pula sampai amalan tersebut ikhlas dan benar,amalan</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> disebut </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">ikhlas apabila karena Allah dan benar apabila mencocoki sunnah ( tuntunan Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wa Sallam ).”</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Sehingga tidaklah setiap orang yang beramal kebajikan itu akan mendapatkan balasan dari Allah sampai amalan tersebut ikhlas dan sesuai sunnah. Allah ta`aala berfirman ; <i>“<span class="gen">Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. </span></i>( Qs. Al Kahfi : 103-104 )</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Al Hafidz Ibnu Katsir menjelaskan ; “ Ayat ini umum mencakup setiap yang beribadah kepada Allah tidak diatas jalan yang diridhai dalam keadaan ia menyangka benar dan diterima amalannya.Padahal ia salah dan tertolak amalannya, seperti firman Allah Ta`aala yang artinya ; <i>“ Banyak wajah pada hari itu tunduk terhina bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas.”</i> ( Qs. Al Ghasyiyah : 2-4) ( Tafsir Ibnu Katsir )</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> Ibnu `Abbas Radhiyallahu `anhuma menafsirkan ayat ini ; “ bahwa wajah – wajah tertunduk dan tidak bermanfaat amalannya.“</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> Apabila keadaan orang yang beramal tidak sesuai dengan syariat </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">saja </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">dimasukkan ke </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">dalam </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">neraka,lalu bagaimana </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">keadaan</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> orang yang tidak beramal sama sekali ? Hidup seperti binatang hanya makan,minum,dan memuaskan hawa nafsunya, tidak mau sholat, enggan zakat dan tidak menjaga diri dari yang haram serta bermaksiat. Kita memohon kepada Allah keselamatan dan hidayah. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">3. Memberi </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">N</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">asehat </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">K</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">epada </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">A</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">l </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">H</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">aq ( kebenaran ) </span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> Yang dimaksud disini adalah berdakwah di jalan Allah diatas ilmu dan hikmah.Tidaklah cukup seseorang itu berilmu dan beramal shaleh dan hanya memperbaiki dirinya sendiri,akan tetapi seharusnya ia juga berupaya untuk memperbaiki orang lain,agar dirinya menjadi mukmin yang hakiki. Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wa Sallam bersabda ; </span></div><div class="MsoNormal" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 13pt; line-height: 115%;">لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">“ <i>Tidaklah beriman salah seorang kalian sampai ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.”</i> ( HR. Bukhari dan Muslim ) . </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Berdakwah merupakan bentuk kesempurnaan iman.Dan berdakwah,melakukan amar ma`ruf nahi mungkar bukanlah termasuk ikut campur tangan urusan orang lain, sebagaimana anggapan orang jahil di zaman ini.Akan tetapi orang yang berdakwah pada hakikatnya bertujuan membawa kebaikan bagi mereka dan menyelamatkan manusia dari kebinasaan adzab Allah.Disebutkan dalam hadits ; <i>“ Sesungguhnya jika manusia melihat kemungkaraan dan ia tidak merubahnya hampir - hampir Allah meratakan adzab dari sisi-Nya kepada mereka.”</i> ( HR. Abu Dawud dan Tirmidzi disahihkan Al Albani Rahimahullah )</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">4. Bersabar </span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> Sabar yaitu menahan diri diatas ketaatan kepada Allah, menahan diri untuk tidak bermaksiat kepada-Nya serta sabar terhadap ketetapan Allah berupa cobaan dan ujian dalam kehidupan dunia ini.Inilah tiga macam bentuk kesabaran yang dituntut ada pada diri seseorang.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Tidaklah seseorang itu tatkala melakukan amalan ketaatan,baik ketika menuntut ilmu,beramal shaleh ataupun ketika berdakwah dan yang lainnya,melainkan membutuhkan kesabaran agar tetap istiqomah.Dan hal ini merupakan perkara yang berat,karena setan senantiasa menggoda untuk menggelincirkannya.Demikian pula membutuhkan kesabaran untuk mengekang hawa nasfu agar tidak melakukan kemaksiatan,karena jiwa ini cenderung mendorong kepada keburukan,seperti firman Allah Ta`aala ; <i>“ <span class="gen">Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabbku.”</span></i><span class="gen"> ( Qs. Yusuf : 53 ) </span></span><span class="gen"> </span></div><div class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt;"><span class="gen"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Begitu juga </span></span><span class="gen"><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">seorang dai </span></span><span class="gen"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">butuh untuk bersabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah </span></span><span class="gen"><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">. Ujian dan cobaan </span></span><span class="gen"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> merupakan perkara yang pasti akan dialami setiap orang dengan kadar yang berbeda-beda sesuai </span></span><span class="gen"><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">dengan </span></span><span class="gen"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">tingkat iman yang ada padanya</span></span><span class="gen"><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">.</span></span><span class="gen"><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> </span></span><span class="gen"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Allah ta`aala berfirman ;</span></span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> <i>“</i></span><i><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Tidaklah suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada diri kalian melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”</span></i><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> (Qs. Al Hadiid : 22) </span></div><div class="MsoNormal"><b><i><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Wallahu a`lam</span></i></b></div><div class="MsoNormal"><i><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><br />
</span></i></div><div class="MsoNormal"><i><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> </span></i></div><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Oleh : <b>Al-Ustadz Abu Usaid Abdul Fattah</b></span><br />
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><b>sumber : http://salafybpp.com/5-artikel-terbaru/199-merenungi-surat-al-ashr.html </b></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"></div><span class="fullpost"> </span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-513064875411040775.post-58626794069299292382012-02-10T10:36:00.000+08:002012-02-10T10:36:22.574+08:00Menghidupkan Malam Dengan Ibadah<div class="separator" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfASzptoEBk8kw7pvOSxWK0c8zD-r6UnZYcj9XlDb5yJTe4s-O7m1P95GYQaY7nio5zM7DI4F3qoiGrvQW1zMi2VzVN2hcy9C-3-RsnnZagGcQjjfR6n8ep1wjoIUfjSlB3tjlJuyHPOSB/s200/lihatlah-malam.jpg" width="137" /></div><br />
<div style="text-align: justify;">Matahari mulai tenggelam. Malam pun datang menggantikan siang. Itulah diantara tanda kekuasaan Allah subhanahu wata'ala, seperti dalam firmanNya :<br />
<br />
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ (190)<br />
(yang artinya) : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (Al Imron :190)<br />
<br />
Tatkala malam datang, syaithon-syaithon pun mulai bertebaran. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam :<br />
<br />
جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ - أَوْ أَمْسَيْتُمْ - فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنَ اللَّيْلِ فَخَلُّوهُمْ وَأَغْلِقُوا الأَبْوَابَ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا<br />
<br />
(yang artinya) : jika telah datang gelapnya malam atau sore hari (mendekati maghrib), maka tahanlah anak-anak kecil kalian (untuk tetap dirumah), karena syaithon-syaithon menyebar ketika itu. Dan apabila telah berlalu awal malam tersebut, maka biarkan mereka (untuk keluar). Dan hendaknya kalian menutup pintu-pintu, dan sebutlah nama Allah subhanahu wata'ala, karena sesungguhnya syaithon tidak mampu membuka pintu yang tertutup. (HR. Al Bukhori no. 3304 dan Muslim no. 5368 dari Jabir bin Abdillah) <br />
<a name='more'></a><br />
Malam hari merupakan waktu dimana para syaihton berkeliaran, sehingga kita dapati berbagai macam kejahatan terjadi di malam hari. Oleh karena itu Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam menasehatkan kepada ummatnya untuk senantiasa menjaga dzikir pagi dan petang. Yang mana hal tersebut merupakan salah satu dari bentuk meminta penjagaan di waktu malam. Diantara dzikir (doa) yang Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam tuntunkan adalah <br />
<br />
<div style="text-align: justify;">أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ». قَالَ أُرَاهُ قَالَ فِيهِنَّ « لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِى هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِى هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوءِ الْكِبَرِ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِى النَّارِ وَعَذَابٍ فِى الْقَبْرِ ». وَإِذَا أَصْبَحَ قَالَ ذَلِكَ أَيْضًا « أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ ». </div><br />
( artinya) : kami masuk waktu sore, dan kekuasaan hanya milik Allah subhanahu wata'ala, dan segala puji bagi Allah subhanahu wata'ala, tidak ada sesembahan yang haq selain Allah subhanahu wata'ala semata dan tidak ada sekutu bagiNya. <br />
Berkata ibnu mas’ud : aku melihat beliau juga mengucapkan : bagiNya kekuasaan, dan bagiNya segala pujian, dan Dialah yang maha mampu atas segala sesuatu. Wahai Robbku aku meminta kepadamu kebaikan yang ada dimalam ini dan kebaikan setelahnya. Dan aku berlindung kepadaMu dari keburukan yang ada dimalam ini dan dari keburukan yang setelahnya. Wahai Robbku aku berlindung kepadaMu dari kemalasan dan jeleknya masa tua. Wahai Robbku aku berlindung kepadaMu dari siksa neraka dan siksa kubur. <br />
Dan apabila di waktu pagi beliau juga mengucapkan dzikir ini dengan membaca (yang artinya) : kami masuk waktu pagi, dan seterusnya. (HR. Muslim no. 7083 dari Ibnu Mas’ud)<br />
Bagi sebagian orang, malam merupakan waktu untuk bersenang-senang. Sehingga kita dapati mereka begadang menghabiskan malam dengan hal-hal yang sia-sia. Ada diantara mereka yang jalan kesana kemari tanpa ada tujuan yang jelas, ada yang keliling kota, ada yang nongkrong dijembatan sambil mendendangkan musik, dan lain sebagainya. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang melakukan berbagai hal yang diharamkan oleh Allah subhanahu wata'ala, seperti berjudi, minum khomr, dan yang lainnya. <br />
<br />
Disisi lain, ada pula sebagian orang yang mereka masih sibuk mencari harta di waktu malam. Padahal siang harinya telah dia habiskan untuk mencarinya. Orang yang semacam ini tentunya dia lalai dari mengingat akhirat, sehingga dia tidak lagi memikirkan masalah ibadah. Yang terpenting baginya adalah bagaimana cara mendapatkan harta sebanyak-banyaknya. Bahkan terkadang dia tidak peduli apakah usahanya halal atau tidak, yang penting dia mendapatkan hasil darinya. Oleh karena itu pula dia curahkan waktunya siang dan malam untuk mencari dan mendapatkannya. <br />
<br />
Dia tidak ingat bahwa dirinya nanti akan meninggalkan dunia ini beserta apa yang telah dia kumpulkan. Tidak ada bekal yang bisa dia bawa melainkan apa yang telah dia amalkan dari kebaikan. Dan Allah subhanahu wata'ala telah mengingatkan hamba-hambaNya dengan firmanNya: <br />
<br />
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (16)<br />
(artinya) : Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (hud : 15-16)<br />
<br />
Namun bukan berarti tidak dibolehkan untuk mencari rizki di malam hari. Hukum asalnya boleh, hanya saja jangan sampai dia lupa dengan ibadah kepada Allah subhanahu wata'ala. Pergunakanlah waktu sebaik mungkin untuk bekerja dan beribadah. <br />
<br />
Inilah diantara gambaran kegiatan sebagian orang di malam hari, dan tentunya masih banyak lagi yang lainnya. Masing-masing orang memiliki kegiatan sendiri-sendiri, yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Lalu apa yang dilakukan oleh Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam di malam hari? Hudzaifah ibnul Yaman pernah mengkisahkan dirinya bersama Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam pada suatu malam. <br />
<br />
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ لَيْلَةٍ فَافْتَتَحَ الْبَقَرَةَ فَقُلْتُ يَرْكَعُ عِنْدَ الْمِائَةِ. ثُمَّ مَضَى فَقُلْتُ يُصَلِّى بِهَا فِى رَكْعَةٍ فَمَضَى فَقُلْتُ يَرْكَعُ بِهَا. ثُمَّ افْتَتَحَ النِّسَاءَ فَقَرَأَهَا ثُمَّ افْتَتَحَ آلَ عِمْرَانَ فَقَرَأَهَا يَقْرَأُ مُتَرَسِّلاً إِذَا مَرَّ بِآيَةٍ فِيهَا تَسْبِيحٌ سَبَّحَ وَإِذَا مَرَّ بِسُؤَالٍ سَأَلَ وَإِذَا مَرَّ بِتَعَوُّذٍ تَعَوَّذَ ثُمَّ رَكَعَ فَجَعَلَ يَقُولُ « سُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيمِ ». فَكَانَ رُكُوعُهُ نَحْوًا مِنْ قِيَامِهِ ثُمَّ قَالَ « سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ». ثُمَّ قَامَ طَوِيلاً قَرِيبًا مِمَّا رَكَعَ ثُمَّ سَجَدَ فَقَالَ « سُبْحَانَ رَبِّىَ الأَعْلَى ». فَكَانَ سُجُودُهُ قَرِيبًا مِنْ قِيَامِهِ. قَالَ وَفِى حَدِيثِ جَرِيرٍ مِنَ الزِّيَادَةِ فَقَالَ « سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ ». (رواه مسلم)<br />
<br />
Dari Hudzaifah berkata : aku sholat bersama Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam. Maka Beliau shollallahu 'alaihi wasallam pun mulai membaca surat Al baqoroh. Hudzaifah berkata dalam hatinya : beliau akan akan ruku pada saat sudah membaca seratus ayat. Kemudian berlalulah seratus ayat tersebut (dan beliau belum ruku). Maka hudzaifah (dalam hati) berkata lagi : beliau akan membacanya dalam satu rokaat, lalu ruku’. Setelah itu berlalu lagi, dan beliau belum ruku’. Beliau bahkan mulai membaca surat an nisa’, kemudian setelah selesai beliau lanjutkan dengan surat al imron. Beliau membacanya dengan bacaan yang bagus. Apabila beliau melewati ayat yang padanya ada anjuran untuk bertasbih, maka beliau pun bertasbih. Dan jika beliau melewati ayat yang ada anjuran untuk meminta, maka beliau pun meminta. Lalu apabila beliau melewati ayat yang padanya ada anjuran untuk berlindung diri, maka beliau pun berlindung. Kemudian beliau ruku’ dan membaca (yang artinya) : maha suci Robbku yang maha agung. Dan adalah ruku’nya beliau hampir sama lamanya dengan berdirinya beliau. Lalu beliau pun bangkit dan membaca (yang artinya) : Allah maha mendengar terhadap orang-orang yang memujiNya. Setelah itu beliau berdiri lama, kurang lebih lamanya sama dengan ruku’nya beliau. Kemudian beliau sujud seraya membaca (yang artinya) : maha suci Robbku yang maha tinggi. Dan sujudnya beliau hampir sama lamanya dengan berdirinya beliau. . Berkata (rowi) : dan dalam hadits Jarir ada tambahan : beliau membaca (yang artinya) : Allah maha mendengar terhadap orang-orang yang memujiNya. Wahai Robb kami bagiMu-lah segala pujian. (HR. Muslim no. 1850)<br />
<br />
Inilah diantara kegiatan Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam di waktu malam. Beliau menghidupkan malamnya untuk beribadah kepada Allah subhanahu wata'ala. Padahal beliau adalah orang yang telah dijamin oleh Allah subhanahu wata'ala untuk masuk ke dalam surga. Namun walaupun demikian, beliau tidak bersantai-santai dalam beribadah, bahkan beliau semakin bersungguh-sungguh dalam beribadah. <br />
<br />
عَنْ عَائِشَةَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا ، أَنَّ نَبِيَّ اللهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَقُومُ مِنَ اللَّيْلِ حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ فَقَالَتْ عَائِشَةُ لِمَ تَصْنَعُ هَذَا يَا رَسُولَ اللهِ وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ أَفَلاَ أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا<br />
Dari Aisyah bahwasanya Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam biasa sholat malam sampai pecah-pecah telapak kakinya. Maka Aisyah berkata kepadanya : kenapa engkau melakukannya wahai Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam, sungguh Allah subhanahu wata'ala telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang. Beliau menjawab : tidakkah aku senang untuk menjadi hamba yang bersyukur. (HR. Al Bukhori no.4837)<br />
<br />
Maka sudah sepantasnya bagi kita untuk mencontoh Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam, karena beliau adalah suri tauladan yang terbaik bagi umatnya. Allah subhanahu wata'ala berfirman tentang beliau :<br />
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا<br />
(artinya) : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Al Ahzab : 21)<br />
<br />
Namun perlu diperhatikan pula, bahwa dalam melaksanakan ibadah haruslah sesuai dengan tuntunan Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam. Jangan sampai dia terlalu berlebihan dalam beribadah, dan jangan pula terlalu meremehkan. Terkadang seorang, karena semangatnya untuk beribadah, dia menghabiskan malamnya untuk beribadah. Sehingga pagi harinya dia lelah, dan malas untuk beraktifitas. Atau sebaliknya, ada pula seorang yang malas untuk beribadah di malam hari, sehingga dia habiskan malamnya untuk hal-hal yang sia-sia atau yang lainnya. <br />
<br />
أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، يَقُولُ جَاءَ ثَلاَثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوتِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم يَسْأَلُونَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَلَمَّا أُخْبِرُوا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوهَا فَقَالُوا وَأَيْنَ نَحْنُ مِنَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَدْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ أَحَدُهُمْ أَمَّا أَنَا فَإِنِّي أُصَلِّي اللَّيْلَ أَبَدًا وَقَالَ آخَرُ أَنَا أَصُومُ الدَّهْرَ ، وَلاَ أُفْطِرُ وَقَالَ آخَرُ أَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلاَ أَتَزَوَّجُ أَبَدًا فَجَاءَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : أَنْتُمُ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي. (رواه الخاري ومسلم)<br />
<br />
Dari Anas Bin Malik beliau berkata : datang kepada istri-istri Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam tiga orang untuk menanyakan tentang ibadah Nabi shollallahu 'alaihi wasallam. Maka tatkala mereka telah diberitahu, seakan-akan mereka menganggap bahwa ibadah Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam itu sedikit. Lalu mereka mengatakan : dimana kita dibandingkan dengan Nabi shollallahu 'alaihi wasallam? Sungguh beliau telah diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang. Salah seorang mereka berkata : adapun saya, maka saya akan sholat malam terus menerus (yakni tidak akan tidur), dan yang lainnya lagi menyatakan : saya akan berpuasa terus selamanya dan tidak akan berbuka (yakni akan berpuasa setiap harinya). Dan saya tidak akan menikah selamanya (yakni akan fokus beribadah setiap harinya) kata orang yang ketiga. Lalu datanglah Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam. Beliau mengatakan : apakah kalian yang telah mengatakan seperti ini dan itu? Demi Allah sesungguhnya saya adalah orang yang paling takut kepada Allah subhanahu wata'ala dan yang paling bertakwa diantara kalian. Akan tetapi saya berpuasa dan berbuka, saya sholat dan saya juga tidur, dan saya juga menikahi wanita. Barangsiapa yang benci dengan sunnahku, maka dia bukan dari golonganku. (HR. Al Bukhori no. 5063 dan Muslim no. 3469 dari Anas bin Malik)<br />
<br />
Hadits yang mulia ini sangat jelas, menunjukan kepada kita tentang dilarangnya ibadah yang berlebih-lebihan. Walaupun hukum asalnya ibadah yang dia lakukan itu dibolehkan, namun apabila sampai berlebihan dalam mengerjakannya maka menjadi dilarang. Maka terlebih lagi ibadah yang tidak ada contohnya dari Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam. <br />
<br />
Kemudian, jangan dipahami pula bahwa ibadah di malam hari hanya sebatas melakukan qiyamul lail (sholat malam) saja. Bahkan ibadah-ibadah yang bisa dilakukan di malam hari itu sangat banyak. Seperti diantaranya adalah membaca Al Quran, berdoa, menuntut ilmu, mengajarkan ilmu, bershodaqoh, dan yang lainnya. <br />
<br />
Diantara yang hal menunjukan hal tersebut adalah firman Allah subhanahu wata'ala :<br />
<br />
لَيْسُوا سَوَاءً مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أُمَّةٌ قَائِمَةٌ يَتْلُونَ آيَاتِ اللَّهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ (113) يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُولَئِكَ مِنَ الصَّالِحِينَ (114)<br />
(artinya) : Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sholat). Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, mereka menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera untuk (mengerjakan) berbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh. (AL Imron : 113-114).<br />
<br />
<br />
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ » رواه البخاري و مسلم<br />
Dan dari Abu Hurairoh bahwa Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda : Robb kita turun ke langit dunia pada setiap malamnya pada saat sepertiga malam yang terakhir. Dia (Allah) mengatakan : barangsiapa yang berdoa kepadaKu niscaya akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepadaKu niscaya akan Aku berikan (yang diminta), dan barangsiapa yang meminta ampun kepadaKu niscaya akan Aku ampuni. (HR. Al Bukhori no. 7494 dan Muslim no. 1808 dari Abu Hurairoh).<br />
<br />
أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ قَالَ صَلَّى بِنَا النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم الْعِشَاءَ فِي آخِرِ حَيَاتِهِ فَلَمَّا سَلَّمَ قَامَ فَقَالَ أَرَأَيْتَكُمْ لَيْلَتَكُمْ هَذِهِ فَإِنَّ رَأْسَ مِئَةِ سَنَةٍ مِنْهَا لاَ يَبْقَى مِمَّنْ هُوَ عَلَى ظَهْرِ الأَرْضِ أَحَدٌ. (رواه لبخاري و مسلم)<br />
<br />
Bahwasanya Abdullah bin umar berkata : Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam pernah mengerjakan sholat isya bersama kami (para shahabatnya) di akhir-akhir hidupnya. Setelah salam beliau berkata kepada para shahabatnya : tidakkah kalian perhatikan malam kalian ini? Sesungguhnya pada penghujung seratus tahun yang akan datang, tidak akan tersisa yang sekarang hidup di muka bumi ini seorang pun. (HR. Al Bukhori no. 116 dan Muslim no.6642 dari Abdullah bin Umar )<br />
<br />
Diantara faidah yang bisa kita petik dari hadits ini adalah bahwasanya Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam menyampaikan ilmu di malam hari. Dan ini menunjukan pula atas semangat Nabi shollallahu 'alaihi wasallam untuk memberikan ilmu kepada para shahabatnya. <br />
<br />
Semoga Allah subhanahu wata'ala memberikan taufiq kepada kita semua untuk menghidupkan malam dengan ibadah kepadaNya. Karena sesungguhnya kita diciptakan oleh Allah subhanahu wata'ala adalah hanya untuk beribadah kepadaNya. Dan semoga Allah subhanahu wata'ala melindungi kita dari berbagai keburukan yang ada di waktu malam. Wallahu a’lam. </div><div style="text-align: justify;"><br />
penulis : Abu Ali Banyumas</div><span class="fullpost"> </span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-513064875411040775.post-86793197671273837172012-02-04T14:07:00.001+08:002012-02-07T22:57:55.468+08:00Mitos Valentine Day<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_Re-Gdc9HWCKqASSQ-DB8SdVIlr6llNl6Z5uayEkWaSrip2skVhY1eIeSGClSzwYuwn2Y3I0KU3v5-65Q4bVAp7G58BkUDcbf7mIG_XDTkiKqEDmA34L5oK7uxRwn6bfVGSEdVikeWDBn/s1600/mawar3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="256" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_Re-Gdc9HWCKqASSQ-DB8SdVIlr6llNl6Z5uayEkWaSrip2skVhY1eIeSGClSzwYuwn2Y3I0KU3v5-65Q4bVAp7G58BkUDcbf7mIG_XDTkiKqEDmA34L5oK7uxRwn6bfVGSEdVikeWDBn/s320/mawar3.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">14 Februari, adalah tanggal yang telah lekat dengan kehidupan muda-mudi kita. Hari yang lazim disebut Valentine Day ini, konon adalah momen berbagi, mencurahkan segenap kasih sayang kepada “pasangan”-nya masing-masing dengan memberi hadiah berupa coklat, permen, mawar, dan lainnya. Seakan tak terkecuali, remaja Islam pun turut larut dalam ritus tahunan ini, meski tak pernah tahu bagaimana akar sejarah perayaan ini bermula.</div><div style="text-align: justify;"></div><a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Sesungguhnya Allah l telah memilih Islam sebagai agama bagi kita, sebagaimana firman-Nya:</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (Ali ‘Imran: 19)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Allah l juga menyatakan bahwa Dia tidak menerima dari seorang pun agama selain Islam. Allah l berfirman:</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali ‘Imran: 85)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Nabi n juga bersabda:</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لاَ يَسْمَعُ بِي يَهُودِيٌّ وَلاَ نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“Demi Dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, tidak ada seorangpun yang mendengar tentang aku, baik dia Yahudi atau Nasrani, lalu dia mati dalam keadaan tidak beriman dengan risalah yang aku diutus dengannya, kecuali dia termasuk penghuni neraka.”</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Semua agama yang ada di masa ini –selain Islam– adalah agama yang batil. Tidak bisa menjadi (jalan) pendekatan kepada Allah l. Bahkan bagi seorang hamba, agama-agama itu tidaklah menambah kecuali kejauhan dari-Nya, sesuai dengan kesesatan yang ada padanya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Telah lama, tersebar suatu fenomena –yang menyedihkan– di kalangan banyak pemuda-pemudi Islam. Fenomena ini merupakan bentuk nyata sikap taqlid (membebek) terhadap kaum Nasrani, yaitu Hari Kasih Sayang (Valentine Day). Berikut ini secara ringkas akan dipaparkan asal-muasal perayaan tersebut, perkembangannya, tujuan serta bagaimana seharusnya seorang muslim menyikapinya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Asal Muasal</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Perayaan ini termasuk salah satu hari raya bangsa Romawi paganis (penyembah berhala), di mana penyembahan berhala adalah agama mereka semenjak lebih dari 17 abad silam. Perayaan ini merupakan ungkapan –dalam agama paganis Romawi– kecintaan terhadap sesembahan mereka.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Perayaan ini memiliki akar sejarah berupa beberapa kisah yang turun-temurun pada bangsa Romawi dan kaum Nasrani pewaris mereka. Kisah yang paling masyhur tentang asal-muasalnya adalah bahwa bangsa Romawi dahulu meyakini bahwa Romulus –pendiri kota Roma– disusui oleh seekor serigala betina, sehingga serigala itu memberinya kekuatan fisik dan kecerdasan pikiran. Bangsa Romawi memperingati peristiwa ini pada pertengahan bulan Februari setiap tahun dengan peringatan yang megah. Di antara ritualnya adalah menyembelih seekor anjing dan kambing betina, lalu dilumurkan darahnya kepada dua pemuda yang kuat fisiknya. Kemudian keduanya mencuci darah itu dengan susu. Setelah itu dimulailah pawai besar dengan kedua pemuda tadi di depan rombongan. Keduanya membawa dua potong kulit yang mereka gunakan untuk melumuri segala sesuatu yang mereka jumpai. Para wanita Romawi sengaja menghadap kepada lumuran itu dengan senang hati, karena meyakini dengan itu mereka akan dikaruniai kesuburan dan melahirkan dengan mudah.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Apa Hubungan St. Valentine dengan Perayaan Ini?</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Versi I: Disebutkan bahwa St. Valentine adalah seorang yang mati di Roma ketika disiksa oleh Kaisar Claudius sekitar tahun 296 M. Di tempat terbunuhnya di Roma, dibangun sebuah gereja pada tahun 350 M untuk mengenangnya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Ketika bangsa Romawi memeluk Nasrani, mereka tetap memperingati Hari Kasih Sayang. Hanya saja mereka mengubahnya dari makna kecintaan kepada sesembahan mereka, kepada pemahaman lain yang mereka istilahkan sebagai martir kasih sayang, yakni St. Valentine, sang penyeru kasih sayang dan perdamaian, yang –menurut mereka– mati syahid pada jalan itu.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Di antara aqidah batil mereka pada hari tersebut, dituliskan nama-nama pemudi yang memasuki usia nikah pada selembar kertas kecil, lalu diletakkan pada talam di atas lemari buku. Lalu diundanglah para pemuda yang ingin menikah untuk mengambil salah satu kertas itu. Kemudian sang pemuda akan menemani si wanita pemilik nama yang tertulis di kertas (yang diambilnya) selama setahun. Keduanya saling menguji perilaku masing-masing, baru kemudian mereka menikah. Bila tidak cocok, mereka mengulangi hal yang serupa tahun mendatang.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Para pemuka agama Nasrani menentang sikap membebek ini, dan menganggapnya sebagai perusak akhlak para pemuda dan pemudi. Maka perayaan ini pun dilarang di Italia. Dan tidak diketahui kapan perayaan ini dihidupkan kembali.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Versi II: Bangsa Romawi di masa paganis dahulu merayakan sebuah hari raya yang disebut hari raya Lupercalia1. Ini adalah hari raya yang sama seperti pada kisah versi I di atas. Pada hari itu, mereka mempersembahkan qurban bagi sesembahan mereka selain Allah l. Mereka meyakini bahwa berhala-berhala itu mampu menjaga mereka dari keburukan dan menjaga binatang gembalaan mereka dari serigala.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Ketika bangsa Romawi memeluk agama Nasrani, dan Kaisar Claudius II berkuasa pada abad ketiga, dia melarang tentaranya menikah. Karena menikah akan menyibukkan mereka dari peperangan yang mereka jalani. Maka St. Valentine menentang peraturan ini, dan dia menikahkan tentara secara diam-diam. Kaisar lalu mengetahuinya dan memenjarakannya, sebelum kemudian dia dihukum mati.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Versi III: Kaisar Claudius II adalah penyembah berhala, sedangkan Valentine adalah penyeru agama Nasrani. Sang Kaisar berusaha mengeluarkannya dari agama Nasrani dan mengembalikannya kepada agama paganis Romawi. Namun Valentine tetap teguh memeluk agama Nasrani, dan dia dibunuh karenanya pada 14 Februari 270 M, malam hari raya paganis Romawi: Lupercalia.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Ketika bangsa Romawi memeluk Nasrani, mereka tetap melakukan perayaan paganis Lupercalia, hanya saja mereka mengaitkannya dengan hari terbunuhnya Valentine untuk mengenangnya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Syi’ar Perayaan Hari Kasih Sayang</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">1. Menampakkan kegembiraan dan kesenangan.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">2. Saling memberi mawar merah, sebagai ungkapan cinta, yang dalam budaya Romawi paganis merupakan bentuk cinta kepada sesembahan kepada selain Allah l.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">3. Menyebarkan kartu ucapan selamat hari raya tersebut. Pada sebagiannya terdapat gambar Cupid, seorang anak kecil dengan dua sayap membawa busur dan panah. Cupid adalah dewa cinta erotis dalam mitologi Romawi paganis. Maha Tinggi Allah dari kedustaan dan kesyirikan mereka dengan ketinggian yang besar.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">4. Saling memberi ucapan kasih sayang, rindu, dan cinta dalam kartu ucapan yang saling mereka kirim.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">5. Di banyak negeri Nasrani diadakan perayaan pada siang hari, dilanjutkan begadang sambil berdansa, bercampur baur lelaki dan perempuan.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Beberapa versi kisah yang disebutkan seputar perayaan ini dan simbolnya, St. Valentine, bisa memberikan pencerahan kepada orang berakal. Terlebih lagi seorang muslim yang mentauhidkan Allah l. Pemaparan di atas menjelaskan hakikat perayaan ini kepada kaum muslimin yang tidak tahu dan tertipu, kemudian ikut merayakannya. Mereka hakikatnya meniru umat Nasrani yang sesat, dan mengambil segala yang datang dari Barat, Nasrani, lagi atheis.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Renungan</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Barangsiapa yang membaca kisah yang telah disebutkan seputar perayaan paganis ini, akan jelas baginya hal-hal berikut:</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">1. Asalnya adalah aqidah paganis (penyembahan berhala) kaum Romawi, untuk mengungkapkan rasa cinta kepada berhala yang mereka ibadahi selain Allah l. Barangsiapa yang merayakannya, berarti dia merayakan momen pengagungan dan penyembahan berhala. Padahal Allah l telah mengingatkan kita dari perbuatan <a href="http://asysyariah.com/syirik.html" title="syirik">syirik</a>:</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: ‘Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hendaklah Allah saja yang kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur’.” (Az-Zumar: 65-66)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Allah l juga menyatakan melalui lisan ‘Isa q:</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seorang penolongpun.” (Al-Ma`idah: 72)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Dan seorang muslim wajib berhati-hati dari syirik dan segala yang akan mengantarkan kepada syirik.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">2. Awal mula perayaan ini di kalangan bangsa Romawi paganis terkait dengan kisah dan khurafat yang tidak bisa diterima akal sehat, apalagi akal seorang muslim yang beriman kepada Allah l dan para rasul-Nya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Pada satu versi, disebutkan bahwa seekor serigala betina menyusui Romulus pendiri kota Roma, sehingga memberinya kekuatan fisik dan kecerdasan pikiran. Ini menyelisihi aqidah seorang muslim, bahwa yang memberikan kekuatan fisik dan kecerdasan pikiran hanyalah Allah l, Dzat Maha Pencipta, bukan air susu serigala. Dalam versi lain, pada perayaan itu kaum Romawi paganis mempersembahkan qurban untuk berhala sesembahan mereka, dengan keyakinan bahwa berhala-berhala itu mampu mencegah terjadinya keburukan dari mereka dan mampu melindungi binatang gembalaan mereka dari serigala. Padahal, akal yang sehat mengetahui bahwa berhala tidaklah dapat menimpakan kemudaratan, tidak pula bisa memberikan suatu kemanfaatan.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Bagaimana mungkin seorang berakal mau ikut merayakan perayaan seperti ini? Terlebih lagi seorang muslim yang Allah l telah menganugerahkan agama yang sempurna dan aqidah yang lurus ini kepadanya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">3. Di antara syi’ar jelek perayaan ini adalah menyembelih anjing dan domba betina, lalu darahnya dilumurkan kepada dua orang pemuda, kemudian darah itu dicuci dengan susu, dst. Orang yang berfitrah lurus tentu akan menjauh dari hal yang seperti ini. Akal yang sehat pun tidak bisa menerimanya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">4. Keterkaitan St. Valentine dengan perayaan ini diperselisihkan, juga dalam hal sebab dan kisahnya. Bahkan, sebagian literatur meragukannya dan menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak pernah terjadi. Sehingga pantas bagi kaum Nasrani untuk tidak mengakui perayaan paganis ini yang mereka tiru dari bangsa Romawi paganis. Terlebih lagi keterkaitan perayaan ini dengan salah satu santo (orang-orang suci dalam khazanah Nasrani, ed.) mereka, masih diragukan. Bila merayakannya teranggap sebagai aib bagi kaum Nasrani, yang telah mengganti-ganti agama mereka dan mengubah kitab mereka, tentu lebih tercela bila seorang muslim yang ikut merayakannya. Dan bila benar bahwa perayaan ini terkait dengan terbunuhnya St. Valentine karena mempertahankan agama Nasrani, maka apa hubungan kaum muslimin dengan St. Valentine?</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">5. Para pemuka Nasrani telah menentang perayaan ini karena timbulnya kerusakan akhlak pemuda dan pemudi akibat perayaan ini, maka dilaranglah perayaan ini di Italia, pusat Katholik. Lalu perayaan ini muncul kembali dan tersebar di Eropa. Dari sanalah menular ke negeri kaum muslimin. Bila pemuka Nasrani –pada masa mereka– mengingkari perayaan ini, maka wajib bagi para ulama kaum muslimin untuk menerangkan hakikatnya dan hukum merayakannya. Sebagaimana wajib bagi kaum muslimin yang awam untuk mengingkari dan tidak menerimanya, sekaligus mengingkari orang yang ikut merayakannya atau menularkannya kepada kaum muslimin.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Mengapa Kaum Muslimin Tidak Boleh Merayakannya?</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Sebagian kaum muslimin yang ikut merayakannya mengatakan bahwa Islam juga mengajak kepada kecintaan dan kedamaian. Dan Hari Kasih Sayang adalah saat yang tepat untuk menyebarkan rasa cinta di antara kaum muslimin. Sehingga, apa yang menghalangi untuk merayakannya?</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Jawaban terhadap pernyataan ini dari beberapa sisi:</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">1. Hari raya dalam Islam adalah ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah l. Hari raya merupakan salah satu syi’ar agama yang agung. Sedangkan dalam Islam, tidak ada hari raya kecuali hari Jum’at, Idul Fithri, dan Idul Adh-ha. Perkara ibadah harus ada dalilnya. Tidak bisa seseorang membuat hari raya sendiri, yang tidak disyariatkan oleh Allah l dan Rasul-Nya n.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan hal ini, perayaan Hari Kasih Sayang ataupun selainnya yang diada-adakan, adalah perbuatan mengada-adakan (bid’ah) dalam agama, menambahi syariat, dan bentuk koreksi terhadap Allah l, Dzat yang telah menetapkan syariat.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">2. Perayaan Hari Kasih Sayang merupakan bentuk tasyabbuh (menyerupai) bangsa Romawi paganis, juga menyerupai kaum Nasrani yang meniru mereka, padahal ini tidak termasuk (amalan) agama mereka.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Ketika seorang muslim dilarang menyerupai kaum Nasrani dalam hal yang memang termasuk agama mereka, maka bagaimana dengan hal-hal yang mereka ada-adakan dan mereka menirunya dari para penyembah berhala?</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Seorang muslim dilarang menyerupai orang-orang kafir –baik penyembah berhala ataupun ahli kitab– baik dalam hal aqidah dan ibadah, maupun dalam adat yang menjadi kebiasaan, akhlak, dan perilaku mereka. Allah l berfirman:</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (Ali ‘Imran: 105)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka)? Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Al-Hadid: 16)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Nabi n bersabda:</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.” (HR. Ahmad, 3/50, dan Abu Dawud, no. 5021)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Tasyabbuh (menyerupai) orang kafir dalam perkara agama mereka –di antaranya adalah Hari Kasih Sayang– lebih berbahaya daripada menyerupai mereka dalam hal pakaian, adat, atau perilaku. Karena agama mereka tidak lepas dari tiga hal: yang diada-adakan, atau yang telah diubah, atau yang telah dihapuskan hukumnya (dengan datangnya Islam). Sehingga, tidak ada sesuatupun dari agama mereka yang bisa menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah l.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">3. Tujuan perayaan Hari Kasih Sayang pada masa ini adalah menyebarkan kasih sayang di antara manusia seluruhnya, tanpa membedakan antara orang yang beriman dengan orang kafir. Hal ini menyelisihi agama Islam. Hak orang kafir yang harus ditunaikan kaum muslimin adalah bersikap adil dan tidak mendzaliminya. Dia juga berhak mendapatkan sikap baik –bila masih punya hubungan silaturahim– dengan syarat: tidak memerangi atau membantu memerangi kaum muslimin. Allah l berfirman:</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (Al-Mumtahanah: <img alt="8)" class="wp-smiley" src="http://asysyariah.com/wp-includes/images/smilies/icon_cool.gif" /> </div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Bersikap adil dan baik terhadap orang kafir tidaklah berkonsekuensi mencintai dan berkasih sayang dengan mereka. Allah l bahkan memerintahkan untuk tidak berkasih sayang dengan orang kafir dalam firman-Nya:</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.” (Al-Mujadilah: 22)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah t berkata: “Sikap tasyabbuh akan melahirkan sikap kasih sayang, cinta dan loyalitas di dalam batin. Sebagaimana kecintaan yang ada di batin akan melahirkan sikap menyerupai.” (Al-Iqtidha`, 1/490)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">4. Kasih sayang yang dimaksud dalam perayaan ini semenjak dihidupkan oleh kaum Nasrani adalah cinta, rindu, dan kasmaran, di luar hubungan pernikahan. Buahnya, tersebarnya zina dan kekejian, yang karenanya pemuka agama Nasrani –pada waktu itu– menentang dan melarangnya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Kebanyakan pemuda muslimin merayakannya karena menuruti syahwat, dan bukan karena keyakinan khurafat sebagaimana bangsa Romawi dan kaum Nasrani. Namun hal ini tetaplah tidak bisa menafikan adanya sikap tasyabbuh (menyerupai) orang kafir dalam salah satu perkara agama mereka. Selain itu, seorang muslim tidak diperbolehkan menjalin hubungan cinta dengan seorang wanita yang tidak halal baginya, yang merupakan pintu menuju zina.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Sikap yang Seharusnya Ditempuh Seorang Muslim</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">1. Tidak ikut merayakannya, menyertai orang yang merayakannya, atau menghadirinya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">2. Tidak membantu/mendukung orang kafir dalam perayaan mereka, dengan memberikan hadiah, menyediakan peralatan untuk perayaan itu atau syi’ar-syi’arnya, atau meminjaminya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">3. Tidak membantu kaum muslimin yang ikut-ikutan merayakannya. Bahkan ia wajib mengingkari mereka, karena kaum muslimin yang merayakan hari raya orang kafir adalah perbuatan mungkar yang harus diingkari.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Dari sini, kaum muslimin tidak boleh pula menjual bingkisan (pernak-pernik) bertema Hari Kasih Sayang, baik pakaian tertentu, mawar merah, kartu ucapan selamat, atau lainnya. Karena memperjualbelikannya termasuk membantu kemungkaran. Sebagaimana juga tidak boleh bagi orang yang diberi hadiah Hari Kasih Sayang untuk menerimanya. Karena, menerimanya mengandung makna persetujuan terhadap perayaan ini.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">4. Tidak memberikan ucapan selamat Hari Kasih Sayang, karena hari itu bukanlah hari raya kaum muslimin. Dan bila seorang muslim diberi ucapan selamat Hari Kasih Sayang, maka dia tidak boleh membalasnya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">5. Menjelaskan hakikat perayaan ini dan hari-hari raya orang kafir yang semisalnya, kepada kaum muslimin yang tertipu dengannya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">(Diringkas dari makalah ‘Idul Hubb, Qishshatuhu, Sya’airuhu, Hukmuhu, karya Ibrahim bin Muhammad Al-Haqil)</div><div style="text-align: justify;"></div><hr style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" /><div style="text-align: justify;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">1 Adalah upacara ritual kesuburan yang dipersembahkan kepada Lupercus (dewa kesuburan, dewa padang rumput, dan pelindung ternak) dan Faunus (dewa alam dan pemberi wahyu). Pada tahun 494 M, Dewan Gereja di bawah pimpinan Paus Gelasius I mengubah ritual tersebut menjadi perayaan purifikasi (penyucian diri). Dua tahun kemudian, Paus Gelasius I mengubah tanggal perayaan, dari tanggal 15 menjadi 14 Februari. (red)</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">sumber : http://asysyariah.com/mitos-valentine-day.html</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> </span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-513064875411040775.post-52919718106654185262012-01-28T22:59:00.001+08:002012-01-28T23:00:50.689+08:00Syi’ah tidak Sesat?<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh25uKbBCYJfvhEYKeiiuKIlGu_U7qbNinZqM33bBoOMdF7IHPxz4rY3B0Kpnpe9avg0AI7MObo9GFcwwIaOEU-qtYWvYERRIsgtgr4eX8SVtqtsAna_sMM5GUyY0nJgDOfamPdt-A5euNA/s1600/kelam.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh25uKbBCYJfvhEYKeiiuKIlGu_U7qbNinZqM33bBoOMdF7IHPxz4rY3B0Kpnpe9avg0AI7MObo9GFcwwIaOEU-qtYWvYERRIsgtgr4eX8SVtqtsAna_sMM5GUyY0nJgDOfamPdt-A5euNA/s200/kelam.jpg" width="200" /></a>Para pembaca rahimakumullah, akhir-akhir ini banyak orang membicarakan tentang Syi’ah, banyak juga pernyataan dari sebagian tokoh yang menganggap bahwa Syi’ah itu tidak sesat dan bahkan menganggap sebagai salah satu madzhab yang diakui dalam Islam. Apakah memang demikian?<span id="more-883"></span><br />
Berbicara tentang kelompok Syi’ah tidak lepas dari sosok pendiri pertamanya yaitu Abdullah bin Saba’ atau dikenal juga dengan Ibnu Sauda’. Abdullah bin Saba’ pada asalnya adalah seorang Yahudi berasal dari Shan’a, ibukota Yaman. Ia berpura-pura masuk Islam pada akhir-akhir pemerintahan Khalifah Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu. Abdullah bin Saba’ juga dikenal dengan sebutan Ibnu Sauda’ (anak seorang wanita hitam) karena ibunya berkulit hitam, berasal dari Ethiopia.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Al-Imam ‘Izzuddin Ibnul Atsir dalam al-Kamil fit Tarikh (2/526) memaparkan bahwa setelah Ibnu Sauda’ berpura-pura masuk Islam, lalu ia pergi berkeliling ke negeri-negeri kaum muslimin seperti Hijaz (Mekkah dan Madinah), Bashrah, Kufah, dan Syam guna mengampanyekan keyakinan-keyakinan sesatnya. Namun dia tidak sanggup melakukan makarnya tersebut hingga akhirnya harus diusir dari Syam secara terhina.<br />
Kemudian Abdullah bin Saba’ pindah ke Mesir dan menetap di sana. Disebabkan jauhnya penduduk Mesir dari ilmu ketika itu, maka sedikit demi sedikit Abdullah bin Saba’ berhasil menyusupkan akidah sesatnya kepada masyarakat Mesir.<br />
Dalam al-Bidayah wan Nihayah (7/188) juga diceritakan bahwa Abdullah bin Saba’ menghasut masyarakat Mesir untuk memberontak kepada Khalifah Utsman bin Affan. Dalam orasinya dia menyatakan, “Bukankah telah tetap bahwa Isa bin Maryam akan kembali ke dunia? Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih mulia darinya, maka atas dasar apa engkau mengingkari bahwa Muhammad akan kembali lagi ke dunia?! Dan adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewasiatkan (kepemimpinan) kepada Ali bin Abi Thalib. Muhammad penutup para nabi sedangkan Ali penutup para penerima wasiat, tentu ia lebih berhak atas kepemimpinan ini daripada Utsman, dan Utsman telah melampaui batas dalam kepemimpinan yang bukan miliknya.”<br />
Banyak dari masyarakat Mesir yang terprovokasi, mereka mengirimkan surat kepada kabilah-kabilah awam di Kufah dan Bashrah berisi kritikan-kritikan terhadap kebijakan-kebijakan Utsman dan mengajak kudeta sehingga akhirnya mereka pun melakukan pemberontakan yang berujung dengan terbunuhnya Khalifah Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu.<br />
Pembaca rahimakumullah, setelah terbunuhnya Utsman bin ‘Affan dan digantikan oleh Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Abdullah bin Saba’ kembali berulah dengan menyebarkan keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib adalah titisan tuhan, ia juga menyebarkan keyakinan bahwa Ali adalah Pencipta, Pemberi rejeki, dan Pengatur alam semesta.” (Lihat Fathul Bari 12/270)<br />
Dia juga mencela, menghina, dan mengafirkan Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhuma. (Ar-Risalah fir Raddi ‘ala ar-Rafidhah)<br />
Demikianlah keadaan Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi yang berpura-pura masuk Islam dan bertujuan untuk menghancurkan Islam dari dalam, sebagaimana Baulus seorang Yahudi yang berpura-pura masuk agama Nasrani dan memunculkan keyakinan Lahutsiyah (adanya sifat ketuhanan pada diri Isa).<br />
Awal-Mula Syi’ah<br />
Perlu diketahui bahwa madzhab Syi’ah tidak pernah ada di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan Umar radhiyallahu ‘anhuma, karena ia baru muncul di akhir-akhir kepemimpinan Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu.<br />
Syaikhul Islam Ahmad bin Abdul Halim rahimahullah menyatakan, “Paham Syi’ah Rafidhah dibuat oleh Ibnu Saba’ yang zindiq. Dia menampakkan sikap ekstrim mendukung Ali dengan propaganda bahwa Ali yang berhak atas kepemimpinan dan adanya wasiat (khusus) bagi Ali.” (Al-Fatawa 4/435)<br />
Ibnu Hajar al-‘Asqalani rahimahullah dari Madzhab Syafi’i juga berkata, “Abdullah bin Saba’ termasuk zindiq yang ekstrim. Dia memiliki pengikut yang disebut As-Sabaiyah yang meyakini adanya sifat ketuhanan pada diri Ali bin Abi Thalib.” (Lisanul Mizan 3/360)<br />
Slogan “Mencintai Ahlul Bait” Jembatan Menyebarkan Paham Syi’ah<br />
Setelah berlalu masa Abdullah bin Saba’ dan para pengikutnya menyebar di berbagai negara, kaum Syi’ah tidak ingin dikenal sepanjang masa sebagai produk seorang Yahudi. Agar madzhab dan keyakinan mereka diterima masyarakat umum, mereka melancarkan propraganda bahwa mereka adalah satu-satunya kelompok yang mencintai ahlul bait dan membela mereka.<br />
Dengan berkedok mencintai ahlul bait maka dengan leluasa kaum Syi’ah menyebarkan keyakinan-keyakinan sesat yang telah diwarisi dari para pendahulunya; mulai dari mencela, menghina, dan mengafirkan para sahabat, kawin mut’ah, tuduhan ‘Aisyah berzina, taqiyyah, ber-thawaf di kuburan, sampai tingkatan merubah tata cara wudhu’, adzan, dan shalat, serta berbagai keyakinan yang bertentangan dengan ajaran ahlul bait.<br />
Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Janganlah kalian mencela para sahabatku. Jika salah seorang dari kalian berinfak emas sebesar gunung Uhud maka tidak akan menyamai infak salah seorang dari mereka yang hanya satu mud, dan tidak pula menyamai separuhnya.” Muttafaq ‘alaih<br />
Berbagai macam tuduhan dan hinaan mereka layangkan kepada pembawa panji Islam, para sahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sekaligus ulama muslimin. Semua itu mereka lakukan dengan berlindung di balik slogan pembelaan terhadap ahlul bait (keluarga Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam).<br />
Antara Syi’ah dan Ahlul Bait<br />
Sebagian masyarakat atau pelajar yang tidak mengetahui hakekat sebenarnya paham Syi’ah akan tertipu dengan slogan mereka. Padahal jika ditelusuri ternyata Syi’ah sangat berbeda dengan ahlul bait. Berikut ini beberapa buktinya.<br />
Seperti diketahui bahwa kaum Syi’ah sangat membenci bahkan mengafirkan Abu Bakar, Umar, juga Utsman. Berbeda dengan ahlul bait, dalam hal ini Ali bin Abi Thalib, sikapnya terhadap Abu Bakar dan Umar adalah seperti yang dikisahkan oleh Abu Ishaq al-Fazari dengan sanadnya sampai kepada Zaid bin Wahb, bahwa Suwaid bin Ghaflah masuk menemui Ali di masa kepemimpinannya. Lantas dia berkata, “Aku melewati sekelompok orang yang menyebut-nyebut Abu Bakar dan Umar (dengan kejelekan). Mereka menganggap bahwa engkau juga menyembunyikan perasaan seperti itu terhadap mereka berdua. Di antara mereka adalah Abdullah bin Saba’ dan dia lah orang pertama yang menampakkan hal itu.” Lantas Ali menjawab, “Aku berlindung kepada Allah dari menyembunyikan sesuatu terhadap mereka berdua kecuali dengan kebaikan.” (Ar-Risalah fir Raddi ‘ala ar-Rafidhah)<br />
Bahkan, pendirian Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu di atas juga dinukilkan dalam kitab mereka berjudul Biharul Anwar (32/324), “Ibnu Tharif dari Ibnu ‘Ulwan dari Ja’far dari bapaknya bahwa Ali ‘alaihis salaam pernah berkata tentang orang-orang yang memeranginya, “Sesungguhnya kami tidak memerangi mereka (‘Aisyah dan Mu’awiyah beserta pasukan keduanya) karena mengafirkan mereka, bukan pula karena mereka mengafirkan kami. Namun, karena kami yakin bahwa kami di atas al-haq dan mereka juga yakin bahwa mereka di atas al-haq.”<br />
Berikutnya, termasuk kebiasaan kaum Syi’ah ialah membangun kuburan seperti istana kemudian berthawaf mengelilinginya. Adapun madzhab ahlul bait adalah sebagaimana wasiat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, “Janganlah kamu biarkan satu patung pun melainkan harus kamu hancurkan, jangan pula kuburan yang ditinggikan melainkan harus kamu ratakan.“ HR Muslim<br />
Bukti lainnya adalah tentang kawin mut’ah, kaum Syi’ah seperti yang telah diketahui menghalalkan kawin mut’ah. Adapun madzhab ahlul bait adalah seperti yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, “Bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pada perang Khaibar telah melarang melakukan mut’ah kepada wanita.” Muttafaq ‘alaih<br />
Ucapan Ulama Ahlus Sunnah tentang Syi’ah<br />
‘Alqamah bin Qais an-Nakha’i rahimahullah (62 H), “Sungguh Syi’ah telah berlebihan terhadap Ali sebagaimana Nashara berlebihan terhadap ‘Isa bin Maryam.” (As-Sunnah, 2/548)<br />
‘Amir Asy-Sya’bi rahimahullah (105 H), “Saya peringatkan kalian dari hawa nafsu yang menyesatkan dan dari kejelekan Syi’ah Rafidhah, karena di antara mereka ada seorang yahudi yang berpura-pura masuk Islam untuk menyebarkan kesesatan mereka sebagaimana Baulus bin Syamil (atau disebut juga dengan Paulus-pen) seorang raja Yahudi yang berpura-pura masuk agama nashara untuk menyebarkan kesesatan mereka.” (Lihat Syarh Ushul I’tiqad Ahlus Sunnah al-Lalika`i, 8/1461)<br />
Al-Imam Malik bin Anas rahimahullah (179 H), ketika ditanya tentang seorang yang berpemikiran Syi’ah Rafidhah beliau menjawab, “Jangan kamu berbicara dengan mereka dan jangan pula meriwayatkan hadits dari mereka karena mereka adalah pendusta.” (Minhajus Sunnah, 1/61)<br />
‘Abdurrahman bin Mahdi rahimahullah (198 H) berkata, “Keduanya adalah agama lain, yaitu: “Jahmiyah dan Syi’ah Rafidhah.” (Khalqu Af’alil ‘Ibad)<br />
Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah (204 H): “Aku tidak pernah melihat dari para pengikut hawa nafsu yang lebih dusta di dalam ucapan, dan bersaksi dengan saksi palsu dari Syi’ah Rafidhah.” (Al-Ibanah al-Kubra, 2/545)<br />
Al-Khallal rahimahullah meriwayatkan dari Abu Bakar al-Marwazi, “Aku bertanya kepada Abu Abdillah (yakni Imam Ahmad) tentang orang yang mencela Abu Bakar, Umar, dan ‘Aisyah. Beliau menjawab, “Aku tidak memandangnya dalam Islam.” (As Sunnah karya al-Khallal, 3/493)<br />
Penutup<br />
Demikianlah pembahasan ringkas tentang Syi’ah. Sampai detik ini, masihkah kita menilai bahwa Syi’ah tidak sesat atau hanya berbeda dalam masalah fiqih?<br />
Para pembaca rahimakumullah, walaupun kita telah meyakini kesesatan Syi’ah akan tetapi dalam menyikapinya tetap kita harus mengikuti tuntunan syariat yaitu dengan menjauhi tindakan-tindakan anarkis. Kembalikan urusan mereka kepada pemerintah.<br />
Wallahu a’lamu bish shawab.<br />
Penulis: Al-Ustadz Abdurrahman Rauf hafizhahullah..<br />
sumber : http://www.buletin-alilmu.com/syiah-tidak-sesat<br />
<span class="fullpost"> </span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-513064875411040775.post-45171107353053589112012-01-27T11:17:00.000+08:002012-01-27T11:17:04.621+08:00Masjid dan Kehormatannya yang Harus Dijaga<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3ZBMmnA54LCrsHxdfOci_nJAP_Rk3dgWnDLgQfCum0hqsyHROsYyA06JcgE7tbpqUqOwIONlODm065qmXNgDFUvQHcgZGAYX6ysXnqHHjDc-R58s07crxBCWX0YoojIKOBUPmLcsUDASs/s1600/masjid.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3ZBMmnA54LCrsHxdfOci_nJAP_Rk3dgWnDLgQfCum0hqsyHROsYyA06JcgE7tbpqUqOwIONlODm065qmXNgDFUvQHcgZGAYX6ysXnqHHjDc-R58s07crxBCWX0YoojIKOBUPmLcsUDASs/s1600/masjid.JPG" /></a>Para pembaca, semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sebelum kita membahas hal-hal apa saja yang harus kita lakukan terkait dengan masjid, maka kita perlu tahu apa pengertian masjid dalam syariat.<span id="more-885"></span><br />
Pengertian Masjid<br />
Secara bahasa, masjid bermakna tempat sujud. Secara istilah syar’i, masjid memiliki dua makna, umum dan khusus.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Makna secara umum mencakup mayoritas muka bumi, karena diperbolehkan bagi kita shalat di manapun kita berada (kecuali beberapa tempat yang dilarang oleh syariat). Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
جُعِلَتْ لِي الأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا<br />
“Telah dijadikan untukku seluruh muka bumi ini sebagai tempat sujud dan alat untuk bersuci.” Muttafaq ‘alaihi<br />
Adapun maknanya secara khusus adalah sebuah bangunan yang didirikan sebagai tempat untuk berdzikir kepada Allah subhaanahu wa ta’aalaa, shalat dan membaca Al-Qur`an sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:<br />
…إِنَّمَا هِيَ لِذِكْرِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَالصَّلَاةِ وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ<br />
“…(masjid-masjid itu) hanyalah dibangun untuk berdzikir kepada Allah ‘azza wa jalla, shalat dan membaca Al Qur’an.” HR Muslim<br />
Pembaca yang semoga dirahmati Allah, kajian kali ini adalah tentang masjid (dengan makna khusus) dan beberapa hukumnya. Yaitu sebuah bangunan yang didirikan sebagai tempat untuk berdzikir kepada Allah subhaanahu wa ta’aalaa, shalat dan membaca Al-Qur`an.<br />
Keutamaan Membangun Masjid<br />
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kepada umatnya agar membangun masjid di perkampungan mereka sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:<br />
أَمَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِبِنَاءِ الْمَسَاجِدِ فِي الدُّورِ وَأَنْ تُنَظَّفَ وَتُطَيَّبَ<br />
“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk membangun masjid di pemukiman-pemukiman, membersihkannya, dan memberi wewangian.” HR. Ahmad, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi.<br />
Dan orang yang membangun masjid keutamaannya sangat besar, sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:<br />
مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ، أَوْ أَصْغَرَ، بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ<br />
“Barangsiapa yang membangun sebuah masjid walaupun sebesar sangkar burung atau lebih kecil, maka Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di jannah (surga).” HR Ibnu Majah<br />
Fungsi Masjid<br />
Di zaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, di samping berfungsi sebagai tempat ibadah, masjid juga berfungsi sebagai pusat pengajaran ilmu agama Islam, demikian pula di masa sahabat, tabiin dan generasi-generasi setelahnya. Bahkan sampai sekarang, sebagian masjid masih berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan dan menimba ilmu agama.<br />
Masjid juga berfungsi sebagai tempat berkumpulnya kaum muslimin, baik yang kaya maupun yang miskin, pejabat maupun rakyat, para ulama maupun orang awamnya. Oleh karena itu, masjid merupakan tempat yang paling strategis untuk meningkatkan ilmu, amal, dan ukhuwah umat Islam. Semoga kita kaum muslimin di seluruh tanah air bisa mewujudkan fungsi masjid sesuai dengan apa yang telah dijalani oleh generasi terbaik umat ini (para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in) dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.<br />
Keutamaan Duduk di Masjid Menunggu Waktu Shalat Berikutnya<br />
Merupakan sesuatu yang utama jika kita memiliki waktu luang dan tidak ada kebutuhan di luar masjid untuk tetap duduk di dalam masjid menunggu datangnya waktu shalat berikutnya. Amalan tersebut memiliki keutamaan yang besar di sisi Allah subhaanahu wa ta’aalaa. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
مَنْ جَلَسَ فِي الْمَسْجِدِ يَنْتَظِرُ الصَّلَاةَ فَهُوَ فِي صَلَاةٍ<br />
“Barangsiapa duduk di masjid dalam rangka menunggu shalat maka dia terhitung dalam keadaan shalat.” HR. an-Nasa’i dan Ahmad dengan sanad hasan dari sahabat Sahl bin Sa’d as-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu.<br />
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
“Maukah kalian aku tunjukkan tentang sesuatu yang dengannya Allah menghapus dosa-dosa dan mengangkat derajat-derajat? Para sahabat menjawab, ‘Tentu wahai Rasulullah.’ Beliau berkata, ‘Menyempurnakan wudhu dalam keadaan yang tidak disukai, memperbanyak langkah menuju masjid, dan menunggu shalat (yang berikutnya) setelah melakukan shalat, itu adalah ribath.” HR Muslim<br />
Duduk di masjid menunggu datangnya waktu shalat merupakan amalan yang memiliki keutamaan besar dan akan lebih besar keutamaan dan manfaatnya jika kesempatan tersebut diisi dengan kajian ilmu agama Islam.<br />
Bimbingan Islam Terkait dengan Masjid<br />
Ada banyak hal penting yang harus kita perhatikan terkait dengan masjid. Di antaranya:<br />
1. Membersihkan masjid<br />
Masjid merupakan tempat yang mulia dan merupakan salah satu syiar Allah subhaanahu wa ta’aalaa di muka bumi ini. Sudah sepantasnya bagi kita kaum muslimin untuk selalu menjaga kebersihannya. Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman (yang artinya):<br />
“Dan barangsiapa yang memuliakan syiar-syiar Allah maka hal itu merupakan ketakwaan hati.” (Al-Hajj: 32)<br />
Demikian pula Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan umatnya agar memperhatikan hal itu sebagaimana pernyataan Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:<br />
“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk membangun masjid di pemukiman-pemukiman, membersihkannya, dan memberi wewangian.” HR. Ahmad, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi.<br />
2. Memberi wewangian dan menjauhkan aroma yang tidak sedap dari masjid<br />
Perintah untuk memberi wewangian di masjid telah disebutkan dalam hadits pada poin pertama. Adapun perintah menjauhkan aroma yang tidak sedap dari masjid disebutkan dalam hadits:<br />
مَنْ أَكَلَ مِنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ – يَعْنِي الثُّوْمَ – فَلاَ يَقْرَبَنَّ مَسْجِدَنَا<br />
“Barangsiapa makan dari jenis pohon ini (yakni bawang putih) maka janganlah ia mendekati masjid kami.” Muttafaq ‘alaihi<br />
Dalam riwayat lain disebutkan juga bawang merah.<br />
Kewajiban Menjaga Kehormatan Masjid<br />
Saudaraku kaum muslimin para pembaca -semoga Allah subhaanahu wa ta’aalaa merahmati kita semua- masjid merupakan salah satu syiar Islam yang memiliki kehormatan di sisi Allah subhaanahu wa ta’aalaa. Suatu tempat mulia yang harus diagungkan dan diperhatikan apa saja yang kita lakukan di dalamnya. Ada beberapa perbuatan yang dilarang oleh syariat untuk dilakukan di dalam masjid, di antaranya:<br />
1. Mengumumkan kehilangan<br />
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita bahwa mengumumkan kehilangan di masjid adalah perkara yang mungkar dan tidak sesuai dengan tujuan dibangunnya masjid. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
وَإِذَا رَأَيْتُمْ مَنْ يَنْشُدُ فِيهِ ضَالَّةً، فَقُوْلُوْا: لَا رَدَّ الله ُ عَلَيْكَ<br />
“Jika kalian melihat seseorang yang mengumumkan kehilangan di masjid maka katakanlah (kepadanya):<br />
لَا رَدَّ الله ُ عَلَيْكَ<br />
“Semoga Allah tidak mengembalikannya kepadamu.” HR. at-Tirmidzi dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.<br />
Hadit ini shahih, lihat Misykatul Mashabih 1/228.<br />
2. Jual-beli di dalam masjid<br />
Di antara perbuatan yang tidak boleh dilakukan di dalam masjid adalah jual beli. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :<br />
إِذَا رَأَيْتُمْ مَنْ يَبِيعُ أَوْ يَبْتَاعُ فِي المَسْجِدِ، فَقُولُوا: لَا أَرْبَحَ اللهُ تِجَارَتَكَ<br />
“Jika kalian mengetahui orang yang menjual atau membeli sesuatu di dalam masjid maka katakanlah, “Semoga Allah tidak memberikan keuntungan pada jual-belimu.” HR. at-Tirmidzi dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.<br />
Saudaraku para pembaca –semoga Allah subhaanahu wa ta’aalaa menambahkan hidayah-Nya kepada kita semua- di antara bentuk kecintaan kita kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mengikuti segala petuah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam perintah maupun larangannya. Hadits ini mengandung larangan jual-beli di dalam masjid apapun bentuk jual-beli tersebut, termasuk di dalamnya jual beli yang tidak terlihat barang yang dibeli (misalnya pulsa HP yang dibayar belakangan).<br />
Termasuk juga di dalamnya transaksi sewa-menyewa, karena seorang yang menyewa itu pada hakekatnya dia membeli manfaat barang yang disewa walaupun barang tersebut tidak menjadi miliknya.<br />
3. Keluar dari masjid setelah dikumandangkan adzan sebelum melakukan shalat<br />
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ketika melihat seseorang yang keluar dari masjid setelah dikumandangkan adzan ‘Ashar mengatakan, “Adapun orang ini maka dia telah bermaksiat kepada Abul Qasim (Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam).” HR Muslim, Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad.<br />
4. Menjalin jemari tangan ketika menunggu shalat<br />
Bentuknya ialah dengan menjalin jemari tangan kanan dengan jemari tangan kiri. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam:<br />
“Apabila salah seorang di antara kalian berwudhu dan memperbagus wudhunya kemudian keluar menuju masjid, maka janganlah ia menjalin jemarinya.”<br />
Berlakunya larangan ini dimulai sejak keluar rumah sampai selesai shalat. Adapun ketika shalat telah selesai, maka tidak dilarang karena ada riwayat yang menyatakan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjalin jemari beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat telah selesai. (Lihat Majmu’ Fatawa wa Rasa`il asy-Syaikh al-’Utsaimin no. 598)<br />
Semoga Allah subhaanahu wa ta’aalaa memudahkan kita semua di dalam mengamalkan apa yang kita ketahui dari perkara agama kita ini. Amin.<br />
Wallahu a’lamu bish shawab.<br />
Penulis: Al-Ustadz Abu Yahya Hayat hafizhahullah<br />
<br />
sumber : http://www.buletin-alilmu.com/masjid-dan-kehormatannya-yang-harus-dijaga<br />
<span class="fullpost"> </span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-513064875411040775.post-71267357130002410972012-01-21T08:48:00.000+08:002012-01-21T08:48:44.044+08:00Pentingnya pendidikan agama bagi anak-anak<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkdQVzDtUY-ojtLxrS1Vio9Q8D5A52G7gXThXBln68Bx3BTnIOqYb5UTT-xjEr83YoS26SdatYXqJ7pEoUARmnHbzZsTccZRnSmockBHxX_yCR0gmV7bMqMNWBpx15GiuZNVL4cKQ748Nc/s1600/ilmu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="256" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkdQVzDtUY-ojtLxrS1Vio9Q8D5A52G7gXThXBln68Bx3BTnIOqYb5UTT-xjEr83YoS26SdatYXqJ7pEoUARmnHbzZsTccZRnSmockBHxX_yCR0gmV7bMqMNWBpx15GiuZNVL4cKQ748Nc/s320/ilmu.jpg" width="320" /></a></div><span class="fullpost"><br />
</span><span class="fullpost">Anak merupakan buah hati bagi masing-masing orang tuanya. Kehadirannya ditengah-tengah keluarga merupakan kebahagiaan tersendiri bagi sang orang tua. Namun sungguh sangat disayangkan, ada sebagian orang tua yang justru mereka kurang memperhatikan anaknya. Mereka justru lebih sibuk mengurusi pekerjaan mereka atau hal yang lainnya. Sehingga sang anak kurang mendapatkan kasih sayang dan juga bimbingan dari orang tuanya. </span><br />
<span class="fullpost"></span><br />
<a name='more'></a><br />
<span class="fullpost">Mereka menganggap bahwasanya yang terpenting adalah kebutuhan materi bagi sang anak, apabila hal ini telah terpenuhi maka sudah cukup. Ini adalah merupakan suatu bentuk kekeliruan dari sang orang tua. Memang kebutuhan materi itu penting, namun yang lebih penting dari hal tersebut adalah kebutuhan rohani untuk sang anak. Kasih sayang dan juga bimbingan dari orang tua merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh sang anak. Dimana sang anak nanti akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan bimbingan mereka. Dan sang anak biasanya lebih banyak menyerap pendidikan dari orang tua. Maka orang tua itu kedudukannya adalah sebagai guru yang pertama dan paling utama bagi sang anak. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Pendidikan bagi sang anak itu dimulai sejak sang anak masih kecil, dan masing-masing anak tentunya berbeda karakternya, sehingga tidak bisa disikapi dengan sikap yang sama. Ada sebagian anak yang mereka membutuhkan untuk diberikan sikap-sikap yang halus dan lembut, sehingga dalam mendidik mereka juga harus dengan kelembutan dan penuh dengan kasih sayang, tidak perlu menggunakan kekerasan. Namun adapula sebagian anak yang mereka membutuhkan untuk disikapi dengan keras dalam pendidikan, sehingga terkadang sang anak harus dipukul atau yang semisalnya, tapi hal ini tentunya sesuai dengan kadarnya dalam syariat. Oleh karena itu sangat dibutuhkan kesabaran dalam mendidik sang anak. Dan peran orang tua sangatlah besar dalam hal ini. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam (yang artinya) : setiap dari kalian adalah penanggungjawab, dan setiap dari kalian akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang imam (penguasa) dia adalah penanggungjawab dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap rakyatnya, dan seorang suami adalah penanggungjawab atas keluarganya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka, dan seorang istri dia adalah penanggungjawab atas rumah suaminya dan anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadapnya, dan seorang budak adalah penanggungjawab atas harta tuannya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atasnya, maka ketahuilah sesungguhnya setiap dari kalian adalah penanggungjawab dan setiap dari kalian akan dimintai pertanggungjawabannya. (HR. albukhori dan muslim dari ibnu umar)</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Maka dari hadits yang mulia ini menunjukan kepada kita bahwa orang tua itu bertanggungjawab atas anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya. Jika sang anak menjadi rusak disebabkan oleh orang tuanya, maka orang tuanya akan mendapatkan dosa sesuai dengan perbuatannya, namun apabila sang anak menjadi anak yang baik dengan sebab mereka, maka mereka juga akan mendapatkan pahala sesuai dengan perbuatan mereka. Oleh karena itu hendaklah orang tua mendidik anaknya agar dia menjadi anak yang sholih yang taat kepada Allah subhanahu wata'ala dan menyejukan mata kedua orang tuanya. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) : apabila seorang itu meninggal, maka akan terputus amalannya kecuali dari tiga perkara, shodaqoh jariah (shodaqoh yang manfaat dari shodaqoh itu terus ada), ilmu yang diambil manfaat dengannya, dan seorang anak yang sholih yang mendoakan untuk orang tuanya. (HR. muslim dari Abu Hurairoh)</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Maka sungguh sangat beruntung bagi orang tua yang mereka memiliki anak yang sholih, mereka akan senantiasa mendapatkan pahala walaupun mereka telah meninggal dunia. Maka dari sini hendaklah para orang tua itu, mereka semangat dalam mendidik dan membimbing anak-anak mereka. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Kemudian, dalam mendidik sang anak tentunya dibutuhkan adanya saling bantu membantu antara kedua orang tua, apabila salah seorang diantara mereka mengabaikannya, maka tidak akan terwujud anak yang sholih kecuali apabila dikendaki oleh Allah subhanahu wata'ala. Sang anak akan belajar dari sang ayah hal-hal yang dilakukan diluar rumahnya dan dia juga akan belajar dari sang ibu hal-hal yang dilakukan didalam rumahnya. Sehingga penting bagi orang tua untuk senantiasa membimbing sang anak baik ketika dia didalam rumah atau ketika dia berada diluar rumah. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Pendidikan yang paling utama untuk diberikan kepada sang anak adalah pendidikan agama, karena agama inilah yang akan membimbingnya untuk senantiasa berada didalam jalan kebaikan. Dan dengan dia mengetahui tentang agamanya, maka dia akan mengetaui tentang tujuan dia hidup di dunia ini. Allah subhanahu wata'ala berfirman (yang artinya) : dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepadaKu (Ad dzariyat : 56) </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Maka dari sini kita bisa mengambil pelajaran bahwasanya yang paling penting adalah seorang anak itu mengetahui tentang Allah subhanahu wata'ala dan juga syariat-syariatNya, agar dia bisa menunaikan ibadah yang benar kepada Allah subhanahu wata'ala. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Oleh karena itu, hendaknya pendidikan yang pertama kali diberikan kepada sang anak adalah mendidiknya untuk mengenal tentang aqidah yang benar, karena aqidah ini merupakan pondasi bagi amalan-amalan yang akan dikerjakannya. Hal ini sebagaimana dicontohkan oleh Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam, beliau pernah berkata kepada Ibnu Abbas (yang artinya) : sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat, jagalah Allah (yakni jagalah syariat-syariat Allah) niscaya Allah akan menjagamu, jagalah Allah niscaya kamu akan dapati Allah ada dihadapanmu (yakni Allah akan menunjukimu pada seluruh kebaikan), apabila kamu meminta maka mintalah kepada Allah, dan jika kamu meminta pertolongan maka mintalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwasanya kalau seandainya seluruh umat bersatu untuk memberikan manfaat kepadamu maka niscaya mereka tidak akan bisa memberikan manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang Allah subhanahu wata'ala telah tuliskan untukmu, dan kalau seandainya mereka bersatu untuk memberikan bahaya kepadamu niscaya mereka tidak akan mampu untuk memberikannya kecuali dengan sesuatu yang Allah subhanahu wata'ala telah tuliskan atasmu, pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering (yakni seluruhnya telah ditetapkan oleh Allah subhanahu wata'ala). (HR. At tirmidzi dari Ibnu Abbas)</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Dalam hadits yang mulia ini terkandung banyak sekali faidah, diantaranya : </span><br />
<span class="fullpost">pentingnya mengajari anak tentang aqidah yang benar sebagaimana Rosulullah subhanahu wata'ala mengajarkannya kepada ibnu abbas</span><br />
<span class="fullpost">bagusnya pendidikan Rosulullah subhanahu wata'ala dan beliau merupakan suri tauladan yang terbaik bagi umatnya</span><br />
<span class="fullpost">pentingnya mengenal Allah subhanahu wata'ala, karena dengan mengenal Allah subhanahu wata'ala maka Allah subhanahu wata'ala akan menjaganya </span><br />
<span class="fullpost">menetapkan adanya taqdir yang Allah subhanahu wata'ala telah tetapkan untuk makhluk-makhlukNya</span><br />
<span class="fullpost">tidak ada yang bisa memberikan manfaat dan madhorot kecuali Allah subhanahu wata'ala </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Kemudian, diantara hal yang penting untuk diberikan kepada sang anak semenjak dia masih kecil adalah mengajarinya Al quran. Banyak sekali keutamaan yang bisa diraih dengan seorang itu mempelajari Al quran. Oleh karena itu, hendaklah para orang tua mendidik agar sang anak senang dengan Al quran. Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) : sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al quran dan yang mengajarkannya. (HR. Al bukhori dari Utsman bin Affan)</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Bimbinglah sang anak agar dia selalu membaca Al quran setiap harinya walaupun mungkin hanya sedikit yang dia baca. Karena membaca Al quran itu pahalanya sangatlah banyak. Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam (yang artinya) : barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitabullah (Al quran) maka dia akan mendapatkan satu kebaikan, dan satu kebaikan akan dilipat gandakan menjadi sepuluh kebaikan yang semisalnya, aku tidak mengatakan alif lam miim itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan miim satu huruf. (HR. At tirmidzi dari Abdullah bin Mas'ud).</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Dan sungguh sangat disayangkan dizaman sekarang ini banyak dikalangan anak-anak yang mereka meninggalkan Al quran. Bahkan yang lebih parah lagi ada diantara mereka yang tidak bisa membaca Al quran sama sekali. Anak-anak banyak disibukkan dengan bacaan-bacaan yang tidak bermanfaat dan bahkan terkadang bisa merusak pemikiran dan akhlak sang anak. Tidak sedikit pula apabila ada seorang anak yang dia membaca Al quran di sekolah ataupun tempat lainnya, lalu anak-anak yang lain mengolokinya dengan julukan-julukan yang buruk, seperti ketinggalan zamanlah, kurang pergaulanlah, sok alim atau yang lainnya. Ini semua merupakan musibah yang besar yang melanda anak-anak kaum muslimin. </span><br />
<br />
<span class="fullpost"> Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk mendidik anak-anak agar mereka mencintai Al quran dan membacanya serta mengamalkannya. Dan peran orang tua dalam hal ini sangatlah besar. Apabila sang anak mereka melihat orang tuanya gemar membaca Al quran baik dimasjid, dirumah, ataupun di tempat-tempat yang lainnya yang dibolehkan untuk membaca Al quran, maka tentunya diharapkan sang anak nantinya akan mencontoh perbuatan orang tuanya. Namun sebaliknya, apabila sang anak juga jarang melihat orang tuanya membaca Al quran baik dimasjid ataupun dirumahnya, maka tatkala mereka disuruh untuk membaca Al quran tentunya mereka akan bisa beralasan dengan perbuatan orang tuanya sehingga dia pun enggan untuk membaca Al quran. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Dan hendaknya pula bagi orang tua khususnya dan juga bagi kita semua untuk menegur sang anak apabila dia membaca sesuatu yang tidak bermanfaat baginya, terlebih lagi apabila dia membaca hal-hal yang tidak pantas untuk dia baca. Dan juga hendaklah kita selalu berusaha untuk menghadirkan atau memberikan buku-buku bacaan yang bermanfaat bagi sang anak, karena hal itu bisa menambah keilmuan sang anak dan juga bisa menghindarkan sang anak dari membaca bacaan-bacaan yang tidak bermanfaat. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Kemudian tidak kalah pentingnya juga adalah mengajari sang anak untuk menegakkan sholat karena sholat merupakan tiang agama ini. Dan sholat ini merupakan pembeda antara seorang yang muslim dan yang kafir. Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): perintahkanlah anak-anak kalian untuk sholat ketika sudah berumur tujuh tahun, dan pukullah (jika mereka enggan) ketika sudah berumur sepuluh tahun. (HR. Ahmad dari 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya)</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Dalam hadits ini walaupun disebutkan tujuh tahun baru diperintah untuk sholat, namun bukan berarti kita membiarkan anak-anak yang belum tujuh tahun untuk meninggalkan sholat. Namun kita tetap berusaha melatih mereka walaupun belum mencapai tujuh tahun untuk mengerjakannya agar mereka terlatih semenjak kecilnya. Dan diantara bentuk mengajari sang anak sholat adalah kita mengajaknya untuk mengerjakan sholat, walaupun mungkin sang anak baru bisa mengikuti gerakan-gerakannya saja, tapi minimalnya ini sudah menggambarkan baginya tentang sholat dan dikemudian hari dia melakukannya dengan yang lebih sempurna. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Dan kita lihat sekarang ini, banyak diantara anak-anak kaum muslimin yang mereka meninggalkan sholat. Mereka sibuk bermain kesana kemari atau dengan hal – hal yang lainnya. Ini adalah diantara akibat sang anak tidak dididik semenjak kecilnya untuk mengerjakan sholat sehingga tatkala telah besar mereka pun dengan mudah meninggalkan sholat. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi kita semua untuk memperhatikan pendidikan agama bagi anak-anak kita. Dan disana masih banyak lagi hal-hal penting yang sudah sepantasnya diajarkan kepada sang anak semenjak dia kecil. Mudah-mudahan tulisan yang ringkas ini bisa memberikan faidah kepada kita semua. Wallahu A'lam bish showab. </span><br />
<br />
<span class="fullpost"><br />
</span><br />
<span class="fullpost">penulis : abu ali banyumas </span><br />
<span class="fullpost"> </span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-513064875411040775.post-7809802002778580582012-01-20T07:13:00.001+08:002012-01-21T08:43:09.100+08:00Mewaspadai Bahaya Internet<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKq4TMiKXLGJt_mKlx5aAE0BeQOjXIk6CpfoY2_EytuBYyJZaPjiPukWD8XSLY04I2NJ2g7lXyB8Kl2nWQYlaWukN3KVomu8ki9_SsQ9JJGMoHOeos7159k5wEkhg_AVT_KmTP88wJL1_k/s1600/internet.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="128" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKq4TMiKXLGJt_mKlx5aAE0BeQOjXIk6CpfoY2_EytuBYyJZaPjiPukWD8XSLY04I2NJ2g7lXyB8Kl2nWQYlaWukN3KVomu8ki9_SsQ9JJGMoHOeos7159k5wEkhg_AVT_KmTP88wJL1_k/s200/internet.jpg" width="200" /></a><b><span style="color: red;"></span></b>Kecanggihan teknologi di zaman sekarang sangat pesat perkembangannya. Sehingga tidak hanya dikota saja kita bisa mendapati berbagai macam jenis teknologi tersebut, bahkan di desa-desa juga sudah banyak tersebar. Namun sayangnya, tidak sedikit dari teknologi tersebut yang dimanfaatkan untuk hal-hal yang negative. Disadari atau tidak, hal tersebut telah berpengaruh terhadap agama seorang.</div><a name='more'></a><br />
Pada hakikatnya, kemajuan teknologi adalah kenikmatan dari Allah subhanahu wata'ala, sehingga wajib bagi kita untuk mensyukurinya. Dan apabila kita bersyukur kepada Allah subhanahu wata'ala niscaya Allah subhanahu wata'ala akan tambahkan nikmatNya kepada kita sebagaimana dalam firmanNya (yang artinya) : jika kalian bersyukur niscaya Aku tambahkan nikmat untuk kalian. (QS. Ibrohim :7)<br />
<br />
Dan diantara bentuk kita bersyukur kepada Allah subhanahu wata'ala adalah kita manfaatkan teknologi tersebut untuk ketaatan kepada Allah subhanahu wata'ala dan kita hindari hal-hal yang dilarang oleh Allah subhanahu wata'ala. Terlebih dizaman sekarang ini, kemajuan teknologi sudah banyak dicemari dengan berbagai macam kemaksiatan bahkan kesyirikan, maka kita harus banyak berhati-hati dalam memanfaatkannya. <br />
<br />
Diantara teknologi yang sudah banyak menyebar di dunia ini adalah internet. Dan jaringan internet ini sudah sangat luas sekali, tersebar di berbagai daerah di seluruh dunia, dan tidak hanya bisa digunakan melalui computer saja, bahkan sekarang bisa digunakan melalui handphone atau yang lainnya. Sudah banyak pula orang yang menggunakan fasilitas ini, baik dari kalangan orang-orang dewasa sampai anak-anak. Ada diantara mereka yang menggunakannya untuk hal-hal yang positif dan tidak sedikit pula yang menggunakannya untuk hal-hal yang negative. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dalam menggunakannya. <br />
<br />
Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah subhanahu wata'ala, dalam mengenal tentang sesuatu, penting bagi kita untuk mengenal sisi baik dan sisi buruknya, sehingga kita bisa lebih mengenal tentang sesuatu tersebut. Jika sesuatu tersebut lebih banyak kebaikannya, tentunya itu adalah hal yang baik, namun sebaliknya apabila sesuatu tersebut lebih banyak keburukannya maka itu adalah hal yang tercela, terlebih lagi apabila sesuatu itu murni keburukan semua, maka tentu itu adalah hal yang sangat tercela. <br />
<br />
Tidak dipungkiri bahwa internet membawa manfaat yang banyak bagi penggunanya, namun efek negative yang ditimbulkan juga tidak kalah banyaknya. Oleh karena itu, hendaklah seorang yang menggunakan internet dia memliki bekal ilmu agama sehingga bisa membentengi dirinya dari melakukan hal-hal yang diharamkan oleh Allah subhanahu wata'ala. Seorang yang dia tidak memiliki ilmu agama, dia akan mudah terjerat dengan berbagai macam keburukan yang ada di internet walaupun awalnya dia tidak ingin melakukannya. <br />
<br />
Mengenal tentang keburukan sesuatu itu adalah hal yang penting, karena seorang bisa menjaga dirinya agar tidak jatuh kedalamnya. Betapa banyak seorang terjatuh kedalam keburukan disebabkan karena dia tidak tahu kalau hal itu adalah buruk. Dan yang lebih parah lagi adalah seorang menyangka suatu keburukan dia anggap sebagai kebaikan. Hudzaifah ibnul Yaman pernah mengatakan : dahulu para sahabat banyak yang bertanya kepada Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam tentang kebaikan-kebaikan, namun aku bertanya kepada beliau shollallahu 'alaihi wa sallam tentang keburukan karena aku takut keburukan itu akan menimpaku. (HR. Al Bukhori dan Muslim)<br />
<br />
Diantara bahaya internet yang paling besarnya adalah kesyirikan, yang mana ini sudah tersebar diberbagai macam situs diseluruh dunia dengan berbagai macam bahasa. Sudah kita ketahui bersama bahwa iblis dan bala tentaranya akan terus berusaha untuk menyesatkan anak keturunan Adam 'alaihis salam dari jalan yang lurus. Mereka berusaha dengan berbagai macam cara dan mereka pula menggunakan berbagai macam media untuk melancarkan usahanya. Sehingga tidak sedikit dari keturunan Adam 'alaihis salam yang jatuh dan keluar dari jalan yang lurus lalu mereka mengikuti jalannya syaithon, wal 'iyadzbillah, kita memohon perlindungan dari Allah subhanahu wata'ala dari hal tersebut. <br />
<br />
Orang-orang yang mereka telah mengikuti jalannya syaithon, mereka pun berusaha untuk memalingkan manusia dari jalan yang lurus. Mereka mengerahkan berbagai macam upaya yang bisa mereka lakukan untuk hal tersebut. Sehingga mereka itu pada hakekatnya adalah syaithon-syaithon yang berada di tubuh manusia, sebagaimana Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam sabdakan (yang artinya) : akan muncul setelahku orang-orang yang mereka tidak membimbing dengan bimbinganku, dan mereka tidak melakukan sunnah dengan sunnahku, dan akan muncul pada mereka orang-orang yang hati-hati mereka adalah hati-hati syaithon yang ada didalam jasad manusia. (HR.Muslim dari Hudzifah ibnul Yaman)<br />
<br />
Dan diantara upaya mereka untuk menyesatkan manusia dari jalan yang lurus adalah dengan membuat berbagai macam situs yang berisikan kesyirikan. Di situs-situs tersebut mereka menulis berbagai macam artikel yang mengandung unsure kesyirikan atau bahkan ajakan untuk melakukan kesyirikan. Demikian pula mereka memajang berbagai macam gambar-gambar untuk menarik perhatian, kemudian mereka sisipkan dalam gambar tersebut kalimat-kalimat yang mengandung unsure kesyirikan, seperti ditulis di bawah gambar tersebut : barangsiapa yang menyimpan gambar ini di rumahnya maka rumahnya akan aman dari pencuri. Maka ini merupakan kesyirikan yang nyata, karena gambar tidaklah bisa memberikan manfaat sedikit pun dan juga tidaklah bisa menolak bahaya, dan yang mampu melakukannya adalah Allah subhanahu wata'ala semata. Sehingga apabila seorang meyakini hal tersebut, lalu kemudian dia mengambil gambar tersebut dan menyimpannya dalam rumahnya maka sungguh dia telah melakukan kesyirikan, wal 'iyadzubillah, kita memohon perlindungan kepada Allah subhanahu wata'ala dari hal itu. <br />
<br />
Ada juga diantara mereka yang membuat berbagai macam model ramalan, baik ramalan dengan bintang, dengan membaca garis tangan, dengan bola kristal atau yang lainnya. Mereka mengaku bisa mengetahui nasib seseorang diwaktu yang akan datang, sehingga apasaja yang ditanyakan kepada mereka tentang masa yang akan datang akan mereka jawab, dan juga mereka mengaku mengetahui tentang hal-hal yang ghoib seperti kapan turunnya hujan atau yang lainnya. Ini juga merupakan bentuk kesyirikan yang nyata, karena tidak ada yang bisa mengetahui tentang apa yang akan terjadi diwaktu yang akan datang kecuali Allah subhanahu wata'ala semata, sebagaimana dalam frimanNya (yang artinya) : Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS Luqman : 34).<br />
<br />
Kemudian diantara mereka juga ada yang menulis berbagai macam kisah-kisah yang tujuannya untuk mengajak seorang untuk melakukan kesyirikan. Seperti kisah seorang yang dia berdoa di sisi kuburan orang sholih agar dia menyampaikan doanya kepada Allah subhanahu wata'ala, lalu seketika itu pula doanya langsung dikabulkan. Ini juga merupakan bentuk kesyirikan yang nyata, karena doa itu adalah ibadah dan tidak boleh ditujukan kepada selain Allah subhanahu wata'ala. Seorang yang berdoa hendaklah dia langsung berdoa kepada Allah subhanahu wata'ala tanpa melalui perantaraan siapa pun, karena Allah subhanahu wata'ala Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Dan hanya Allah subhanahu wata'ala saja yang bisa mengabulkan doa-doa hambaNya, sebagaimana dalam firmanNya (yang artinya) : dan berkata Robb kalian : berdoalah kalian kepadaKu, niscaya Aku akan kabulkan untuk kalian (doa-doa kalian). (QS.Ghofir :60)<br />
<br />
Inilah diantara model atau jenis kesyirikan yang sering muncul di internet, dan di sana masih banyak lagi model yang lainnya. Sehingga kita harus hati-hati dalam menggunakan internet agar kita tidak terjerumus kedalam kesyirikan, karena kesyirikan ini merupakan dosa besar yang paling besar sebagaimana disebutkan dalam riwayat al bukhori dari abu bakroh Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) : dosa besar yang paling besar adalah syirik, dan durhaka kepada orang tua, dan persaksian zuur (palsu). <br />
<br />
Dan diantara bahaya internet yang besar pula adalah menyebarnya berbagai macam syubhat (kerancuan) yang disebarkan oleh musuh-musuh islam dari kalangan orang-orang kafir dan tidak sedikit pula yang disebarkan oleh ahli bid'ah. Mereka menulis berbagai macam artikel yang berisikan syubhat-syubhat, walaupun kelihatannya bagus artikelnya namun pada hakekatnya penuh dengan syubhat. Tidak jarang pula mereka menggunakan dalil dari ayat-ayat Al quran dan juga hadits-hadits Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam sehingga terkesan tulisan yang mereka tulis adalah ilmiyyah (berdasarkan dalil). Namun kenyataannya, mereka palingkan makna ayat atau hadits yang mereka sebutkan, sehingga seolah ayat atau hadits tersebut mendukung apa yang mereka sebutkan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi kita untuk memilih situs-situs yang benar-benar mengajarkan agama islam ini sesuai dengan bimbingan Al quran dan As sunnah yang sesuai dengan pemahaman salafus sholih. <br />
<br />
Dan diantara bahaya internet yang lainnya, adalah beredarnya situs-situs porno dan juga gambar-gambar yang mengumbar aurot. Bahkan terkadang mereka menjadikannya sebagai iklan diberbagai situs, sehingga banyak orang yang terjerat padanya. Tidak diragukan lagi bahwa ini adalah diantara sebab yang bisa menjadikan zina semakin merajalela, padahal Allah subhanahu wata'ala telah melarang darinya sebagaimana dalam firmanNya (yang artinya) : dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu merupakan perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (QS. Al isro : 32)<br />
<br />
Disamping itu pula, melihat aurot orang lain adalah tidak diperbolehkan terlebih lagi apabila melihat aurot lawan jenisnya, Allah subhanahu wata'ala berfirman (yang artinya) : Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An nur : 30-31)<br />
<br />
Namun sangat disayangkan, disana ada sebagian orang yang beranggapan bahwa situs-situs porno tersebut hanya khusus 17 tahun keatas. Sehingga menurut mereka bagi orang yang sudah berumur 17 tahun keatas boleh untuk melihatnya, ini merupakan anggapan yang keliru dan sangat bertentangan dengan Al quran dan juga Al hadits.<br />
<br />
Kemudian yang perlu diwaspadai pula adalah beredarnya sarana-sarana komunikasi yang beraneka ragam jenisnya lewat fasilitas internet, komunikasi ini lebih dikenal dengan istilah chating. Seorang bisa berkenalan dengan orang lain dan juga ngobrol dengannya melalui sarana ini. Dan dari sinilah muncul berbagai macam keburukan, diantaranya penipuan, adu domba, menjadi sebab terjalinnya hubungan diluar nikah (zina), dan yang lainnya. Tidak sedikit orang yang sudah menjadi korban darinya, baik ditipu oleh orang lain, menjadi bermusuhan dengan orang lain, cerai dengan istrinya, ditinggal lari oleh suamunya, bahkan ada yang sampai terjerumus kedalam perzinaan hanya sebab berkenalan dengan orang lain di internet. Dan bahkan mungkin bisa menyebabkan seorang keluar dari agamanya, wal 'iyadzubillah. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dalam menggunakan fasilitas ini. <br />
<br />
Adapula diantara mereka (musuh-musuh islam) yang menyebarkan hal-hal yang melalaikan seperti games, dongeng, dan yang lainnya. Sehingga kita dapati sebagian kaum muslimin mereka masih asyik bermain internet walaupun adzan sudah dikumandangkan, seolah mereka tidak mendengar adzan.. Inilah diantara bahaya internet yang.mungkin bisa kita sebutkan, dan disana masih banyak lagi yang lainnya. Mudah-mudahan yang sedikit ini bermanfaat bagi kita semuanya. Wallahu A'lam bish showab<br />
<br />
penulis : abu ali banyumas<br />
<br />
<span class="fullpost"> </span>Unknownnoreply@blogger.com0